Sukses

HEADLINE: Waspada Lonjakan Kasus COVID-19 Saat Libur Panjang Nataru, Antisipasinya?

Kasus COVID-19 di Indonesia mengalami kenaikan sejak Oktober 2023. Jelang libur Nataru, ada beberapa hal yang pemerintah lakukan bilamana terjadi lonjakan kasus infeksi SARS-CoV-2.

Liputan6.com, Jakarta - Libur panjang Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024 sudah di depan mata. Malah sebagian keluarga sudah memulai liburan ke dalam dan luar negeri lantaran libur sekolah sudah dimulai.

Pada libur Natal dan Tahun Baru kali ini, pemerintah memprediksi bakal terjadi peningkatan mobilitas penduduk melebihi tahun lalu. Diprediksi 107 juta masyarakat Indonesia melakukan mobilitas dalam beberapa hari hingga pekan ke depan.

"107 juta (pergerakan warga). Ada kenaikan 143 persen dari (Nataru) tahun lalu," kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin, 11 Desember 2023.

Peningkatan mobilitas orang dalam jumlah yang besar meningkatkan pula risiko terjadinya lonjakan kasus penularan infeksi SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Terlebih, data Kementerian Kesehatan RI mencatat telah terjadi kenaikan kasus sejak pekan ke-41 atau periode 8-14 Oktober 2023. Kondisi ini juga terjadi di beberapa negara tetangga seperti Malaysia.

Di Malaysia sendiri, pada 13 Desember 2023 pemerintah setempat mengeluarkan imbauan penggunaan masker setelah terjadi peningkatan kasus pada 3-9 Desember sebesar 12.757 kasus COVID-19. Di tahun lalu, kasus di periode yang sama 'cuma' 6.796.

"Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat mengutamakan keselamatan dengan memakai masker saat beraktivitas di luar ruangan. Tindakan pencegahan ini ditekankan untuk melindungi tidak hanya diri sendiri tetapi juga keluarga, tetangga, dan teman dekat dari risiko infeksi COVID-19," kata Kementerian Kesehatan Malaysia seperti dilansir Malay Mail.

Sementara itu di Indonesia, per 6 Desember 2023, rata-rata kasus harian COVID-19 bertambah sebanyak 35-40 kasus. Sementara, pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit tercatat antara 60-131 orang. Dengan tingkat keterisian rumah sakit sebesar 0,06 persen dan angka kematian 0-3 kasus per hari.

Lalu, data terbaru menunjukkan penambahan kasus Corona hingga 200-an kasus COVID-19 per hari.

"Yang data nasional sudah ratusan, sudah 200-an lebih per hari," terang Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Kamis, 14 Desember 2023.

Meski terjadi peningkatan kasus COVID-19, Menkes Budi mengatakan kategorinya masih dalam batas normal. Hal ini dihitung sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"WHO kan kasih tuh level 1, level 2. Dulu level 1 itu 20 positif case per 100 ribu per hari. Jadi, kalau saya enggak salah, itu masuk masih dalam level 1. Masih di bawah 4.000 sampai 5.000 kasus per hari," tambahnya.

"Kalau kita kan kasusnya 200 per hari ya, itu masih sangat jauh. Masih dalam batas normal sama seperti penyakit flu biasa," katanya.

Tak Ada Pembatasan Mobilitas

Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dante Saksono Harbuwono mengatakan meski terjadi kenaikan kasus COVID-19 tapi masih dalam level terkendali. Sehingga tak diberlakukan pembatasan mobilitas. 

"Belum ada pembatasan. Ya masih terkendali (kasus COVID) kita," kata Dante di Istana Negara Jakarta beberapa hari lalu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 10 halaman

Kemenkes Minta Pemda dan Faskes Bersiap Hadapi Lonjakan Kasus COVID-19

Melihat mobilitas yang besar ditambah ada tren kenaikan kasus COVID-19, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) bergegas menyurati pemerintah daerah dan fasilitas kesehatan untuk bersiaga.

Kemenkes mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang Peningkatan Kewaspadaan terhadap Lonjakan Kasus COVID-19.

SE tersebut ditujukan kepada kepala dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota, kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Kepala Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Direktur Rumah Sakit, Kepala Puskesmas dan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) di seluruh Indonesia.

"Surat edaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan kewaspadaan bagi pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, laboratorium kesehatan masyarakat, Kantor Kesehatan Pelabuhan, dan para pemangku kepentingan terkait peningkatan kewaspadaan lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.

Dalam SE tersebut Kemenkes meminta:

1. Memantau perkembangan situasi dan informasi COVID-19 melalui kanal resmi https://infeksiemerging.kemkes.go.id (update perkembangan kasus); dan https://covid19.who.int/ (update perkembangan kasus global).

2. Memastikan tenaga kesehatan yang bekerja di pintu masuk mendapatkan perlindungan yang optimal dengan melengkapi dosis vaksinasi COVID-19 baik primer maupun lanjutan (booster) sesuai ketentuan.

3. Memantau tren peningkatan kasus Influenza Like Illness (ILI) – Severe Acute Respiratory Infection (SARI), pneumonia, dan suspek COVID-19 melalui Surveilans Berbasis Indikator/Indicator Based Surveillance (IBS) dan Surveilans Berbasis Kejadian/Event Based Surveillance (EBS) di 14 Oktober 2023 aplikasi SKDR atau surveilans sentinel ILI-SARI.

4. Memastikan seluruh puskesmas dan fasyankes lainnya yang berada di wilayah kerjanya untuk melakukan penemuan kasus secara aktif dan pasif, serta dilanjutkan pemeriksaan laboratorium menggunakan RDT-Ag COVID-19 maupun RT-PCR.

5. Memastikan tenaga kesehatan, tenaga medis dan petugas lainnya yang bekerja di fasilitas kesehatan mendapatkan perlindungan yang optimal dengan melengkapi dosis vaksinasi COVID-19 baik primer maupun lanjutan (booster) sesuai ketentuan.

6. Memastikan seluruh puskesmas dan fasyankes lainnya yang berada di wilayah kerjanya tetap memberikan pelayanan vaksinasi COVID-19, dan memastikan ketersediaan vaksin.

7. Menindaklanjuti laporan penemuan kasus COVID-19 dari fasyankes dengan tetap melakukan pelacakan kontak erat.

3 dari 10 halaman

Apakah Faskes Sudah Siap Hadapi Lonjakan COVID-19 Saat Libur Nataru?

Menindaklanjuti imbauan Kemenkes RI, Dinas Kesehatan Jawa Barat (Jabar) mengatakan sudah meminta meminta seluruh fasyankes bersiaga mengantisipasi lonjakan jumlah pasien Coronavirus disease 2019 (COVID-19) varian baru.

Tak hanya rumah sakit, fasyankes yang disiagakannya itu mulai dari klinik, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) hingga rumah sakit daerah. 

"Tanggal 11 Desember kita langsung kirim surat edaran untuk kesiagaan seluruh faskes yang ada guna menyiapkan tenaga kesehatan maupun peralatan medisnya," ujar Kepala Dinas Kesehatan Jabar, Vini Adiani Dewi di Bandung, Selasa, 12 Desember 2023.

Lalu, Direktur Utama RSUP Persahabatan Jakarta Agus Dwi Susanto mengatakan sudah memiliki standar operasional prosedur (SOP) untuk menghadapi peningkatan kasus COVID-19.

“Kami sudah punya SOP dalam peningkatan kasus COVID yang perlu rawat inap. Strategi peningkatan ruang rawat inap secara bertahap sudah disiapkan dari tahap satu sampai tahap empat,” kata Agus kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat, Jumat (15/12/2023).

Agus juga menyampaikan bahwa RSUP Persahabatan telah mempersiapkan Instalasi Gawat Darurat (IGD).

“Begitu pula kesiapan IGD, RS kami juga sudah disiapkan. Dari sisi SDM (sumber daya manusia) kami sudah rutin merawat pasien COVID, untuk SOP-nya pun sudah ada.”

Sementara terkait obat-obatan, pihak RSUP akan berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemkes) untuk ketersediaannya.

“Obat-obatan kami koordinasi dengan Kemenkes untuk ketersediaannya,” katanya.

 

4 dari 10 halaman

Peningkatan Kasus COVID-19 Didominasi Subvarian EG.5

Kasus COVID-19 di Indonesia yang naik kali ini didominasi oleh subvarian EG.5. Subvarian EG.5 merupakan turunan dari varian Omicron dan masuk dalam kategori Variant of Interest (VoI) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Subvarian ini memiliki mutasi genetik yang diprediksi dapat memengaruhi karakteristik klinis virus. Dari informasi yang dihimpun Kemenkes RI, karakteristik dari subvarian EG.5, yakni dapat menyebabkan peningkatan kasus dan menghindari dari kekebalan sehingga lebih mudah menginfeksi, tetapi tidak ada perubahan tingkat keparahan.

Budi menegaskan bahwa varian EG (EG.1 sampai EG.5)  bukanlah varian COVID baru, melainkan masih 'anakan' Omicron.

"Yang perlu saya informasikan di sini, ini bukan varian baru. Subvarian EG, variannya tetap Omicron, ciri-cirinya itu menyebarnya cepat, tapi fatality rate-nya sangat rendah. Itu sebabnya yang masuk rumah sakit dan sampai meninggal sangat sedikit," tegasnya.

Sepakat dengan Budi, ahli epidemiologi Universitas Airlangga (UNAIR) mengatakan, subvarian tersebut memiliki tingkat keparahan rendah. Sehingga masyarakat diminta tidak khawatir.

"Jadi masyarakat tidak perlu khawatir, karena subvarian ini memiliki tingkat keparahan yang rendah," kata epidemiolog Windhu Purnomo, dilansir Antara.

Windhu menegaskan, gejala yang muncul pada kasus Omicron EG.5 semakin ringan, bahkan sebagian besar tanpa gejala.

EG.5 Tak Bebani Faskes 

Melihat karakteristik EG.5, Windhu menuturkan bahwa kemunculan subvarian EG.5 tak memberi beban berlebih pada fasilitas layanan kesehatan di rumah sakit.

"Meski ada peningkatan kasus, tapi tidak ada tekanan berlebihan pada fasilitas layanan kesehatan di rumah sakit. Ketersediaan ruang isolasi masih di bawah 60 persen, belum mencapai angka kritis seperti pada kasus sebelumnya," tutur Windhu.

EG.5 Masuk RI Dibawa PPLN

Budi menuturkan varian EG.5 masuk ke Indonesia dibawa oleh Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN).  "Datangnya dari mana? Terutama dari perjalanan luar negeri," tutur Budi.

Saat ini, memang sudah ada 89 negara di dunia yang melaporkan kehadiran EG.5 dan merupakan 51,6 persen dari sekuen genom yang dikirimkan ke Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).

"Perlu ditegaskan, COVID-19 masih bersama kita, maka berbagai varian baru akan dapat saja muncul dari waktu ke waktu. Itulah sebabnya, pemantauan varian menjadi bagian penting dalam pengendalian COVID-19," tulis Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama kepada Health Liputan6.com, Jumat (15/12/2023).

5 dari 10 halaman

Waspada Kelompok Rawan

Meski angka fatalitas rendah, epidemiolog Dicky Budiman mengingatkan bahwa masih ada kelompok rawan terinfeksi COVID-19. Yang termasuk kelompok rawan tidaklah berubah sejak masa pandemi hingga kini.

“Kelompok rawan itu siapa? Kelompok rawan itu tetap tidak berubah, ya anak terutama di bawah tiga tahun. Kita tahu saat ini banyak dari mereka yang belum mendapat vaksin primer dengan beragam alasan.”

“Kemudian juga orang dengan komorbid yang belum mendapat vaksin atau sudah vaksinasi tapi belum dapat booster. Ini yang sangat rawan, ditambah lagi kalau mereka termasuk lansia di atas 60 atau 65 tahun,” jelas Dicky.

Mengingat COVID-19 masih berbahaya terutama bagi kelompok rentan, Dicky pun mengingatkan kembali mitigasi yang perlu dilakukan.

“Oleh karena itu mitigasinya adalah harus dipercepat vaksinasinya. Vaksinasi primer pada anak atau siapapun yang belum, termasuk vaksinasi booster untuk kelompok rawan. Dan ini semua harus ditanggung pemerintah.”

“Perlu jadi program pemerintah, bukan berbayar. Karena kalau tidak, kita akan ketinggalan ‘kereta’ dalam melindungi orang-orang di lonjakan Nataru ini,” ucap Dicky.

6 dari 10 halaman

Kemenkes Dorong Masyarakat Vaksinasi COVID-19 Lagi

Usai terlihat tren kenaikan kasus COVID-19, Kemenkes kembali mendorong masyarakat untuk melengkapi vaksinasi maupun booster.

“Saat ini, kami melihat ada kenaikan (kasus) yang cukup signifikan, diharapkan seluruh masyarakat untuk segera vaksinasi, dosis lengkap maupun booster,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu pada awal Desember 2023.

Pemberian vaksinasi bermanfaat meningkatkan kembali antibodi dalam tubuh dan memperpanjang perlindungan dari keparahan maupun kematian akibat infeksi COVID-19. Ia meminta masyarakat tak menunda-nunda untuk melakukan vaksinasi COVID-19. 

“Segera lakukan vaksinasi, jangan ditunda-tunda, karena virus ini cepat menyebar, sehingga dapat sangat berbahaya untuk keluarga maupun orang sekitar,” kata Maxi.

Vaksinasi dosis lengkap maupun booster bisa didapatkan secara gratis di puskesmas, rumah sakit atau pos vaksinasi terdekat di daerah masing-masing. Cara mendapatkannya pun mudah, sasaran hanya perlu menunjukkan KTP atau identitas lainnya kepada petugas vaksinasi.

Ia menambahkan, jenis vaksin yang dapat digunakan oleh masyarakat adalah vaksin buatan dalam negeri yakni Inavac dan Indovac. Keduanya telah mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) dari Badan POM sehingga dipastikan aman, bermutu, dan berkhasiat.

Ada 4,1 Juta Vaksin COVID-19 Tersedia

Dante juga menanggapi soal vaksin COVID-19 yang sempat tak tersedia di beberapa fasilitas kesehatan seperti klinik dan puskesmas. Menurutnya, kini vaksin sudah disediakan dengan jumlah sekitar 4,1 juta vaksin.

“Sekarang sudah ada sekitar 4,1 juta vaksin yang nanti akan didistribusikan ke beberapa tempat sehingga mudah-mudahan bisa digunakan untuk masyarakat.”

 

7 dari 10 halaman

Ada Layanan Vaksinasi COVID-19 di Posko Nataru

Selain fasilitas kesehatan bersiaga, sepanjang jalur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 bakal ada fasilitas kesehatan.

“Kita menyiapkan fasilitas kesehatan di jalur Nataru. Lalu, kita juga melakukan evaluasi untuk edukasi masyarakat dengan adanya kasus COVID yang agak sedikit meningkat untuk tetap jaga-jaga,” kata Dante saat ditemui di Jakarta.

Di faskes yang disediakan Kementerian Kesehatan bakal tersedia juga layanan vaksinasi. Ini merupakan salah satu upaya antisipasi penyebaran COVID menyusul kenaikan kasus yang sedang terjadi di Indonesia.

"Yang dipersiapkan itu nanti dari Kemenkes adalah membuka (layanan) vaksinasi bagi mereka yang belum vaksinasi (primer) dan booster," kata Muhadjir di Istana Negara Jakarta pada Senin, 11 Desember 2023.

"Kemudian kita siapkan lebih 143 posko mudik Nataru oleh Kemenkes terkait kebijakannya."

8 dari 10 halaman

Kemenkes Beri Sinyal Bakal Ada Vaksinasi COVID-19 Dosis Kelima

Kemenkes RI sedang mempersiapkan pemberian vaksin booster ketiga atau vaksinasi COVID dosis ke-5 bagi masyarakat. Rencana ini menyusul adanya kenaikan kasus COVID-19 yang sedang terjadi di Indonesia akibat varian EG.5.

Nadia mengungkapkan, rencana lengkap vaksinasi COVID dosis ke-5 masih dalam tahap pembahasan. Waktu pelaksanaan dan kelompok masyarakat mana saja yang menjadi prioritas pun belum disebutkan secara pasti.

Pembahasan vaksin booster ketiga dilakukan dengan mengkaji terlebih dahulu rekomendasi terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dalam hal ini, WHO telah mengeluarkan rekomendasi terkini mengenai ketentuan vaksinasi COVID-19.

"Masih dibahas ya. Karena kemarin WHO mengeluarkan rekomendasi baru," ungkap Nadia saat dikonfirmasi Health Liputan6.com melalui pesan singkat pada Kamis, 14 Desember 2023.

9 dari 10 halaman

Kembali Jalankan Prokes

Selain vaksinasi, langkah lain yang penting dalam mencegah terpapar COVID-19 adalah kembali menjalankan protokol kesehatan (prokes) seperti memakai masker, mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir. Hal ini seperti disampaikan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Budi Haryanto.

Sosialiasi penggunaan masker serta langkah prokes lain perlu digalakkan kembali di media. Sosialisasi bisa digalakkan lagi dengan media, semisal TV melalui iklan-iklannya. Salah satu contohnya yakni dengan menyematkan pesan ke dalam iklan tentang multivitamin.

Budi menilai, TV menjadi sebuah pilihan karena menawarkan beragam channel yang dilihat oleh orang-orang yang berada di rumah.

Selain itu, katanya, media sosial seperti Instagram bisa juga digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut.

"Jangan lupa, cuci tangan harus mulai diaktifkan lagi. Karena bagaimana pun juga kita sudah terbiasa menyentuh lift, menyentuh tangga eskalator, dan sebagainya juga. Sekarang semaunya juga," tutur Budi.

Dia juga mengingatkan agar akses ke tempat mencuci tangan harus disediakan lagi.

"Akses ke tempat-tempat cuci tangan harus ada lagi. Atau penyediaan itu harus ada lagi, hand sanitizer. Hal-hal itu harus tersedia lagi," tambahnya.

Bagi individu dengan gejala flu yang dinilai mirip dengan gejala COVID-19, Budi menyarankan agar berdiam di rumah dulu hingga sembuh. Setelah sembuh, boleh ke luar namun disarankan tetap menggunakan masker.

10 dari 10 halaman

Langkah Antisipasi, Menkes Budi Minta kalau Batuk Tes PCR Saja

Guna mengantisipasi penularan COVID-19, Menkes Budi mengimbau masyarakat yang bergejala flu dan batuk, sebaiknya langsung tes PCR. Sehingga bisa diketahui positif COVID-19 atau tidak.

"Kalau udah ngerasa tidak enak badan, kayak flu yang batuk-batuk gitu, ya udah dites aja pakai PCR," tutur pria 59 tahun itu.

"Nah, kalau ternyata positif (COVID), jangan khawatir. Isolasi aja supaya tidak nularin ke temen-temen sekerja atau keluarga di rumah."

Masa isolasi mandiri untuk masyarakat positif COVID, menurut Budi Gunadi, dapat berlangsung kurang lebih 5-6 hari. Persediaan obat juga sudah tersedia di fasilitas kesehatan seperti rumah sakit.

"Harusnya 5-6 hari sudah sembuh, toh obat-obatannya juga sudah ada di rumah sakit," ucapnya.

Selain itu, jangan lupa memakai masker saat batuk dan flu.

"Kalau temen-temen sudah merasa batuk atau tetangga ada yang batuk-batuk atau mau ke luar negeri, tidak ada salahnya konservatif sedikit pakai masker. Ya, untuk mengurangi risiko (COVID)," sambung Menkes Budi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini