Sukses

Sejarah PGRI Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan, Ketahui Perkembangannya

Sejarah PGRI memang sudah dimulai sebelum kemerdekaan Indonesia, namun terbentuknya PGRI secara resmi baru pada tahun 1945.

Liputan6.com, Jakarta Sejarah PGRI perlu dipahami oleh setiap masyarakat Indonesia. Dalam rangka merayakan HUT PGRI sekaligus Hari Guru Nasional, kamu tentunya perlu mengenali perjalanan panjang organisasi guru Indonesia yang bahkan telah ada semenjak sebelum kemerdekaan ini.

Hari Ulang Tahun PGRI diperingati setiap 25 November setiap tahunnya, bersamaan dengan Hari Guru Nasional. Tahun 2023 ini merupakan HUT PGRI yang ke-78. PGRI adalah singkatan dari Persatuan Guru Republik Indonesia.

Sejarah PGRI memang sudah dimulai sebelum kemerdekaan Indonesia, namun terbentuknya PGRI secara resmi baru pada tahun 1945. Hal ini bertepatan dengan 100 hari setelah proklamasi kemerdekan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Berikut Liputan6.com rangkum dari laman PGRI Kabupaten Sleman, Rabu (22/11/2023) tentang sejarah PGRI.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Sejarah PGRI Sebelum Kemerdekaan Indonesia

Sejarah PGRI dimulai sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Semangat kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di kalangan guru-guru bangsa Indonesia. Organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).

Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua. Di samping PGHB berkembang pula organisasi guru bercorak keagamaan, kebangsaan, dan lain-lain.

Pada tahun 1932, dengan penuh kesadaran, 32 organisasi guru yang berbeda-beda latar belakang, paham, dan golongan bersepakat bersatu mengubah nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Pengubahan nama ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena penggunaan kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda.

Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia. Perjuangan PGI bukan lagi sekadar nasib guru, melainkan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan. Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, dan Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas. Sejarah PGRI pun terputus pada zaman pendudukan Jepang ini.

3 dari 6 halaman

Sejarah PGRI pada Masa Kemerdekaan Indonesia

Sejarah PGRI kembali berlanjut pada zaman kemerdekaan Indonesia. Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta. Melalui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat dihapuskan.

Mereka adalah guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945, seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan. Sejarah PGRI sesudah kemerdekaan pun dimulai sejak saat itu.

4 dari 6 halaman

Sejarah PGRI Sesudah Kemerdekaan Indonesia

Sejak lahirnya, PGRI bersifat unitaristik, independen, dan non-partisan. Keanggotaanya tanpa memandang ijazah, status, tempat bekerja, jenis kelamin, latar belakang agama, dan lain sebagainya. Sejarah PGRI tercipta sebagai wadah pemersatu guru yang sedang mengalami revolusi kemerdekaan merupakan manifestasi rasa tanggung jawab dan kesadaran kaum guru Indonesia dalam memenuhi kewajiban akan pengabdiannya serta partisipasinya kepada perjuangan menegakkan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Para guru yang mengadakan kongres serentak bersatu mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan:

  1. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia
  2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan
  3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.

Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, PGRI tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi profesi yang bersifat unitaristik, independen, dan nonpartisan. Untuk itulah, sebagai penghormatan kepada guru, Pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan selalu diperingati setiap tahun.

5 dari 6 halaman

Sejarah PGRI pada Masa Reformasi dan Setelahnya

Sejarah PGRI berlanjut pada masa reformasi. Tahun 1998, arus semangat reformasi melanda negeri. Perubahan situasi politik masa itu turut memengaruhi arah perjuangan organisasi. Di masa awal reformasi, PGRI menghadapi tantangan dalam lingkup global, nasional, dan organisasional.

Tantangan global, khususnya di abad ke-21 yang ditandai dengan berbagai perubahan yang berlangsung cepat terutama dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dengan segala dampaknya. Lingkungan yang berubah secara global memerlukan pola kerja dalam bentuk kerja tim, memerlukan sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), masyarakat meritokratik yang lebih menghargai prestasi daripada status dan asal-usul, dan menghormati orang yang mampu melaksanakan tugasnya secara efektif dan produktif.

PGRI sebagai mitra strategis pemerintah dan pemerintah daerah berjuang secara konsisten dalam meningkatkan harkat martabat dan marwah para guru. Banyak perjuangan yang dihasilkan PGRI untuk Indonesia.

6 dari 6 halaman

Perjuangan PGRI Sampai Sekarang

Sejarah PGRI semakin berkembang dna bertumbuh hingga sekarang. Memasuki tahun 2000-an hingga saat ini, arah perjuangan PGRI secara struktural dan fungsional mulai bergerak ke arah organisasi profesi yang modern dengan mentransformasi PGRI menjadi kekuatan moral intelektual namun tidak meninggalkan perjuangan sebagai organisasi perjuangan dan ketenagakerjaan.

Modernisasi organisasi sesuai kebutuhan dilakukan antara lain dengan membentuk alat perangkat kelengkapan organisasi sesuai kebutuhan seperti PGRI Smart Learning and Character Center (PGRI SLCC), Lembaga Kajian Kebijakan Pendidikan, dan kini tengah digagas Pusat Pengembangan Profesi Pendidik. Hadirnya PGRI SLCC menunjukkan keseriusan PGRI dalam upaya meningkatkan kompetensi guru di bidang teknologi dalam menghadapi perubahan di era revolusi industri 4.0 dan berperan serta mewujudkan masyarakat society 5.0.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.