Sukses

Shalat Tarawih Berapa Rakaat, Ketahui Keutamaan dan Panduan Melakukannya

Shalat tarawih merupakan shalat sunnah yang dilakukan pada bulan Ramadhan setelah shalat Isya' dan sebelum shalat witir.

Liputan6.com, Jakarta Shalat tarawih berapa rakaat? Perlu diketahui bahwa shalat tarawih merupakan shalat sunnah yang dilakukan pada bulan Ramadhan setelah shalat Isya dan sebelum shalat witir. Jumlah rakaat dalam shalat tarawih bervariasi menurut mahzab yang dianut, namun mayoritas mahzab mengatakan bahwa jumlah rakaatnya antara 8 hingga 20 rakaat.

Shalat tarawih berapa rakaat? Di Indonesia, umumnya shalat tarawih dilakukan sebanyak 8 rakaat. Namun, di beberapa masjid dan komunitas Muslim lainnya bisa juga dilakukan 12, 16, atau bahkan 20 rakaat. Penting untuk diingat bahwa shalat tarawih bukanlah ibadah wajib, tetapi merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan di bulan Ramadhan.

Shalat tarawih berapa rakaat? Adapun jumlah rakaat yang dilakukan juga tidak menjadi hal yang harus diperdebatkan, yang terpenting adalah melaksanakan shalat tarawih dengan khusyuk dan ikhlas, sebagai ibadah yang mendekatkan kita kepada Allah SWT. Selain itu, shalat tarawih dapat juga dilakukan secara berjamaah di masjid atau di rumah bersama keluarga.

Penting untuk diingat bahwa shalat tarawih bukanlah satu-satunya ibadah yang bisa dilakukan selama bulan Ramadhan. Selain shalat tarawih, kita juga dapat melaksanakan ibadah-ibadah lain seperti membaca Al-Qur'an, bersedekah, berdoa, dan melakukan amal kebaikan lainnya.

Barikut ini jumlah rakaat dalam shalat tarawih yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (20/2/2023).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Keutamaan Shalat Tarawih

Melansir dari laman muslim.or.id, terdapat keutamaan dalam shalat tarawih di antaranya:

Pertama, akan mendapatkan ampunan dosa yang telah lalu.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759). Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah shalat tarawih sebagaimana yang dituturkan oleh An Nawawi.[5] Hadits ini memberitahukan bahwa shalat tarawih bisa menggugurkan dosa dengan syarat karena iman yaitu membenarkan pahala yang dijanjikan oleh Allah dan mencari pahala dari Allah, bukan karena riya’ atau alasan lainnya.[6]

Yang dimaksud “pengampunan dosa” dalam hadits ini adalah bisa mencakup dosa besar dan dosa kecil berdasarkan tekstual hadits, sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul Mundzir. Namun An Nawawi mengatakan bahwa yang dimaksudkan pengampunan dosa di sini adalah khusus untuk dosa kecil.[7]

Kedua, shalat tarawih bersama imam seperti shalat semalam penuh.

Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya. Lalu beliau bersabda,

إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةً

“Siapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.”[8] Hal ini sekaligus merupakan anjuran agar kaum muslimin mengerjakan shalat tarawih secara berjama’ah dan mengikuti imam hingga selesai.

Ketiga, shalat tarawih adalah seutama-utamanya shalat.

Ulama-ulama Hanabilah (madzhab Hambali) mengatakan bahwa seutama-utamanya shalat sunnah adalah shalat yang dianjurkan dilakukan secara berjama’ah. Karena shalat seperti ini hampir serupa dengan shalat fardhu. Kemudian shalat yang lebih utama lagi adalah shalat rawatib (shalat yang mengiringi shalat fardhu, sebelum atau sesudahnya). Shalat yang paling ditekankan dilakukan secara berjama’ah adalah shalat kusuf (shalat gerhana) kemudian shalat tarawih.[9]

Shalat Tarawih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Dari Abu Salamah bin ‘Abdirrahman, dia mengabarkan bahwa dia pernah bertanya pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Bagaimana shalat malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadhan?”. ‘Aisyah mengatakan,

مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَزِيدُ فِى رَمَضَانَ وَلاَ فِى غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menambah jumlah raka’at dalam shalat malam di bulan Ramadhan dan tidak pula dalam shalat lainnya lebih dari 11 raka’at.”[10]

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengabarkan,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – خَرَجَ ذَاتَ لَيْلَةٍ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ ، فَصَلَّى فِى الْمَسْجِدِ ، فَصَلَّى رِجَالٌ بِصَلاَتِهِ فَأَصْبَحَ النَّاسُ فَتَحَدَّثُوا ، فَاجْتَمَعَ أَكْثَرُ مِنْهُمْ فَصَلَّوْا مَعَهُ ، فَأَصْبَحَ النَّاسُ فَتَحَدَّثُوا فَكَثُرَ أَهْلُ الْمَسْجِدِ مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ ، فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَصَلَّوْا بِصَلاَتِهِ ، فَلَمَّا كَانَتِ اللَّيْلَةُ الرَّابِعَةُ عَجَزَ الْمَسْجِدُ عَنْ أَهْلِهِ حَتَّى خَرَجَ لِصَلاَةِ الصُّبْحِ ، فَلَمَّا قَضَى الْفَجْرَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ ، فَتَشَهَّدَ ثُمَّ قَالَ « أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّهُ لَمْ يَخْفَ عَلَىَّ مَكَانُكُمْ ، لَكِنِّى خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ فَتَعْجِزُوا عَنْهَا »

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu malam keluar di tengah malam untuk melaksanakan shalat di masjid, orang-orang kemudian mengikuti beliau dan shalat di belakangnya. Pada waktu paginya orang-orang membicarakan kejadian tersebut. Kemudian pada malam berikutnya orang-orang yang berkumpul bertambah banyak lalu ikut shalat dengan beliau. Dan pada waktu paginya orang-orang kembali membicarakan kejadian tersebut. Kemudian pada malam yang ketiga orang-orang yang hadir di masjid semakin bertambah banyak lagi, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar untuk shalat dan mereka shalat bersama beliau. Kemudian pada malam yang keempat, masjid sudah penuh dengan jama’ah hingga akhirnya beliau keluar hanya untuk shalat Shubuh. Setelah beliau selesai shalat Fajar, beliau menghadap kepada orang banyak membaca syahadat lalu bersabda: “Amma ba’du, sesungguhnya aku bukannya tidak tahu keberadaan kalian (semalam). Akan tetapi aku takut shalat tersebut akan diwajibkan atas kalian, sementara kalian tidak mampu.”[11]

 

 

3 dari 4 halaman

Rakaat Shalat Tarawih

1. Rakaat Shalat Tarawih 20 Ditambah 3 Rakaat Shalat Witir

Sebuah kelompok menyebut rakaat shalat Tarawih cukup 20 rakaat bersandar dari hadis Mauquf yang bersumber dari Umar bin Khattab. Ibnu Rusyd al-Qurthuby (w. 595 H) dalam kitab Bidayat al-Mujtahid menyebutkan:

“Para ulama berbeda pendapat terkait berapakah bilangan shalat tarawih yang dipilih. Imam Malik dalam salah satu pendapatnya, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hanbal dan Daud ad-Dzahiri memilih bahwa shalat tarawih itu 20 rakaat. Sedangkan Ibnu al-Qasim meriwayatkan dari Imam Malik bahwa beliau memilih 36 rakaat tarawih.”

Selain itu ada beberapa mazhab yang menyebutkan terkait rakaat shalat tarawih 20 rakaat. Pendapat dari Hanafiyyah di dalam kitab mereka adalah 20 rakaat. Abu al-Barakat an-Nasafi al-Hanafi (w. 710 H) menyebutkan:

“Dalam Ramadhan, disunnahkan shalat malam sebanyak 20 rakaat dengan 10 salam, setelah shalat Isya’, sebelum atau setelah shalat witir dengan berjamaah.” 

Al-Kasani (w. 587 H) yang juga merupakan salah satu ulama mazhab Al-Hanafiyah menuliskan di dalam kitabnya, Badai’Ash-Shana’i’ fi Tartib AsySyarai' sebagai berikut :

“Adapun jumlahnya 20 rakaat dengan 10 salam dan 5 kali istirahat. Tiap dua kali salam ada istirahat. Demikian pendapat kebanyakan ulama.”

Adapun Imam as-Syafi’i sendiri (w. 204 H) menyebutkan:

Shalat malam bulan Ramadhan itu sendiri lebih saya sukai. Ketika di Madinah, saya melihat mereka shalat 36 rakaat, sedangkan saya suka 20 rakaat. Karena itulah yang diriwayatkan dari Umar bin Khattab. Mereka di Makkah shalat seperti itu, dan witir 2 rakaat.”

2. Rakaat Shalat Tarawih 4-4-3

Neberapa ulama atsar dan sahabat nabi tidak membatasi jumlah rakaat shalat tarawih. Kendati demikian, Muhammadiyah mengikuti tata cara Rasullullah SAW yakni dengan formasi 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1 atas dasar hadist.

Formasi rakaat shalat tarawih 4-4-3 didasarkan dari hadist yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim.

Dari A’isyah, istri Nabi Muhammad SAW, ia berkata, Nabi SAW tidak pernah melakukan shalat sunah pada Ramadan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau salat empat rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana bagus dan indahnya. Kemudian, beliau shalat lagi empat rakaat, dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau shalat lagi tiga rakaat (witir).” Dalam salat witir, bacaan di rakaat pertama adalah surat Al-’Ala, rakaat kedua Al-Kafirun, dan rakaat ketiga surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, serta An-Nas. 

3. Rakaat Shalat Tarawih 2-2-2-2-2-1

Formasi rakaat shalat tarawih dan witir versi berikutnya adalah 2-2-2-2-2-1. Formasi ini didasarkan hadist riwayat Muslim dari sahabat Ibn Abbas.

Aku berdiri di samping Rasulullah, kemudian Rasulullah meletakkan tangan kanannya di kepalaku dan dipegangnya telinga kananku dan ditelitinya, lalu Rasulullah shalat dua rakaat kemudian dua rakaat lagi, lalu dua rakaat lagi, dan kemudian dua rakaat, selanjutnya Rasulullah salat witir, kemudian Rasulullah tiduran menyamping sampai Bilal menyerukan azan. Maka bangunlah Rasulullah dan shalat dua rakaat singkat-singkat, kemudian pergi melaksanakan shalat subuh.

Atas hadist-hadist itu maka Tarjih Muhammadiyah memilih dua cara tersebut dalam pelaksanaan tarawihnya.

4 dari 4 halaman

Panduan Shalat Tarawih

- Sebelum memulai shalat tarawih, sebaiknya kita mempersiapkan diri dengan membersihkan tubuh, mengenakan pakaian yang bersih, dan membersihkan tempat yang akan digunakan untuk shalat. Kita juga sebaiknya mempersiapkan kekhusyukan hati dan mengosongkan pikiran dari segala macam urusan dunia.

- Sebelum memulai shalat tarawih, kita harus melakukan niat terlebih dahulu. Niat ini dilakukan di dalam hati dan dapat berbeda-beda tergantung pada masing-masing individu. Contohnya, niat untuk melaksanakan shalat tarawih dengan 8 rakaat atau 20 rakaat.

- Setelah melakukan niat, kita memulai shalat tarawih dengan takbiratul ihram. Takbiratul ihram ini dilakukan dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga dan mengucapkan kalimat "Allahu Akbar".

- Melakukan rakaat pertama, di mana Anda bisa membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Kafirun atau surat lainnya. Setelah itu, melakukan ruku' dan sujud seperti pada shalat lainnya.

- Pada rakaat kedua, membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas atau surat lainnya. Setelah itu, melakukan ruku' dan sujud seperti pada shalat lainnya.

- Setelah selesai melakukan rakaat kedua, kita dapat melanjutkan shalat tarawih dengan rakaat berikutnya. Melakukan rakaat berikutnya dengan cara yang sama seperti pada rakaat sebelumnya.

- Selain membaca surat Al-Fatihah dan surat pendek lainnya, kita juga dianjurkan untuk membaca Al-Quran selama shalat tarawih. Kita dapat membaca beberapa ayat atau beberapa juz Al-Quran setiap harinya selama bulan Ramadhan.

- Penting untuk menjaga khusyuk dan khudhu' dalam shalat tarawih. Hindari melakukan gerakan yang terlalu cepat dan usahakan fokus pada ibadah kita kepada Allah. Setelah selesai melakukan rakaat terakhir, melakukan salam ke kanan dan ke kiri seperti pada shalat lainnya.

- Umumnya, shalat tarawih dilakukan dengan 8 rakaat atau 20 rakaat, tetapi jumlah rakaat ini bisa berbeda-beda tergantung pada kebiasaan di masing-masing masjid.

- Setelah selesai melakukan shalat tarawih, kita melaksanakan shalat witir yang dilakukan dengan rakaat tunggal. Shalat witir dapat dilakukan setelah selesai shalat tarawih, atau dapat dilakukan pada akhir malam sebelum waktu subuh.

Cara melaksanakan shalat witir adalah sebagai berikut:

- Sebelum memulai shalat witir, kita harus melakukan niat terlebih dahulu. Niat ini dilakukan di dalam hati dan dapat berbeda-beda tergantung pada masing-masing individu. Contohnya, niat untuk melaksanakan shalat witir dengan 1 rakaat atau 3 rakaat.

- Setelah melakukan niat, kita memulai shalat witir dengan takbiratul ihram. Takbiratul ihram ini dilakukan dengan mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga dan mengucapkan kalimat "Allahu Akbar".

- Pada rakaat pertama, membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-A'la atau surat lainnya. Setelah itu, melakukan ruku' dan sujud seperti pada shalat lainnya. Selanjutnya pada rakaat kedua, membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Kafirun atau surat lainnya. Setelah itu, melakukan ruku' dan sujud seperti pada shalat lainnya.

- Jika kita ingin melaksanakan shalat witir dengan 3 rakaat, maka setelah selesai rakaat kedua, kita melakukan rakaat ketiga dengan cara yang sama seperti pada rakaat sebelumnya. Pada rakaat ketiga, kita dapat membaca surat Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas atau surat lainnya.

- Selain membaca surat Al-Fatihah dan surat lainnya, kita juga dapat membaca doa qunut pada shalat witir. Doa qunut dibaca setelah ruku' pada rakaat terakhir. Namun, pembacaan doa qunut bersifat opsional dan tidak diwajibkan.

- Sama seperti pada shalat tarawih, menjaga khusyuk dan khudhu' dalam shalat witir juga sangat penting. Hindari melakukan gerakan yang terlalu cepat, dan usahakan fokus pada ibadah kita kepada Allah.

- Setelah selesai melakukan rakaat terakhir, melakukan salam ke kanan dan ke kiri seperti pada shalat lainnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.