Sukses

TBC pada Anak, Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Liputan6.com, Jakarta TBC pada anak perlu dipahami oleh orang tua. Seperti yang diketahui, TBC atau Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. TBC tidak hanya dapat diderita oleh orang dewasa, namun juga anak-anak. 

Penyakit ini terutama menyerang paru, namun juga bisa mengenai organ lain seperti selaput otak, usus, kelenjar getah bening, ginjal, tulang, dan kulit. TBC ditularkan lewat udara dari pasien TBC ke orang yang ada di sekitarnya. Penularan ini dapat melalui percikan air ludah pasien saat batuk, bicara, atau bersin tanpa menutup mulut dan hidung atau tanpa menggunakan masker.

TBC pada anak tentunya perlu benar-benar diperhatikan oleh orang tua. Mengenali gejala TBC pada anak sangat penting dilakukan. Orang tua perlu tetap menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan bersegera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat apabila mengalami gejala TBC, untuk mendapatkan diagnosa dan penanganan secara tepat oleh petugas kesehatan.

Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (23/12/2022) tentang TBC pada anak.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penyebab TBC pada Anak

Penyebab TBC pada anak adalah karena menghirup bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang tersebar di udara. Bakteri tersebut kemudian masuk ke paru-paru dan bisa berkembang ke bagian tubuh lain seperti tulang belakang, ginjal, serta otak. Penyebab TBC pada anak kerap kali ditularkan oleh orang dewasa yang menderita penyakit Tuberkulosis. Penyebab TBC pada anak adalah saat orang dewasa dengan tuberkulosis batuk atau bersin, kemudian bakteri akan tersebar di udara, dan orang-orang yang menghirupnya akan tertular penyakit TBC ini.

Anak berusia kurang dari 3 tahun dan dengan malnutrisi atau kondisi immunosupresan memiliki risiko paling tinggi untuk menderita TBC. TBC terutama menyerang paru, tapi 20-30% TBC pada anak menyerang organ lain. Bayi dan balita paling beresiko terkena TBC berat seperti meningitis TB yang mampu menyebabkan buta, tuli, serta kelumpuhan.

TBC merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang sering pada anak. Anak lebih beresiko untuk menderita TBC berat seperti TB milier dan meningitis TB sehingga menyebabkan tingginya kesakitan dan kematian pada anak. Anak sangat rentan terinfeksi TBC, terutama yang kontak erat dengan pasien TBC BTA positif. Diperkirakan banyak anak menderita TBC yang tidak mendapatkan penanganan yang benar. Lebih dari 1 juta kasus baru TBC pada Anak setiap tahun.

3 dari 4 halaman

Gejala TBC pada Anak

Melansir tbindonesia.or.id, gejala TBC pada anak tidak khas. Penurunan berat badan, lemah, letih, dan lesu merupakan gejala utama TBC pada anak. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kementerian Kesehatan RI, dr Wiendra Waworuntu M.Kes, menjelaskan beberapa gejala TBC pada anak. Secara umum, penyakit yang disebabkan bakteri Mycobacterium Tuberculosis ini bisa menimbulkan gejala batuk terus-menerus, batuk darah, penurunan berat badan, demam, lemas, rasa sakit di paru-paru, infeksi yang tidak kunjung sembuh, menggigil di malam hari, kelelahan, dan urine kemerahan.

Secara umum, menurut laman Kementerian Kesehatan, gejala TBC pada anak di antaranya sebagai berikut:

1. Berat badan anak dengan gejala TBC Paru turun atau tidak naik dalam 2 bulan terakhir.

2. Demam dalam waktu yang lama, lebih dari 2 minggu dan atau berulang tanpa sebab.

3. Suhu tubuh umumnya tidak tinggi.

4. Batuk dalam waktu yang lama, lebih dari 2 minggu yang makin lama makin parah yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik.

5. Badan lemas atau lesu sehingga tidak aktif bermain.

6. Munculnya benjolan di kelenjar daerah leher rahang bawah, ketiak, dan selangkangan.

4 dari 4 halaman

Pengobatan TBC pada Anak

Mengutip tbindonesia.or.id, TBC pada anak dapat disembuhkan. Pengobatan TBC pada anak biasanya membutuhkan waktu 6-12 bulan tergantung dari berat atau ringannya penyakit. Jika sudah dinyatakan positif TBC, maka pengobatan perlu segera dilakukan pada anak. Apalagi, pengobatan TBC pada anak agak berberda dengan orang dewasa.

TBC pada anak dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat. Pemeriksaan TBC pada anak dilakukan dengan penilaian sistem pembobotan (scoring system) gejala dan pemeriksaan penunjang. Pendekatan diagnosis TBC pada anak menggunakan Sistem Skoring yang disusun Kementerian Kesehatan bersama dengan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Sistem Skoring TBC pada anak merupakan pembobotan terhadap gejala, tanda klinis, dan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan di Sarana Pelayanan Terbatas. Masing-masing gejala pada sistem skoring harus dianalisis untuk menentukan apakah termasuk dalam parameter sistem skoring.

Pencegahan TBC pada anak

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan TBC pada anak yaitu:

- Vaksinasi BCG pada bayi yang baru lahir

- Pemberian asupan gizi seimbang untuk menjaga imunitas anak

- Cari sumber penularan, adakah orang yang sakit TBC tinggal serumah atau yang kontak erat dengan anak. Orang yang sakit TBC ini harus mendapat pengobatan TBC yang adekuat dan tuntas.

- Pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) kepada anak yang kontak serumah dengan pasien TBC aktif.

- Upayakan menjaga lingkungan rumah atau tempat tinggal tetap bersih, tidak lembab, dan pastikan sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.