Sukses

Stunting Juga Terjadi pada Anak Orang Kaya, Simak Pengertian, Penyebab, Gejala, hingga Pencegahannya

Stunting pada Anak, Pengertian, Gejala, Penyebab dan Cara Pencegahannya

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia memiliki pekerjaan rumah (PR) menurunkan angka stunting berada di bawah 14 persen pada 2024. Oleh sebab itu, penting bagi kita mengetahui pengertian stunting, gejala, hingga cara pencegahan stunting.

Mengutip situs Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada Sabtu siang, 23 Desember 2023, stunting adalah permasalahan gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam rentang waktu yang cukup lama.

Umumnya, hal ini terkait asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Dan, perlu digarisbawahi stunting tidak sama dengan pendek. Meski stunting sudah pasti pendek, tapi pendek tidak berarti stunting.

Hal senada juga dikatakan dokter obgyn dari Kehamilan Sehat, Prof Johanes C Mose bahwa pengertian stunting adalah sebuah kondisi panjang atau tinggi badan seseorang yang kurang dari normal berdasarkan usia dan juga jenis kelamin.

Terjadinya stunting juga menunjukkan status gizi yang kurang (malanutrisi) dalam jangka waktu yang lama (kronis) mulai dari masa kehamilan hingga anak berumur 24 bulan (2 tahun) atau 60 bulan (5 tahun).

Penyebab Stunting

dr Himawan Aulia Rahman SpA dari RS EMC Tangerang, mengatakan, penyebab stunting karena ketidakcukupan pemenuhan nutrisi yang tidak terjadi tiba-tiba. Artinya, stunting tidak terjadi secara tiba-tiba.

"Secara umum, stunting disebabkan oleh ketidakcukupan pemenuhan nutrisi. Kondisi ini dapat dimulai bahkan ketika janin masih berada di dalam kandungan hingga berlanjut setelah bayi lahir, terutama dalam 2 tahun pertama kehidupan," kata Himawan dikutip dari laman emc.id.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pengertian Stunting Menurut UNICES

Sementara itu, UNICEF mendefinisikan stunting sebagai persentase anak-anak usia nol sampai 59 bulan dengan tinggi badan di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis).

Tinggi dan berat badan anak itu diukur dengan menggunakan standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

Stunting tidak hanya dikaitkan dengan pertumbuhan fisik anak yang terhambat, melainkan juga menjadi sebab otak anak tidak berkembang optimal.

Perkembangan otak yang terhambat itu dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar anak tidak maksimal serta berdampak pada prestasi belajar yang buruk.

Efek jangka panjang kondisi stunting dan kurang gizi kronis akan dirasakan individu bahkan setelah dewasa.

Stunting dan kondisi kurang gizi lainnya kerap kali dianggap sebagai salah satu faktor risiko gangguan kesehatan seperti diabetes, hipertensi, obesitas, dan kematian akibat infeksi.

 

 

3 dari 3 halaman

Apakah Stunting Hanya Terjadi pada Orang Miskin?

Jawabannya tentu tidak. Anak orang kaya pun ada yang stunting. Hal ini pernah dibeberkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat mengunjungi Posyandu Sarimulyo, Kabupaten Seluma, Bengkulu pada 21 Juli 2023.

Jokowi menyebut bahwa stunting pada anak-anak di Indonesia tidak hanya terjadi pada keluarga miskin. Anak orang kaya juga ada yang stunting.

"Anaknya orang kaya yang stunting juga ada," kata Jokowi

Stunting yang terjadi pada anak dari keluarga kaya bukan karena tidak memiliki dana untuk memiliki pangan bergizi. Melainkan kesibukan orangtua sehingga tidak terlalu memperhatikan gizi anak.

"Karena terlalu sibuk ya kan anaknya enggak keurus gizinya," kata Jokowi.

Kondisi seperti ini tentu tidak boleh dibiarkan. Orangtua punya tugas memastikan anak mendapatkan gizi terbaik, sehingga tinggi badan, berat badan juga lingkar kepala baik.

Salah satu cara untuk memastikan pertumbuhan anak optimal atau tidak, kata Jokowi, dengan melakukan pengecekan di posyandu secara rutin.

"Rutin setiap bulan di cek di posyandu berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan. Ini saya kira untuk memastikan anak-anak kita sehat sebagai SDM (sumber daya manusia) unggul nantinya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini