Sukses

Sebelum Singapura–Malaysia, Kasus COVID-19 di Indonesia Sudah Naik Lebih dari 2 Kali Lipat Sejak Oktober

Ketua Satuan Tugas COVID-19 PB IDI Prof Erlina Burhan mengatakan bahwa Indonesia juga mengalami kenaikan kasus COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Meningkatnya kasus COVID-19 di Singapura dan Malaysia membuat sebagian orang bertanya-tanya terkait kasus di Indonesia.

Menjawab hal ini, Ketua Satuan Tugas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Prof Erlina Burhan mengatakan bahwa Indonesia juga mengalami kenaikan kasus COVID-19.

“Ini sekarang jadi pertanyaan banyak orang ya, apakah juga terjadi peningkatan kasus di Indonesia? Jawabannya iya,” ujar Erlina dalam media briefing daring, Rabu (6/12/2023).

“Kalau kita lihat, di tanggal 2-8 Oktober 65 kasus yang terkonfirmasi, di 20-26 November ada 151. Jadi dua setengah kali (lipat) peningkatannya kalau kita lihat dari Oktober ke November,” tambahnya.

Pada Oktober, lanjut Erlina, tidak ada laporan kasus meninggal. Sedangkan pada November, satu orang dinyatakan meninggal setelah terinfeksi COVID-19.

“Rawat inap bagaimana? Tidak banyak rumah sakit yang melaporkan ada kasus rawat inap. Akhir-akhir ini ada dua pasien rawat inap di RSUD Dokter Soetomo Surabaya. Sementara laporan dari Jawa Barat mengatakan bahwa bed occupancy rate (keterisian tempat tidur RS) kurang dari tiga persen pada September sampai November.”

Dengan begitu, Erlina menyimpulkan bahwa kenaikan ini tidak tinggi. Meski demikian, dia menyayangkan soal orang-orang yang bergejala COVID tapi enggan memeriksakan diri.

“Memang pertama karena pemeriksaannya sudah tidak lagi gratis. Mereka juga merasa, ‘Ah, cuman batuk pilek, ngapain sih diperiksa, bikin stres aja,’ ada tuh yang begitu.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tantangan Indonesia dalam Mencegah Peningkatan Kasus

Peningkatan kasus di Indonesia dapat terjadi lantaran berbagai tantangan yang dihadapi. Salah satu tantangan besar adalah mobilitas antarnegara yang sangat tinggi.

“Kita tidak bisa mengontrolnya dan kita juga tahu ini akhir tahun, musim liburan. Ada turis dari Singapura, Malaysia, Tiongkok ke Indonesia terutama ke Bali. Dan penduduk Indonesia juga berlibur ke luar negeri khususnya Singapura.

Di sisi lain, vaksinasi booster juga masih terbilang rendah di Indonesia. Hingga kini, vaksinasi primer pertama mencapai angka cukup tinggi yakni 86 persen. Dan vaksinasi dosis kedua 74 persen.

“Nah booster pertama hanya 38 persen dan booster kedua lebih rendah lagi hanya 2 persen. Sementara penerapan protokol kesehatan sudah mulai longgar.”

Hal ini menjadi alasan kenapa kasus COVID-19 di Indonesia naik hingga lebih dari dua kali lipat sejak Oktober lalu.

3 dari 4 halaman

Keparahan Kasus Terbilang Ringan

Meski meningkat, tapi kasus yang ada terbilang ringan. Hal ini bukan tanpa alasan, menurut Erlina ini karena subvarian EG.5 dan turunannya HK.3 masih keluarga Omicron.

Omicron dikenal sebagai varian COVID-19 yang memang menimbulkan gejala ringan pada pasien.

“Kenapa ringan? Pertama karena variannya masih Omicron. Kedua barangkali karena titer antibodi masih ada walaupun mungkin menurun.”

“Jadi vaksin itu bukan mencegah kita terinfeksi ya, tapi mencegah kita lebih ke arah penyakitnya tidak menjadi berat,” jelas Erlina.

4 dari 4 halaman

Pencegahan Kenaikan Kasus COVID-19

Dokter spesialis paru itu pun menjabarkan cara mencegah kenaikan kasus COVID-19.

“Selalu saya sampaikan, menerapkan gaya hidup bersih dan sehat, makan dengan nutrisi yang seimbang, cuci tangan dengan air mengalir, menggunakan masker saat di keramaian dan perjalanan.”

“Kenapa saya tekankan dalam perjalanan? Karena kita ini mobilisasinya tinggi, kita libur ke mana-mana dan kita enggak tahu status orang-orang di sekitar kita apakah sedang batuk pilek, apakah mereka positif COVID, kita enggak tahu,” paparnya.

Satu hal lain yang perlu diperhatikan adalah, batasi aktivitas di dalam ruangan tertutup dan ramai. Jika terpaksa, maka jangan lama-lama, pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.