Sukses

Perbedaan Bernapas Lewat Hidung dan Mulut, Kenali Efeknya

Perbedaan bernapas lewat hidung dan mulut perlu dikenali efeknya.

Liputan6.com, Jakarta Perbedaan bernapas lewat hidung dan mulut perlu dikenali efeknya. Manusia bernapas lewat hidung dengan menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Namun, tidak jarang seseorang bernapas lewat mulut karena berbagai alasan, seperti hidung sedang tersumbat ataupun selepas olahraga.

Bernapas lewat mulut dianggap kurang baik untuk kesehatan. Hal ini tentu bukan tanpa alasan, karena hidung adalah benteng pertahanan pertama tubuh untuk menyaring berbagai benda asing dari luar, seperti kuman, polusi, dan racun dari udara yang kamu hirup.

Perbedaan bernapas lewat hidung dan mulut harus kamu ketahui untuk menjaga kesehatan pernapasan. Apalagi, kecenderungan bernapas lewat mulut merupakan salah satu tanda adanya sumbatan pada jalur napas lewat hidung, seperti alergi, pilek, sinusitis, polip hidung, hingga asma.

Orang yang terbiasa bernapas lewat mulut walaupun tidak sedang pilek biasanya menunjukkan gejala seperti tidur mendengkur, mulut cepat kering, bau mulut, suara serak, dan mudah lelah. Jika kamu mengalami gejala-gejala tersebut, segera periksakan ke dokter agar mendapat penanganan medis yang tepat.

Berikut Liputan6.com rangkum tentang perbedaan bernapas lewat hidung dan mulut dari berbagai sumber, Senin (17/2/2020).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bernapas Lewat Hidung

Saat menarik napas lewat hidung, udara akan masuk melalui lubang hidung dan kemudian langsung disaring oleh bulu hidung. Segala benda asing dan kotoran akan tersangkut di bulu-bulu hidung. Pada waktu yang sama, organ dalam hidung yang bernama konka akan melembapkan dan menghangatkan udara sebelum dialirkan ke faring.

Pemanasan suhu ini bertujuan agar saluran napas dan paru-paru tidak ikut mengering karena dialiri udara. Aliran udara yang lebih hangat menjaga elastisitas paru untuk menyerap dan menyimpan oksigen dengan lebih baik. Sementara itu, adenoid atau jaringan kelenjar getah bening yang ada di tenggorokan akan menghasilkan antibodi yang siap melawan serangan kuman.

Semua urutan mekanisme sistem pernapasan lewat hidung ini dapat menurunkan risiko alergi, aspirasi atau paru-paru kemasukan benda asing, serangan asma, demam, pembengkakan amandel, hingga masalah pernapasan kronis lainnya.

Seperti dikutip dari Healthline, bernapas melalui hidung merangsang produksi nitrit oksida yang mampu meningkatkan kemampuan paru menyerap oksigen dan mengedarkannya ke seluruh jaringan serta organ tubuh. Nitrit oksida juga membantu sistem kekebalan tubuh melawan infeksi dan penyakit yang disebabkan oleh jamur, virus, parasit, hingga bakteri. Karena itulah bernapas lewat hidung lebih disarankan daripada bernapas lewat mulut.

3 dari 3 halaman

Efek Bernapas Lewat Mulut

Bernapas lewat mulut memang tidak dianjurkan jika tidak terpaksa. Namun, berbagai kondisi seperti hidung tersumbat atau setelah melakukan olahraga biasanya dapat membuat kamu terpaksa untuk bernapas lewat mulut.

Manfaat bernapas lewat mulut adalah membantu paru-paru untuk mendapatkan oksigen yang lebih banyak dengan lebih cepat, sehingga bisa disalurkan ke otot-otot tubuh. Kegiatan berolahraga pun lebih efisien.

Walaupun begitu, bernapas lewat mulut tidak boleh dilakukan terus-menerus, karena dapat menimbulkan penyakit. Hal ini karena di dalam mulut tidak ada organ yang berfungsi menghangatkan, menyaring, dan melembapkan udara yang masuk seperti di dalam hidung.

Udara yang dihirup lewat mulut langsung mengalir ke saluran napas tanpa disaring dan dilembapkan terlebih dahulu. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai masalah pernapasan dan kesehatan tubuh karena infeksi bakteri, virus, jamur, maupun parasit.

Selain itu, hal ini juga dapat membuat mulut kering. Mulut yang kering dapat mempercepat pertumbuhan bakteri, sehingga kamu rentan mengalami bau mulut dan mengalami maslaah gigi dan mulut lainnya.

Efek negatif bernapas lewat mulut dalam jangka panjang lainnya adalah suara serak, merasa lelah setelah bangun tidur, hingga muncul lingkaran hitam di bawah mata.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.