Sukses

Bolehkah Puasa Rajab Setelah Peringatan Isra Miraj 2024? Simak Penjelasannya

Menjadi salah satu amalan yang dianjurkan, lantas sampai kapan puasa Rajab? Bolehkah puasa Rajab setelah peringatan Isra Miraj (27 Rajab)? Simak penjelasan selengkapnya terkait ketentuan puasa Rajab.

Liputan6.com, Jakarta - Puasa di bulan Rajab merupakan salah satu amalan yang dianjurkan. Anjuran ini berdasarkan kesunnahan berpuasa di bulan-bulan haram. Rajab menjadi salah satu bulan haram yang dimuliakan Allah (asy-syahrul hurum).

Terkait dalil puasa di bulan Rajab, Sayyid Abu Bakar Syattha’ dalam I’ânah at-Thâlibîn mengutip hadits berikut.

صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ     

Artinya: "Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah! Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah! Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah!" (HR Abu Dawud dan yang lainnya, dinukil dari NU Online). 

Amalan yang dikerjakan di bulan Rajab akan diganjar pahala berlipat. Begitu pun bagi seorang muslim yang mengamalkan puasa Rajab. Dalam hadis riwayat Ibnu ‘Asakir dari Ibnu Abbas, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

 من صام من شهر حرام الخميس والجمعة والسبت كتب له عبادة سبعمائة سنة 

Artinya: “Barang siapa berpuasa di bulan haram pada hari Kamis, Jumat, dan Sabtu, maka baginya dicatat seperti beribadah 700 tahun.” (Hadis ini dinukil dari NU Online Jombang).

Menjadi salah satu amalan yang dianjurkan, lantas sampai kapan puasa Rajab? Bolehkah puasa Rajab setelah Isra Miraj (27 Rajab)? Simak penjelasan selengkapnya terkait ketentuan puasa Rajab.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ketentuan Puasa Rajab

Mengutip laman Keislaman NU, jumlah hari dan ketentuan waktu puasa Rajab tidak diterangkan secara rinci dalam Al-Qur’an maupun hadis. Tidak ada ketentuan perihal hari apa dan berapa hari dianjurkan untuk puasa Rajab.

Meski begitu, ulama menyarankan puasa Rajab dilakukan bertepatan hari utama berpuasa, sebagaimana kata Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya' Ulumuddin.

اعلم أن استحباب الصوم يتأكد في الأيام الفاضلة وفواضل الأيام بعضها يوجد في كل سنة وبعضها يوجد في كل شهر وبعضها في كل أسبوع 

Artinya: “Ketahuilah, puasa sunah kuat dianjurkan pada hari-hari yang utama. Sejumlah hari yang utama itu terdapat setiap tahun. Sejumlah hari utama lainnya bisa terdapat pada setiap bulan. Tetapi sejumlah hari utama bisa ditemukan pada setiap pekan.” (Lihat Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Kairo: Darus Syi‘ib, tanpa catatan tahun], juz III, halaman 431). 

Secara gamblang, Imam Al-Ghazali menyebut hari-hari utama berpuasa pada setiap pergantian bulan yaitu hari awal, pertengahan, dan akhir bulan. Pertengahan bulan adalah Ayyamul Bidh (tanggal 13, 14, dan 15). Selain itu, haru utama berpuasa juga pada setiap pergantian pekan yaitu Senin, Kamis, dan Jumat. 

وأما ما يتكرر في الشهر فأول الشهر وأوسطه وآخره ووسطه الأيام البيض وهي الثالث عشر والرابع عشر والخامس عشر وأما في الأسبوع فالإثنين والخميس والجمعة فهذه هي الأيام الفاضلة فيستحب فيها الصيام وتكثير الخيرات لتضاعف أجورها ببركة هذه الأوقات 

Artinya, “Hari utama dianjurkan puasa pada setiap pergantian bulan, yaitu hari awal, pertengahan, dan akhir bulan. Pertengahan bulan adalah ayyamul bidh, yaitu tanggal 13,14, dan 15. Sementara (hari utama dianjurkan puasa) pada setiap pergantian pekan, yaitu Senin, Kamis, Jumat. Itu semua hari-hari utama yang dianjurkan untuk diisi dengan puasa dan memperbanyak amal baik lainnya karena kelipatan ganjarannya sebab keberkahan waktu utama tersebut.” (Lihat Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Kairo: Darus Syi‘ib, tanpa catatan tahun], juz III, halaman 432). 

Kendati hari-hari utama puasa menurut Imam Al-Ghazali adalah hari awal, pertengahan, dan akhir bulan, para ulama memakruhkan puasa Rajab dikerjakan selama sebulan penuh. Hal ini agar tidak menyerupai puasa Ramadhan. 

وكره بعض الصحابة أن يصام رجب كله حتى لا يضاهي بشهر رمضان فالأشهر الفاضلة ذو الحجة والمحرم ورجب وشعبان 

Artinya: “Sejumlah sahabat Rasulullah SAW menyatakan makruh puasa Rajab sebulan penuh agar tidak menyerupai Bulan Ramadhan. Bulan-bulan utama itu Dzulhijjah, Muharram, Rajab, dan Sya‘ban.” (Lihat Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Kairo: Darus Syi‘ib, tanpa catatan tahun], juz III, halaman 431). 

3 dari 4 halaman

Kesimpulan

Berdasarkan beberapa keterangan di atas, berpuasa setelah peringatan Isra Mi’raj (27 Rajab) atau akhir Rajab masih dibolehkan.

Meminjam penjelasan Imam Al-Ghazali, akhir bulan Rajab merupakan salah satu hari utama berpuasa. Jadi, selama masih di bulan Rajab meski lewat tanggal 27 Rajab masih bisa puasa. Wallahu a’lam.

4 dari 4 halaman

Niat dan Tata Cara Puasa Rajab

Secara umum, tata cara puasa Rajab 2024 sama dengan puasa lainnya. Berikut uraiannya.

1. Niat

Niat puasa Rajab dilafalkan pada malam hari, yakni sejak terbenamnya matahari sampai terbit fajar. Berikut lafal niat puasa Rajab.

نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَجَبَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى   

Nawaitu shauma Rajaba sunnatan lillâhi ta‘âlâ.   

Artinya: “Aku berniat puasa Rajab, sunnah karena Allah ta‘âlâ.”   

Sebagaimana puasa sunnah pada umumnya, jika lupa membaca niat puasa Rajab pada malam hari, maka boleh niatnya siang hari, yakni dari pagi  hari sampai sebelum tergelincirnya matahari (waktu dzuhur). Dengan catatan, belum makan ataupun minum apa-apa sejak terbit fajar hingga waktu niat dilakukan.

Berikut adalah lafal niat puasa Rajab ketika siang hari.

نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا الْيَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ رَجَبَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى   

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i syahri rajaba lillâhi ta’âlâ.   

Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Rajab hari ini, sunnah karena Allah ta’âlâ.”   

2. Makan Sahur

Makan sahur lebih utama menjelang masuk waktu subuh sebelum imsak.

3. Melaksanakan Puasa

Selama berpuasa harus menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa seperti makan, minum, berhubungan suami-istri, dan sebagainya sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.

Selama berpuasa juga menjaga dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa seperti berkata kotor, menggunjing orang, dan segala perbuatan dosa.

4. Berbuka Puasa

Segera berbuka puasa saat tiba waktu maghrib. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.