Sukses

Kondisi Ibu Hamil yang Disarankan untuk Batalkan Puasa, Termasuk Mual Muntah Berlebihan

Ada beberapa kondisi pada ibu hamil yang disarankan untuk membatalkan puasa. Salah satunya mual muntah.

Liputan6.com, Jakarta Secara umum, ibu hamil yang sehat boleh-boleh saja menjalankan puasa. Hal terpenting sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadhan adalah sudah berkonsultasi dengan dokter tentang kondisi kesehatan si ibu.

"Sebelum berpuasa, ada baiknya ibu hamil atau yang sedang mau hamil, konsultasi dulu. Tujuannya adalah untuk mencari tahu apakah ada penyakit penyerta, yang kita sebut beberapa faktor risiko," kata dokter spesialis obstetri dan ginekologi RSUD Cilincing Jakarta Andrew Putranagara.

Namun, saat menjalankan puasa terkadang ada kondisi-kondisi yang disarankan untuk segera dibatalkan. Hal ini penting demi keselamatan ibu dan janin dalam kandungan.

"Paling penting waspadai gejala yang berat seperti ibu hamil yang mual muntah berlebihan," kata Andrew.

Bila seorang ibu hamil mual dan muntah berat sampai tidak ada asupan yang masuk termasuk cairan bisa membuatnya lemas dan dehidrasi berat. Hal ini membahayakan bagi ibu hamil.

Lalu, segera batalkan puasa bila buang air kecil amat sedikit dengan warna yang keruh. Kemudian, segera batalkan puasa jika merasa lemas. Jangan sampai kondisi lemas sampai perlu dirawat.

Kemudian, ibu hamil juga disarankan membatalkan puasa bila mengalami sakit kepala berat serta tekanan darah tinggi di atas 140/90.

Bila Demam dan Kontraksi pada Rahim

Andrew juga mengingatkan bahwa bila ibu mengalami demam sebaiknya membatalkan puasa. Lalu, bila ada perdarahan serta nyeri perut sebaiknya segera membatalkan puasa

"Ada nyeri perut atau kontraksi pada rahim (itu perlu batalkan puasa)," kata Andrew dalam live IG bersama Dinkes DKI ditulis Senin, 18 Maret 2024.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kenali Pencetus Mual Muntah

Mual pada ibu hamil, meski tergolong umum, terkadang membuat bingung para ibu. Pasalnya, mual bisa datang kapan saja dan dipicu oleh hal yang berbeda-beda. Untuk bisa mengatasi mual secara efektif, penting untuk mengenali hal-hal yang menjadi pencetusnya.

Andrew menyebutkan bahwa pencetus rasa mual yang paling sering adalah kurang istirahat.

"Pencetus yang paling sering itu kurang istirahat sih, kurang istirahat terus bisa mencetuskan mual. Lainnya, misalnya bau-bau atau wangi-wangian, terlalu kepanasan, situasi lingkungan yang terlalu berisik atau kecapekan."

Hal-hal di atas merupakan pencetus rasa mual yang paling umum bagi ibu hamil. Sehingga, ibu hamil serta sang suami seharusnya bisa mengantisipasi hal-hal di atas untuk mengurangi kemungkinan munculnya rasa mual saat berpuasa.

Dengan mengenal pencetus rasa mual yang paling sering terjadi, semakin mudah pula untuk ibu hamil menghindari rasa mual tersebut.

3 dari 4 halaman

Tidak Langsung Berbaring Setelah Makan

 

Salah satu cara lain untuk mengurangi rasa mual pada ibu hamil adalah dengan tidak langsung berbaring setelah makan. Berbaring setelah makan dapat membuat asam lambung naik ke kerongkongan, sehingga memicu rasa mual.

Andrew mengatakan, "setelah makan, itu jangan langsung tiduran gitu ya. Minimal 20 atau 30 menit duduk atau misalnya jalan dulu."

Hal ini diakibatkan oleh waktu mencerna makanan dalam sistem pencernaan pada ibu hamil yang melambat sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk makanan tersebut tercerna secara sempurna dan tidak menimbulkan rasa mual.

4 dari 4 halaman

Mengonsumsi Olahan Jahe

Jahe merupakan salah satu bahan alami yang sering digunakan untuk mengatasi rasa mual. Jahe mengandung gingerol, shogaol, dan zingerone yang memiliki sifat antiemetik, yaitu membantu meredakan rasa mual dan muntah.

Bagi ibu hamil yang mengalami mual, terutama saat berpuasa, mengonsumsi olahan jahe bisa menjadi salah satu alternatif untuk meredakan rasa mual. "Yang sudah terbukti iitu, makan permen-permen jahe itu boleh, atau wedang ronde gitu misalnya," ucap Andrew.

Olahan jahe ini bisa dikonsumsi saat sahur ataupun saat berbuka puasa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.