Sukses

Penelitian Buktikan Merokok Tingkatkan Risiko Gangguan Mental Dua Kali Lipat

Merokok terbukti ilmiah memiliki kaitan dengan peningkatan risiko gangguan mental.

Liputan6.com, Jakarta Sebuah penelitian dilakukan untuk menginvestigasi dampak merokok terhadap kesehatan mental. Penelitian ini mengungkapkan bahaya tersembunyi yang terkait dengan kebiasaan merokok yang sebelumnya lebih sering difokuskan pada dampaknya terhadap kesehatan fisik saja.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Aarhus University, Denmark, merokok terbukti secara ilmiah memiliki kaitan dengan peningkatan risiko gangguan mental seperti depresi, gangguan bipolar, dan skizofrenia. Dr. Doug Speed, seorang ahli genetika statistik di Center for Quantitative Genetics and Genomics Universitas Aarhus, menyatakan, "Angka-angka ini berbicara sendiri (hasil penelitian membuktikan) rokok memang menyebabkan gangguan mental."

Berikut ulasan tentang penelitian yang menyatakan rokok meningkatkan risiko gangguan mental dua kali lipat. Dirangkum Liputan6.com dari laman themindsjournal.com, Selasa (12/9/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perokok Aktif Berisiko Alami Gangguan Mental

Menggunakan data dari UK Biobank, yang merupakan salah satu sumber data kesehatan manusia terbesar di dunia, tim peneliti melibatkan lebih dari setengah juta individu.  Tim peneliti menganalisis dataset yang luas ini, mempertimbangkan faktor-faktor selain genetika, termasuk informasi gaya hidup yang diberikan oleh peserta. 

Hasil penelitian ini mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan, terdapat hubungan antara merokok dan gangguan mental, yang juga memiliki aspek waktu yang signifikan. Rata-rata, individu dalam penelitian ini mulai merokok sekitar usia 17 tahun, sedangkan gangguan mental baru mulai muncul pada usia sekitar 30 tahun.

Selisih waktu yang signifikan antara memulai merokok dan timbulnya gangguan mental memberikan petunjuk bahwa ada kemungkinan hubungan sebab-akibat di antara keduanya. Para peneliti bahkan mengidentifikasi hubungan genetik yang terlibat, menyoroti keberadaan "gen-gen terkait merokok" yang memainkan peran dalam menentukan apakah seseorang akan menjadi perokok atau tidak. 

Temuan ini menguatkan hipotesis bahwa risiko merokok berkontribusi pada peningkatan risiko terkena gangguan mental karena faktor-faktor genetik ini. Dr. Speed menjelaskan, "Orang-orang dalam dataset yang membawa gen-gen terkait merokok namun buka perokok aktif cenderung lebih sedikit berpotensi mengalami gangguan mental dibandingkan dengan mereka yang membawa gen-gen tersebut dan menjadi perokok."

3 dari 3 halaman

Perlu Dilakukan Penelitian Lanjutkan

Meskipun penelitian ini telah menegaskan bahwa merokok adalah salah satu penyebab gangguan mental, mekanisme biologis yang tepat yang menjelaskan hubungan ini masih diteliti hingga sekarang. Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan fenomena ini, kemungkinan nikotin yang merupakan komponen utama dalam rokok dapat menghambat penyerapan serotonin di otak. Terganggunya penyerapan hormon serotonin memang seringkali memiliki hubungan dengan gangguan mental.

Selain itu, penelitian ini juga mempertimbangkan hipotesis bahwa merokok dapat menginduksi peradangan di otak seiring waktu. Lambat laun rokok berpotensi dapat menyebabkan kerusakan di berbagai area otak dan perkembangan gangguan mental. 

Secara keseluruhan, penelitian ini menyoroti pentingnya mengatasi konsekuensi kesehatan mental yang mungkin terkait dengan merokok. Penelitian yang dipublikasikan di dalam Acta Psychiatrica Scandinavica ini menekankan perlunya penelitian lanjutan tentang proses biologis yang mendasarinya. Dengan begitu, dapat diambil langkah-langkah yang lebih efektif dalam menjaga kesehatan fisik dan mental.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.