Sukses

Tatkala Aliran Sesat Islam Sejati Bikin Geger Kebumen

Syeh Hadi alias HS (70) memengaruhi sejumlah warga Desa Sumberadi, Kecamatan Kebumen sebagai pengikutnya. Nama aliran sesat ini, Islam Sejati

Liputan6.com, Kebumen - Kebumen, Jawa Tengah dikenal sebagai kota santri. Meruntut sejarah, wilayah pesisir selatan Jawa Tengah ini menjadi basis penyebaran Islam.

Mayoritas warga Kebumen beragama Islam. Karena itu, ketika ada kabar penyebaran aliran sesat, suasana yang semula adem ayem berubah gerah.

Syahdan, pada 2019, Hadi alias HS (70) diduga memengaruhi sejumlah warga Desa Sumberadi, Kecamatan Kebumen sebagai pengikutnya. Nama aliran sesat ini, Islam Sejati.

Dia berbekal sebuah buku, yang diakunya sebagai kitab suci. Kitab suci ajaran sesat itu bahkan diperjualbelikan seharga Rp1,5 juta. Meski mahal, ternyata banyak juga warga yang kepincut dan membelinya.

Untuk menjadi pengikut, Hadi yang belakangan dipanggil Syeh Hadi oleh pengikutnya itu memasang mahar cukup tinggi. Salah satunya, Nur alias NK, warga Sumberadi. Bersama keluarganya, Nur menjadi pengikut aliran baru ini. Sontak, ajaran sesat itu pun membuat warga bergolak.

Dari mulut ke mulut, akhirnya kabar ini merebak luas hingga akhirnya sampai ke Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Kebumen. Organisasi besar itu melaporkan dugaan ajaran sesat ini ke kepolisian.

Polisi langsung bergerak. Sebab, munculnya ajaran sesat Islam Sejati menyebabkan keresahan. Polisi mengantisipasi agar suasana tidak semakin memanas.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ajaran Sesat Kelompok Islam Sejati

Berdasar kajian MUI dan Kementerian Agama Kebumen, beberapa ajaran yang dianggap melenceng itu yakni, rukun Islam tidak sebagaimana mestinya. Pengikut Aliran Sejati tidak percaya Al-Qur'an dan Hadis dan bahkan cenderung mencemooh. Mereka juga tidak percaya adanya Nabi Muhammad SAW.

Kemudian percaya adanya alam akhirat sama seperti dunia, zakat yang sangat memberatkan, dan amalan-amalan lain yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam sesuai Al-Qur'an dan Hadis.

Ketua MUI Kebumen, KH Nur Sodiq mengatakan, dalam syahadat, Islam Sejati menambahkah kata ‘Nuuro’ sebelum kata Muhammad dalam kalimat syahadat kedua.

"Saya diberi bukunya, dalam bukunya itu syahadatnya ada tambahan ‘Waasyhaduanna Nuuro Muhammadarrosuululloh’," katanya, kala itu.

Ajaran sesat lainnya, Islam Sejati tak mengenal puasa Ramadan. Yang ada adalah puasa magrib hingga magrib. Kemudian, ada pula puasa khos, yakni puasa selama tiga hari, dan puasa khosul khos yakni puasa lebih dari tiga hari.

Ajaran lain yang dianggap keliru adalah sewaktu sujud salat, bacaan salatnya bukan sebagaimana yang diajarkan Rosulullah dan dikenal oleh umat Islam pada umumnya, melainkan bacaan atau doa dalam bahasa Jawa.

Islam Sejati juga mengartikan Islam Ahlussunah Wal Jamaah sebagai gotong royong. Padahal, Ahlussunah Wal Jamaah adalah satu kelompok atau firqoh dalam Islam yang dianut mayoritas umat muslim di dunia, termasuk di Indonesia.

Kitab Islam sejati ditulis dalam bahasa Jawa, dalam dua huruf, yakni huruf latin dan huruf Jawa. Antara bahasan berhuruf latin dan Jawa dipisah.

3 dari 4 halaman

10 Tanda Penyimpangan Ajaran Islam

Nur Sodiq mengemukakan, ada 10 tanda-tanda ajaran Islam yang menyimpang. Di antaranya, menambah atau mengurangi rukun Islam dan Iman. Mengingkari Al Quran dan Hadits sebagai landasan hukum.

Lainnya, mengubah tata cara ibadah seperti pada umumnya. Kemudian, mengkafirkan kelompok lain karena bukan kelompoknya. Kemudian mengingkari salah satu rukun iman dan Islam. Meyakini ada nabi setelah Nabi Muhammad SAW.

Kepala Kemenag Kebumen kala itu, Imam Thobroni mengatakan kitab Islam Sejati dikaji oleh Kemenag dan MUI. Menurut dia, kajian mendalam itu penting sebagai bahan untuk disampaikan kepada masyarakat, dalam kerangka pembinaan keagamaan.

"Kita juga akan melakukan pembinaan," ucap Imam, Jumat (8/3/2019).

Dia mengakui, dari kajian awal yang dilakukan oleh MUI dan Kemenag, di buku ini memang ada beberapa hal yang dianggap melenceng. Akan tetapi, Kemenag belum menyimpulkan bahwa ajaran Islam Sejati adalah ajaran sesat.

"Sementara ini kesimpulannya ya aliran yang baru lah. Yang belum terbiasa layaknya di masyarakat kita," dia menerangkan.

4 dari 4 halaman

Tobatnya Syeh Hadi dan Pengikutnya

Kepolisian khawatir, ada pihak yang memperkeruh kondisi masyarakat yang tengah bergolak akibat ajaran sesat ini. Karenanya, kepolisian segera berkoordinasi dengan Kementerian Agama, MUI, NU, dan ormas lain di Kebumen untuk secepatnya meredam kondisi yang mulai memanas ini dan berbuntut main hakim sendiri.

Beruntung, kemarahan masyarakat dan Ormas Islam di Kebumen bisa diredam. Kepolisian bersama dengan tokoh agama Desa Sumberhadi pun berupaya mendekati keluarga Nur agar kembali sesuai tuntunan Islam ahlussunah Wal Jamaah.

Tak dinyana, Nur dan keluarganya bersikap terbuka. Ia mengaku telah mengikuti dan menjalankan ajaran Islam Sejati yang diajarkan oleh Syeh Hadi dan mau mengakui pula bahwa ajarannya tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Senin, 4 Maret 2019, Nur bersama keluarganya kembali bersyahadat. Syahadat itu telah mengembalikan Nur bersama dengan keluarganya dalam tuntutan Islam Ahlussunah Wal Jamaah.

Untuk menunjukkan kebulatan tekadnya, Nur pun menandatangani surat pernyataan bahwa ia telah bertobat dan tak lagi menjadi penganut ajaran sesat Islam Sejati. Warga Sumberhadi pun lega.

Namun, bagi polisi, pekerjaan belum selesai. Sebab, pendiri sekaligus pimpinan Islam Sejati, Syeh Hadi, belum bertobat. Dikhawatirkan Hadi justru menjadi korban persekusi lantaran kabar munculnya ajaran sesat itu telah merebak luas.

“Ajaran Islam Sejati apabila di sebarkan sangat berbahaya dan meresahkan masyarakat sehingga perlu di antisipasi perkembangannya ,” ucap tokoh Agama Desa Sumberhadi, Kiai Haji Shabar Shodiq.

Sebab itu, polisi bersama dengan Kemenag dan MUI Kebumen memfasilitasi 11 penganut Islam Sejati, termasuk sang pimpinan, Syeh Hadi untuk bersyahadat di Mesjid Mapolres Kebumen, Rabu, 6 Maret 2019.

Dipimpin langsung oleh Ketua MUI Kebumen, Kiai Haji Nur Sodiq, Hadi bersama pengikutnya bertobat.

Tim Rembulan

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.