Sukses

Gujarat, Lokasi Insiden Maut Jembatan Ambruk di India dan Relasinya dengan Muslim Indonesia

Dalam buku-buku sejarah, pedagang asal Gujarat, India, dilaporkan menyebarkan agama Islam di berbagai wilayah Indonesia, terutama pesisir

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah jembatan pejalan kaki yang dibangun pada era kolonial ambruk dan menewaskan sedikitnya 130 orang, di India.

Padahal, jembatan yang membentang di atas sungai Machchhu yang berjarak sekitar 200 kilometer dari kota utama di negara bagian Gujarat, Ahmedabad, itu baru buka beberapa hari setelah perbaikan berbulan-bulan.

Hampir 500 orang termasuk perempuan dan anak-anak, sedang merayakan sebuah festival keagamaan di dan area sekitar jembatan gantung yang telah berusia 150 tahun di Morbi, India barat, saat kabel yang menopangnya putus pada Minggu (30/10) malam.

Akibatnya, struktur jembatan yang reyot itu tidak kuat menahan beban sehingga banyak orang di atasnya jatuh ke dalam sungai. Semantara, sebagian orang lain bertahan dengan berpegangan di bagian jembatan yang masih tersisa.

"Jumlah korban tewas kini mencapai 130," kata pejabat polisi Morbi, Rahul Tripathi kepada AFP. Ia menambahkan bahwa sekitar 15 orang lainnya dirawat di rumah sakit, dikutip dari VOA Indonesia, Senin (31/10/2022).

Seorang saksi mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa ada banyak anak-anak di jembatan penyeberangan ketika jembatan ambruk.

Prateek Vasava adalah salah satu dari mereka yang berada di jembatan pada saat itu. Dia mengatakan kepada saluran berita berbahasa Gujarat 24 Jam bagaimana dia berenang ke tepi sungai setelah jatuh ke air.Beberapa anak jatuh ke sungai, katanya, menambahkan: "Saya ingin menarik beberapa dari mereka bersama saya tetapi mereka telah tenggelam atau hanyut."

Warga dunia berduka untuk kematian massal akibat insiden ini, termasuk Indonesia. Seperti diketahui, bagi umat Islam di Indonesia, India, terlebih Gujarat adalah salah satu wilayah yang diduga menjadi muasal penyebaran Islam di nusantara.

Dalam buku-buku sejarah, pedagang asal Gujarat India, dilaporkan menyebarkan agama Islam di berbagai wilayah Indonesia, terutama pesisir. Interaksi melalui perdagangan itu membuat Islam begitu cepat berkembang di Indonesia.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Teori Gujarat Asal Mula Penyebaran Islam di Indonesia

Seturut berlalunya zaman keemasan Majapahit, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-14 Masehi. Salah satu teori menyebut, Islam berawal dari Gujarat-India, Islam menyebar sampai pantai barat Sumatra kemudian berkembang ke timur pulau Jawa.

Namun begitu, masih ada beberapa teori lain tentang muasal penyebaran agama Islam di Indonesia. Mengutip Republika, sedikitnya ada tiga hipotesis tempat, waktu, dan subjek asal kedatangan Islam di Nusantara, seperti disarikan Azyumardi Azra (1994).

Gujarat dan Malabar

Pesisir barat Anak Benua India diduga menjadi tempat asalnya persebaran Islam ke Nusantara. Teori ini menduga, pada abad ke-12 Islam dibawa dari Gujarat dan Malabar, alih-alih Persia atau Arab, ke Tanah Air. Sejumlah orientalis Belanda mendukung hipotesis demikian.

Misalnya, Snouck Hurgronje dan Moquitte. Adapaun Pijnappel menganggap, pembawa Islam dari kawasan tersebut merupakan orang-orang Arab bermazhab Syafii yang sebelumnya bermigrasi ke India. Morrison menyebut, Islam masuk ke Indonesia dibawa para pedagang dari pantai India timur (Coromandel).

Bengal

Teori kedua menyatakan, Islam datang dari Bengal, yakni suatu kawasan pesisir teluk yang mempertemukan antara Anak Benua India dan Semenanjung Indochina. Pendukung hipotesis ini antara lain SQ Fathimi.

a menilai, kebanyakan orang penting di Samudra Pasai (Aceh) adalah keturunan Bengali. Di Semenanjung Malaya, Islam diduga muncul pada abad ke-11 melalui Kanton dan Phan Rang (Vietnam).

Jazirah Arab

Di antara pendukung argumentasi ini adalah Buya Hamka dan Syed Hussein Naquib al-Attas. Mereka meyakini, Islam datang ke Indonesia langsung dari tanah kemunculannya—Jazirah Arab atau tepatnya Hadramaut (Arab Selatan).

Mulanya, penggagas hipotesis ini adalah Crawfurd, orientalis Inggris, pada 1820. Dakwah Rasulullah Muhammad SAW bahkan sudah tiba di Nusantara sejak abad ketujuh dan kedelapan alias abad pertama hijriah. Lebih jauh, Hamka memandang, teori Gujarat hanya manipulasi orientalis semacam Snouck Hurgronje untuk melemahkan pengaruh Arab terhadap Aceh.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.