Sukses

Saat KH Sya’roni Ahmadi Buktikan Keampuhan Lafal 'Yaa Syakuur' Ijazah KH Bisri Musthofa, Naik Haji dari Jalan Tak Terduga

Suatu hari di tahun 1990-an, KH M Sya’roni Ahmadi mengadu kepada gurunya, KH Bisri Musthofa, ayahanda Gus Mus, tentang keinginan berangkat ke tanah suci yang belum juga terpenuhi

Liputan6.com, Jakarta - Ulama kharismatik asal Kudus, KH Sya'roni Ahmadi dikenal sebagai ulama yang alim. Bahkan, kealimannya sudah tampak sejak belia.

Dalam kondisi piatu tanpa ibu, Sya'roni kecil mampu hafal Kitab Alfiyah Ibnu Malik di usia 11 tahun. Kemudian, pada usia 14 tahun, beliau hafal Al-Qur'an, saat sang ayah sudah meninggal atau yatim piatu.

Ada berbagai kisah menarik tentang KH Sya'roni Ahmadi. Salah satunya terkait dengan gurunya, KH Bisri Musthofa, ayahanda Gus Mus atau KH Musthofa Bisri, tentang keinginan berangkat ke tanah suci yang belum juga terpenuhi.

Suatu hari di tahun 1990-an, KH M Sya’roni Ahmadi mengadu kepada gurunya, KH Bisri Musthofa tentang keinginan berangkat ke tanah suci yang belum juga terpenuhi. Singkat cerita, KH Bisri Musthofa memberikan trik khusus kepada murid kesayangannya itu supaya keinginan untuk beribadah ke tanah suci segera terwujud.

"KH Sya’roni pun segera mengamalkan apa yang dipesankan oleh sang guru, yakni salat Tahajjud setiap malam, cukup dua rakaat, membaca surat Al-Kafirun dan Al-Ikhlas. Setelah salam mewirid istighfar 70 kali, sholawat nabi 100 kali, serta lafal “yaa syakuur” 1.000 kali," demikian kisah ini dilansir dari NU Online, Jumat (2/2/2024). 

KH Sya’roni benar-benar mengamalkannya dengan istiqamah setiap malamnya. Sampai tiba suatu hari, KH Sya’roni didatangi tamu seorang lelaki muda, gagah dan tampan yang tak dikenal. Rupanya, ia merupakan alumni madrasah Qudsiyyah Kudus.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ditawari Mobil Oleh Murid

Masih melansir laman yang sama, kepada beliau, lelaki ini mengaku bahwa saat itu tengah menjabat sebagai seorang petinggi militer berpangkat kolonel.

Tiba-tiba lelaki tadi bertanya, apakah KH. Sya’roni masih mengajar di Qudsiyyah.

Jawabannya “masih”. Lalu kolonel tadi kembali bertanya, “naik apa?”. KH. Sya’roni agaknya merasa aneh dengan pertanyaan ini, sebab dengan posisi tempat tinggal dan madrasah yang tak jauh, tentu saja tidak ada jawaban lain selain “sepeda,” yang pantas untuk jawaban saat itu.

Tak pernah menyangka sebelumnya, setelah mendengar jawaban “sepeda”, kolonel muda itu berujar dengan nada yang amat serius, “Bagaimana kalau Bapak Sya’roni saya belikan mobil?” KH. Sya’roni terdiam.

Betapa berbudinya ‘bekas murid’ yang satu ini. Lama tidak pernah bertemu, kini jauh-jauh mendatangi guru masa kecilnya untuk menawari sebuah mobil gratis.

Sebuah mobil yang dimaksud mengganti sepeda tua untuk berangkat mengajar ke madrasah. Cukup geli rasanya mengingat betapa biasanya murid di madrasahnya, sering menunggak SPP. Sekarang malah ada murid yang menawari mobil baru gratis. 

3 dari 3 halaman

Naik Haji dengan Istri

KH. Sya’roni menangis, terharu dengan tingkah kolonel santun ini. Tak ingin berlama-lama hanyut dalam keharuan, KH. Sya’roni kemudian memutuskan untuk ‘menawar’ bakal hadiahnya.

“Kalau misalkan saya minta ganti selain mobil, bisa nggak?” tawar KH. Sya’roni pada kolonel muda.

“Selain mobil, emm... apa itu?” tanya kolonel.

“Naik haji,” jawab KH. Sya’roni mantab.

“Oh, tentu saja bisa.”

Jawaban kolonel ini sekaligus menjawab doa KH Sya’roni selama bertahun-tahun. Akhirnya, beliau membuktikan sendiri bahwa lafal “yaa syakuur” yang diijazahkan oleh KH Bisri Musthofa memang mujarab. Setelah sukses mengamalkan “yaa syakuur” sendiri, beliau mengajak keluarganya untuk turut juga mengamalkannya setiap malam.

Dan benar, beberapa tahun kemudian, KH Sya’roni berangkat ke tanah suci untuk yang kedua kali. Beliau diajak oleh seorang aghniya’. Jika yang pertama dulu beliau berangkat sendiri, maka yang kedua ini beliau berangkat bersama istrinya. Dan tentunya, tanpa biaya, berkat “yaa Syakuur”.

Begitu, Allah memberikan jalan bagi sesiapa yang dikehendaki-Nya, dengan perantara yang kadang tak terduga, termasuk wirid “yaa Syakuur”. Dan kini, Mustasyar PBNU itu mengajak kita untuk bersama-sama turut juga mengikuti jejaknya, mengamalkan wirid “yaa Syakuur”, agar segera memenuhi panggilan ke Baitullah.

Tentu saja, dengan tanpa meninggalkan rangkaian amalan sebelumnya yang juga diamalkan oleh KH. Sya’roni secara tekun dan niat yang ikhlas. (Istahiyyah).

(Ditulis berdasarkan mauidhoh hasanah yang disampaikan KH Sya’roni Ahmadi pada peringatan harlah Madrasah NU Mu’allimat Kudus di gedung JHK, Kudus, Rabu Pon/12 Muharrom 1436 H. - Sumber nu.or.oid)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.