Liputan6.com, Jakarta Infark miokard akut atau biasa disebut serangan jantung akut adalah kondisi medis yang memerlukan perhatian segera karena berpotensi menyebabkan kerusakan jantung permanen. Kondisi ini berisiko tinggi terhadap keselamatan pasien.
Penyebab utama serangan jantung adalah penyumbatan pada salah satu arteri koroner yang memasok darah ke otot jantung. Penyumbatan ini biasanya disebabkan oleh pembekuan darah yang terbentuk di permukaan plak aterosklerosis, yaitu penumpukan lemak dan zat lain di dinding dalam arteri.
Baca Juga
Jadi Running Guide di Peparnas 2024, Begini Tantangan Pelari Sumut dalam Membangun Harmonisasi dengan Atlet Disabilitas Netra
Anak Kerap Rasakan Nyeri Pasca Operasi, Apa yang Bisa Dilakukan Orangtua agar Buah Hati Tetap Nyaman?
Jual Beli Online Gunakan WIFI Tetangga Tanpa Izin, Apa Hasil Transaksinya Haram?
Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Siloam Lippo Village Karawaci, Antonia Anna Lukito, ketika aliran darah terganggu maka bagian otot jantung yang terkena tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan atau kematian sel-sel jantung. Jika tidak ditangani dengan cepat, maka kerusakan ini dapat berlanjut dan menimbulkan komplikasi serius seperti gagal jantung atau kematian mendadak.
Advertisement
Apa Saja Gejala Serangan Jantung Akut?
Gejala serangan jantung dapat mencakup nyeri dada yang menjalar ke lengan kiri, bahu, rahang bawah, dan dapat menyebabkan sesak napas serta rasa mual. Jika seseorang mengalami gejala-gejala tersebut, mencari bantuan medis di Instalasi Gawat Darurat (IGD) sesegera mungkin, adalah langkah yang sangat penting.
“Penanganan serangan jantung akut dilakukan melalui protokol yang ketat, dimulai dengan evaluasi cepat dan tepat di IGD, diikuti dengan tindakan medis yang sesuai untuk mengurangi kerusakan jantung dan meningkatkan kemungkinan pemulihan penuh,” ujar Antonia dalam keterangan tertulis dikutip Rabu (18/9/2024).
Bagaimana Penanganan Serangan Jantung Akut?
Guna menangani serangan jantung akut, ada prosedur yang direkomendasikan yakni Percutaneous Coronary Intervention (PCI).
Menurut Antonia, PCI adalah prosedur medis yang dirancang untuk membuka penyumbatan pada arteri koroner dan mengembalikan aliran darah ke jantung. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan kateter melalui pembuluh darah di lengan atau paha, yang kemudian diarahkan ke arteri koroner yang mengalami penyumbatan.
Setelah kateter berada di lokasi yang tepat, dokter dapat menggunakan balon kecil yang dipompa untuk membuka penyumbatan atau menempatkan stent (penyangga arteri jantung) untuk menjaga arteri tetap terbuka.
PCI adalah Metode Minimal Invasif untuk Jantung
Antonia menambahkan, PCI adalah metode minimal invasif dan sering kali merupakan pilihan utama dalam penanganan serangan jantung akut. Pasalnya, tindakan ini memiliki efektivitas yang baik dalam mengembalikan aliran darah secara cepat dan mengurangi kerusakan otot jantung.
Salah satu keuntungan utama PCI adalah kemampuannya untuk dilakukan secara darurat yang merupakan langkah penting ketika serangan jantung terjadi. Prosedur ini biasanya dilakukan di Catheterization Lab, yaitu sebuah ruangan yang dilengkapi dengan teknologi canggih untuk memantau dan mengendalikan tindakan secara real-time.
Selama PCI, dokter dapat melihat gambar arteri jantung secara langsung melalui pemantauan fluoroskopi (pemeriksaan sinar-X langsung), yang memungkinkan mereka untuk menentukan dengan akurat lokasi penyumbatan dan menyesuaikan tindakan mereka.
“Prosedur ini bertujuan tidak hanya untuk membuka penyumbatan tetapi juga untuk mencegah penyumbatan kembali dengan menempatkan stent yang dirancang khusus untuk menopang dinding arteri,” jelas Antonia.
Advertisement
Protokol Penanganan Awal Serangan Jantung Akut
Antonia menjelaskan, penanganan awal serangan jantung akut dilakukan dengan cepat. Begitu pasien tiba di IGD, mereka segera ditangani oleh tim medis yang terlatih dalam penanganan darurat kardiovaskular.
Proses awal ini melibatkan pengambilan riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan pelaksanaan EKG untuk mendeteksi adanya pola abnormal pada jantung yang dapat mengindikasikan infark miokard atau serangan jantung.
Hasil EKG dan tes darah, termasuk kadar enzim jantung, digunakan untuk menentukan tingkat keparahan kondisi sang pasien dan kebutuhan untuk intervensi lebih lanjut.
Jika diagnosis awal menunjukkan bahwa PCI mungkin diperlukan, pasien akan segera dipindahkan ke Catheterization Lab untuk tindakan lebih lanjut. Proses ini memerlukan koordinasi yang cepat antara berbagai tim medis untuk memastikan bahwa semua langkah dilakukan dengan efisien dan efektif.
Perlu waktu yang singkat sejak kedatangan pasien di IGD hingga tindakan PCI, dengan tujuan untuk mengoptimalkan hasil dan meminimalkan kerusakan jantung. Biasanya, waktu dari kedatangan pasien hingga PCI dilakukan adalah kurang dari 90 menit, tergantung pada keadaan dan kompleksitas kasus.
Bagaimana Proses Diagnosis dan Penilaian Kebutuhan PCI?
Diagnosis dan penilaian kebutuhan PCI melibatkan serangkaian prosedur dan evaluasi yang mendalam untuk menentukan apakah PCI adalah opsi terbaik untuk pasien.
Setelah pemeriksaan awal di IGD, tes diagnostik lanjutan seperti angiografi koroner dilakukan untuk menilai derajat penyumbatan di arteri koroner. Angiografi koroner adalah prosedur di mana kontras khusus disuntikkan ke dalam arteri, dan gambar X-ray diambil untuk melihat aliran darah dan identifikasi penyumbatan secara jelas. Hasil dari angiografi ini akan menentukan lokasi dan tingkat keparahan penyumbatan.
Berdasarkan hasil diagnosis tersebut, tim medis akan memutuskan apakah PCI mungkin untuk dapat dilakukan. Selain itu, pertimbangan juga diberikan terhadap kondisi kesehatan keseluruhan pasien dan risiko yang mungkin timbul selama prosedur. Keputusan ini diambil dengan hati-hati untuk memastikan bahwa PCI adalah intervensi yang tepat dan bahwa manfaat dari prosedur ini akan melebihi risiko potensial yang terkait.
Advertisement