Sukses

Suami Pakai Narkoba, Apakah Istri Perlu Minta Cerai? Ini Saran dr. Aisah Dahlan

Suami pemakai narkoba perilakunya akan berubah seperti bukan dirinya sendiri

Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang atau narkoba bisa mengubah kepribadian seseorang. Tidak jarang, suami atau kepala rumah tangga yang memakai narkoba mengakibatkan rumah tangganya terombang-ambing. Lantas, apakah istri perlu minta cerai jika suami adiksi narkoba?

Konsultan Penanggulangan dan Penyalahgunaan Narkoba, Ustazah dr. Aisah Dahlan mengatakan perlu tidaknya bercerai tergantung pada sejauh mana istri menginginkan suaminya sembuh atau lepas dari kecanduan narkoba. Menurutnya, seseorang yang adiksi narkoba sudah tidak lagi menjadi dirinya sendiri karena dalam pengaruh zat terlarang.

Karena itu, istri sebagai lingkar terdekat suami yang pencandu narkoba perlu melakukan sejumlah upaya untuk menyembuhkan suaminya. Hal ini bergantung pada sejauh mana pengetahuan istri pada penanganan orang yang adiksi narkoba ini.

"Ini tergantung sudah berapa lama dia pakai. Orang yang pakai narkoba dia enggak sadar. Kita ngomong sama pecandu narkoba yang aktif makai sama kaya ngomong sama tembok karena dia bukan aslinya dia, dia bukan dia," kata Aisah Dahlan yang juga Clinical Hypnotherapist ini di Podcast 'Curhat Bang Denny Sumargo".

Berdasarkan pengalamannya menjadi konsultan pencandu narkoba, tidak ada pencandu yang mau 100% berobat. Namun biasanya, ketika pencandu mengatakan dia sudah lelah maka itu harus segera dibantu. "Paling 30% yang bilang gw cape nih pakai narkoba, ini kesempatan untuk kita giring berobat. Karena kalau sudah sakau akan lari nyari lagi," tambah dia.

Aisah Dahlan mengatakan sering kali istri pencandu narkoba akan mengalami tekanan bahkan mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Hal ini tidak terlepas dari kondisi suami yang kecanduan dan akan menyasar istrinya sebagai orang terdekat. Bahkan bisa jadi ia akan menggunakan barang terlarang di depan anaknya.

Ada pula istri yang mengadu ke keluarga suami namun justru disalahkan karena dianggap tidak bisa mengurus suami. "Jadi dobel-dobel stresnya dan akhirnya sakit sendiri akhirnya marahin anaknya karena kesel maka di dalam masalah narkoba kadang bukan pencandunya dulu yang diobatin tapi keluarganya juga," sarannya.

Bahkan ada pula kasus istri akhirnya ikut menjadi pencandu karena pengaruh suaminya yang pemakai. Karenanya, perlu edukasi keluarga terdekat untuk menolong pencandu narkoba. "Karena narkoba 3 kali makai langsung adiksi," pungkasnya.

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selamatkan Diri Jika Terancam

Ibaratnya, kata dia, pecandu narkoba tidak bisa melangkah maju karena rambutnya ditarik. Beratnya dunia adiksi ini, kata Ustazah Aisah membuat keluarga harus teredukasi. Karena selain tarik-tarikan dengan bandar, pencandu narkoba juga tarik menarik dengan keinginan candunya.

"Jadi baiknya tergantung berapa niatan istri mempertahankan pemulihan ini, memang kalau dia enggak ngerti pasti dia tinggalin, kesempatannya kecil. Saya bilang kalau sampai jiwamu terancam lari," sarannya.

Terlebih bagi pencandu narkoba jenis sabu yang cenderung paranoid. Kalau sudah begitu maka suami pencandu akan selalu mencurigai istrinya selingkuh tanpa ada dasar dan bukti, meski kenyataannya tidak terjadi. Sering kali akhirnya suami 'main tangan' dan mengancam keselamatan jiwa anak istrinya.

Dia menambahkan candu narkoba juga bisa menjerumuskan pencandu pada penyimpangan-pernyimpangan lain seperti selingkuh atau seks bebas. Karenanya, dia bilang di dalam rehabilitasi pencandu narkoba, keluarga harus ikut dipulihkan.

"Karena kalau enggak nanti pas dia pulang ke rumah kalau keluarga belum dipulihkan belum dibetulkan juga dia punya pola asuh, bisa jatuh lagi. Makanya dikatakan pemulihan itu seumur hidup," tambahnya.

Secara umum, Ustazah Aisah penyembuhan pencandu narkoba akan melalui rehabilitasi medis dengan detoksifikasi. "Bahasa kerennya sakaunya itu dilewatin dulu," ungkapnya.

Hal ini sangat sulit karena fungsi otak sudah terganggu dan akan meminta narkoba terutama yang jenis heroin atau putaw yang menyebabkan kelainan fisik dan mental. Proses detoksifikasi ini berbeda-beda tergantung jenis narkobanya. Selanjutnya adalah rehabilitasi sosial dengan dukungan keluarga dan orang-orang terdekat yang sudah teredukasi untuk menjauhkan pencandu dari adiksinya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.