Sukses

Larik Adalah Deretan Kata yang Membentuk Bait dalam Puisi dan Pantun, Simak Contoh

larik adalah baris atau deretan kata-kata yang membentuk bait.

Liputan6.com, Jakarta - Apa arti larik? Larik dalam bahasa Indonesia merujuk pada baris atau deretan kata-kata yang membentuk bait atau bagian dari suatu teks, terutama dalam puisi atau pantun. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan larik adalah bait; baris (dalam sajak).

Pembuatan larik, memungkinkan penyair untuk mengatur ritme, irama, dan ekspresi makna. Setiap larik dalam puisi dan pantun memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan secara keseluruhan. Jumlah larik pada puisi lebih beragam daripada larik pantun.

Khusus pada pantun, umumnya terdiri dari empat larik, pada larik kedua dan keempat berima dengan larik pertama dan ketiga. Larik dalam pantun juga memainkan peran penting dalam mempertahankan pola berima yang khas. Keberagaman jumlah larik pada puisi dan pantun, sejatinya memperkaya pengekspresian sastrawi.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang larik dalam puisi dan pantun, Minggu (26/11/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Larik dalam Puisi

Dalam puisi, larik adalah bagian yang membentuk struktur dasar, mengatur irama, pola, dan ritme. Setiap larik dalam puisi memiliki arti dan peran penting dalam mengungkapkan makna secara keseluruhan.

Eko Sugiarto dalam bukunya berjudul Mahir Menulis Pantun dan Puisi: Panduan bagi Pelajar (2014) menjelaskan bahwa dalam puisi, jumlah larik pada tiap baris dapat dikelompokkan menjadi tujuh bagian yang berbeda.

1. Distikon (2 baris dalam satu bait):

"Mimpi di malam, berbisik sepi,

Cahaya pagi, mengusir kelam."

2. Terzina (3 baris dalam satu bait):

"Hujan turun lebat, tanah pun basah,

Burung-burung terbang, mencari tempat berteduh,

Daun-daun bergoyang, menari dalam angin."

3. Kuatren (4 baris dalam satu bait):

"Di perbukitan hijau, hening dan sunyi,

Matahari terbenam, warna-warni mempesona,

Anak-anak riang, bermain di tepi sungai,

Malam pun tiba, membawa sejuta bintang."

4. Kuin (5 baris dalam satu bait):

"Di kebun bunga, aroma harum tercium,

Burung berkicau, merdu di pepohonan,

Anak-anak riang, berlarian di padang luas,

Langit biru, menyambut pagi dengan cerah,

Mentari bersinar, memberi kehangatan."

5. Sekstet (6 baris dalam satu bait):

"Di tepian pantai, ombak bergulung-gulung,

Pasir putih bersinar, terik matahari menyilaukan,

Nelayan bekerja, mencari rezeki di lautan,

Burung camar, menari-nari mencari makan,

Senja datang, mengubah warna langit,

Malam tiba, bintang-bintang bersinar."

6. Septima (7 baris dalam satu bait):

"Di desa kecil, kehidupan berjalan perlahan,

Rumah-rumah kayu, berjejer rapi di sepanjang jalan,

Orang-orang sibuk, menjalani rutinitas harian,

Anak-anak bermain, tertawa riang tanpa henti,

Burung-burung berkicau, mengiringi pagi yang cerah,

Petani mulai bekerja, menanam padi di sawah,

Senyum terukir, kebahagiaan dalam sederhana."

7. Oktaf (8 baris dalam satu bait):

"Di atas gunung tinggi, awan berarak perlahan,

Hutan yang lebat, menjadi tempat persembunyian,

Mata air jernih, mengalir dengan tenang,

Binatang-binatang liar, bermain di tengahnya,

Suara gemericik, mengalun menyejukkan,

Mentari bersinar, menerangi segalanya,

Bulan dan bintang, menemani malam gelap,

Alam semesta, penuh dengan keindahan."

Dalam sebuah puisi, larik berperan sebagai unit terkecil yang membentuk struktur keseluruhan. Larik pada setiap puisi, memiliki panjang yang bervariasi, tergantung pada jenis puisi dan gaya penulisan yang digunakan. Pemilihan kata dan pengaturan larik berpengaruh pada ritme dan nada dalam puisi.

Misalnya, larik yang pendek dapat menciptakan kesan cepat dan tajam. Sementara larik yang panjang cenderung menghadirkan ritme yang lambat dan mendalam.

 

3 dari 3 halaman

Larik dalam Pantun

Dalam sebuah pantun, larik adalah merujuk pada setiap baris yang terdiri dari empat larik dalam satu bait. Pantun adalah bentuk puisi tradisional Melayu yang terdiri dari rangkaian larik yang bersifat berima, di mana larik kedua dan keempat berima dengan larik pertama dan ketiga.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud RI) mendefinisikan bahwa umumnya, pantun memiliki 4 larik dalam setiap baitnya. Namun, ada pengecualian dalam bentuk-bentuk pantun tertentu, seperti pada karmina yang hanya ada 2 larik dan talibun yang memiliki 6, 8, 10, hingga 12 larik dalam satu bait.

Pantun, sebagai bentuk puisi tradisional Melayu, seringkali mengikuti pola empat larik dalam satu bait, di mana larik kedua dan keempat berima dengan larik pertama dan ketiga.

1. Pantun (4 larik dalam satu bait):

"Rumah gadang nan cantik berhalaman luas,

Di sana bermain anak-anak riang gembira.

Diiringi suara gemerincing angin yang kencang,

Merdu mengalun lagu-lagu tradisional Minangkabau."

"Pagi menyapa dengan embun yang segar,

Senyummu menghiasi, membuat hati riang.

Mentari bersinar, memancarkan kehangatan,

Semua terasa damai dalam suasana pagi."

Namun, ada juga varian pantun yang memiliki struktur yang berbeda. Karmina, misalnya, hanya terdiri dari dua larik dalam satu bait, seperti contoh berikut.

2. Karmina (2 larik dalam satu bait):

"Hujan turun, tanah pun basah kuyup,

Burung-burung berlarian mencari tempat berteduh."

"Malam tiba, bintang-bintang bersinar,

Tenangnya malam, membuat hati bahagia."

Sementara talibun, dengan fleksibilitasnya, bisa memiliki jumlah larik yang beragam dalam satu bait. Contoh talibun dengan enam larik dalam satu bait adalah sebagai berikut.

3. Talibun (6 larik dalam satu bait):

"Hutan rimba yang lebat, penuh dengan misteri,

Rusa-rusa berlarian, melintasi sungai yang jernih.

Gemuruh air terjun, memecah heningnya pagi,

Semua ciptaan Tuhan, indah dalam keajaiban alam."

"Pantai yang luas, deburan ombak menghentak,

Pelaut-pelaut bersiap, mengarungi lautan luas.

Angin sepoi-sepoi, membelai rambut di tepi pantai,

Suasana tenang, merasuk dalam hati yang damai."

Larik dalam pantun tidak hanya berfungsi sebagai pembawa makna, tetapi juga harus mempertahankan struktur berima yang khas, menjadikannya sebuah teka-teki bahasa yang indah.

Kemampuan larik untuk menggambarkan gagasan dalam susunan kata-kata yang teratur membuatnya menjadi elemen penting dalam menciptakan karya sastra yang memukau. Dengan kata lain, larik tidak hanya sebagai deretan kata, tetapi juga fondasi dari keindahan dan ekspresi dalam puisi dan pantun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.