Liputan6.com, Jakarta - Bepergian menggunakan pesawat saat sedang mengandung memang sering menjadi dilema bagi para ibu hamil. Di satu sisi, ada keinginan untuk tetap menjalani aktivitas atau liburan. Namun, di sisi lain, ada kekhawatiran tentang keselamatan diri dan janin. Ternyata, tidak semua ibu hamil diperbolehkan terbang. Ada beberapa kondisi yang membuat bumil berisiko jika melakukan perjalanan jauh, apalagi menggunakan pesawat.
Apakah Boleh Naik Pesawat Saat Hamil Muda?
Amankah terbang saat hamil? Usia kehamilan memegang peran penting dalam menentukan apakah bumil boleh naik pesawat atau tidak. Jika usia kehamilan terlalu muda, terutama di trimester pertama, bumil sering kali mengalami morning sickness, rasa mual, dan ketidaknyamanan yang membuat perjalanan jauh menjadi tantangan.
Baca Juga
Sebaliknya, pada usia kehamilan yang sudah tua, terutama di trimester ketiga, risiko bagi ibu dan janin meningkat.
Advertisement
Menurut seorang dokter spesialis kandungan dari AS, Kristen Ekman MD, semakin mendekati tanggal persalinan, semakin disarankan bumil untuk tidak bepergian jauh, apalagi dengan pesawat.
"Bumil di trimester ketiga sebaiknya tetap dekat dengan rumah dan penyedia layanan kesehatan karena risiko persalinan mendadak sangat besar," kata Ekman seperti dikutip dari Cleveland Clinic pada Rabu, 11 September 2024. Sebagian besar maskapai penerbangan pun melarang bumil untuk terbang di bulan terakhir kehamilan.
Apa Syarat Ibu Hamil Naik Pesawat?
Selain usia kehamilan, ibu yang memiliki kondisi medis tertentu seperti anemia, diabetes gestasional, atau tekanan darah tinggi juga sebaiknya berpikir dua kali sebelum memesan tiket pesawat. Kondisi-kondisi ini bisa memperburuk kesehatan bumil selama perjalanan jauh.
"Jika Anda memiliki penyakit yang sudah ada sebelumnya, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan Anda sebelum memutuskan untuk terbang. Bawa juga catatan medis atau pastikan Anda bisa mengaksesnya dengan mudah di tempat tujuan," tambahnya.
Advertisement
Apakah Plasenta Previa Boleh Naik Pesawat?
Komplikasi selama kehamilan seperti preeklamsia, plasenta previa, atau riwayat persalinan prematur, merupakan sinyal kuat bagi bumil untuk tidak melakukan perjalanan udara. Komplikasi ini membutuhkan pemantauan ketat dari tenaga medis dan terbang jauh dari rumah sakit bisa memperbesar risiko.
"Jika ada komplikasi kehamilan yang serius, sebaiknya hentikan perjalanan jauh sejak dini. Tanggal jatuh tempo hanyalah perkiraan, dan persalinan bisa terjadi kapan saja di beberapa minggu terakhir," saran Ekman.
Cek Kebijakan Maskapai Penerbangan Sebelum Bepergian
Perlu diingat, setiap maskapai penerbangan memiliki kebijakan berbeda mengenai ibu hamil. Beberapa maskapai membatasi bumil untuk terbang setelah memasuki usia kehamilan 28 atau 29 minggu, terutama untuk penerbangan internasional. Jadi, pastikan Anda memeriksa kebijakan maskapai sebelum memesan tiket.
“Jika memang terpaksa harus bepergian di trimester akhir, buatlah rencana matang, termasuk mengetahui lokasi rumah sakit dan pusat kesehatan di tempat tujuan,” pungkas Dr. Ekman.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement