Sukses

Beda dengan Cacar Air, Flu Singapura atau HFMD Tak Bentuk Kekebalan pada Anak yang Sudah Terinfeksi

Flu Singapura adalah penyakit infeksi virus yang di Indonesia umumnya menimbulkan gejala ringan tapi sangat menular.

Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini kenaikan kasus flu Singapura atau hand, foot, and mouth disease (HFMD) terlihat di beberapa wilayah di Indonesia terutama di Depok, Jawa Barat.

Menurut dokter spesialis anak Edi Hartoyo, flu Singapura adalah penyakit infeksi virus yang di Indonesia umumnya menimbulkan gejala ringan tapi sangat menular.

Beberapa gejala yang dapat muncul adalah lesi pada mulut, lenting atau gelembung berisi cairan di telapak tangan dan telapak kaki. Terkadang, ada pula di tubuh.

Gejala ini kerap membuat masyarakat bingung membedakan antara flu Singapura dengan cacar air.

Edi menjelaskan bahwa ini adalah dua penyakit yang berbeda. Dari segi lesi atau lenting, lesi pada flu Singapura dapat hilang sendiri karena tidak sampai ke lapisan kulit yang dalam.

Sementara, lesi cacar air cenderung lebih dalam sehingga dapat berbekas dan lebih sulit dihilangkan.

Perbedaan kedua, virus penyebab flu Singapura tidak menyebabkan kekebalan. Beda dengan virus penyebab cacar air yang membentuk kekebalan pada tubuh. Makanya, cacar air jarang terjadi lagi di masa depan karena tubuh sudah kebal.

“Artinya, flu Singapura kalau musim ini kena, musim depan bisa kena lagi kalau dia kontak. Jadi tidak ada kekebalan untuk HFMD ini, masih bisa kena,” jelas Edi dalam temu media secara daring bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (2/4/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Potensi Penularan Flu Singapura di Momen Lebaran

Dalam kesempatan yang sama, Edi menyampaikan bahwa ada potensi perluasan penularan flu Singapura di momen mudik lebaran.

“Kalau soal berpotensi memperluas (penularan), bisa iya. Apalagi kalau kita menggunakan sarana transportasi umum,” ucap Edi.

Penularan yang semakin luas dapat dipicu ketidaksadaran orangtua bahwa anaknya tengah mengidap HFMD.

“Karena ini penyakitnya ringan, orangtua enggak sadar bahwa dia kena virus akhirnya pulang naik bus, kumpul dengan orang banyak. Maka risiko untuk memperluas (penyebaran) bisa iya.”

Maka dari itu, Edi membagikan kiat agar anak-anak tidak tertular dan menularkan HFMD selama mudik dan perayaan Idul Fitri.

“Karena ini penularannya lewat droplet, lewat kontak, jadi kalau anak-anak menunjukkan ada ciri-ciri seperti lesi di mulut, telapak tangan, telapak kaki, kadang di badan, maka sebaiknya diisolasi.”

3 dari 4 halaman

Tingkatkan Daya Tahan Tubuh Anak

Isolasi pada anak tidak berarti anak dikurung di kamar saja, tapi anak memang tidak keluar rumah dulu dalam lima hingga tujuh hari.

“Kalau sudah lima sampai tujuh hari dia sudah tidak menular lagi. Jangan sampai dua minggu, enggak lah. Kalau dua minggu terlalu lama, kasihan.”

Selain isolasi, cara lain menjaga anak agar tidak tertular dan menularkan virus penyebab HFMD adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuhnya.

“Yang kedua adalah dengan menaikkan daya tahan tubuh anak kita. Apa caranya? Suruh istirahat yang cukup, nutrisi yang baik, suruh banyak minum.”

Naiknya daya tahan tubuh akan mampu menghalau virus yang masuk ke tubuh anak, apapun jenisnya.

4 dari 4 halaman

Hindari Kontak dengan Pasien HFMD

Cara ketiga yang sudah pasti harus dilakukan agar anak tak tertular flu Singapura adalah menghindari kontak dengan pengidap HFMD.

“Yang ketiga, hindari kontak dengan penderita flu Singapur. Untuk bapak dan ibu yang kira-kira anaknya menunjukkan gejala tadi ya sudah suruh di rumah dulu deh jangan main sama temannya agar tidak menular.”

“Tunggu, masa penularannya kan tiga sampai lima hari, tidak terlalu lama kok, setelah itu tidak akan menular lagi,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.