Sukses

Luncurkan Aplikasi Stunting Inzting, Pj Gubernur Sulsel: 4 Kali Lebih Baik dari Milik Sumedang

Aplikasi ini disebut Inzting, akronim dari Ikhtiar Men-zero-kan Stunting Sulsel.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mengembangkan inovasi penanganan stuning dengan meluncurkan aplikasi khusus.

Aplikasi ini disebut Inzting, akronim dari Ikhtiar Men-zero-kan Stunting Sulsel. Menurut Pj Gubernur Sulawesi Selatan Bahtiar Baharuddin, aplikasi ini terinspirasi dari inovasi aplikasi stunting di Sumedang.

“Saya ingat betul pertemuan bersama Kepala BKKBN tanggal 17 Januari 2023 di Sentul, ditampilkan Bupati Sumedang (Dony Ahmad Munir) karena inovasinya tentang aplikasi stunting. Beliau menceritakan bagaimana kelebihan aplikasi stunting yang dimiliki Pemda Kabupaten Sumedang,” ujar Bahtiar dalam peluncuran aplikasi Inzting di Rumah Plataran Ininnawa, Makassar, Selasa (3/10/2023).

Terinspirasi dari inovasi tersebut, Bahtiar menginstruksikan kepala dinas kesehatan untuk bertandang ke Kota Tahu guna menduplikasi aplikasi tersebut.

“Diduplikasi dan diinstalasi di seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Selatan supaya semua pihak menggunakan satu aplikasi,” ujar lulusan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN/IPDN) Jatinangor itu.

Pastikan 4 Kali Lebih Baik dari Aplikasi Stunting Sumedang

Tak serta-merta menduplikasi, pihak Bahtiar juga melakukan adopsi serta penyesuaian guna mengatasi kelemahan yang dimiliki aplikasi stunting Sumedang.

“Jadi kami pastikan, aplikasi ini empat kali lebih baik dari aplikasi stunting Sumedang. Kalau Sumedang kehebatannya satu, kami kehebatannya empat. Mulai bulan depan, silakan kabupaten/kota di seluruh Indonesia belajar ke Sulawesi Selatan,” ucap Bahtiar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tanggapan Kepala BKKBN

Klaim aplikasi stunting Sulsel empat kali lebih baik ketimbang aplikasi stunting Sumedang diaminkan oleh Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo.

“Kalau Pak Gubernur menyampaikan aplikasinya empat kali lipat dari aplikasi Sumedang, itu karena memang di aplikasi ini mencakup dari hulu sampai hilir,” ujar Hasto dalam kesempatan yang sama.

“Mulai dari remaja, yang mau nikah, yang hamil, dan setelah melahirkan termasuk balita dan baduta. Ini ter-cover semuanya di dalam aplikasi yang namanya Inzting,” terang Hasto.

3 dari 4 halaman

Pengukuhan Bapak dan Bunda Asuh Anak Stunting

Selain meluncurkan aplikasi, dalam kesempatan yang sama Bahtiar dan sang istri, Sofha Marwah, resmi dikukuhkan menjadi Bapak dan Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS).

Pengukuhan pasangan yang ulang tahun pernikahannya tepat pada hari Valentine itu dilakukan langsung oleh Hasto Wardoyo.

BAAS adalah program BKKBN untuk menurunkan angka stunting. Dalam program ini, orang yang berkenan menjadi bapak dan bunda asuh perlu berkomitmen untuk menyediakan bantuan makanan kepada anak stunting. Bantuan makanan diberikan setiap hari selama tiga hingga enam bulan.

Bapak dan bunda asuh bisa memilih satu atau lebih anak stunting yang ingin mereka dampingi perkembangannya hingga lolos dari stunting.

4 dari 4 halaman

Akan Dilakukan Para Gubernur di Seluruh Indonesia

Kiprah pemerintah provinsi dalam menurunkan angka stunting dengan upaya menjadi BAAS tidak akan berhenti di Sulawesi Selatan. Menurut Hasto, program ini akan dilakukan pula oleh para Gubernur di seluruh Indonesia.

“Kalau BAAS iya (seluruh Gubernur), memang seluruh Indonesia. Dan saya apresiasi karena Pak Gubernur (Bahtiar Baharuddin) langsung menjabat, langsung juga mendeklarasikan untuk menjadi bapak dan bunda asuh anak stunting bersama ibu (Sofha Marwah),” kata Hasto.

Dokter spesialis kandungan itu juga menyampaikan pandangannya soal kondisi stunting di Sulawesi Selatan.

“Ada 27 persen (angka stunting di Sulsel) tetapi kesenjangan memang masih tinggi antara satu daerah dengan daerah lain. Kuncinya memang tidak melahirkan stunting baru,” kata Hasto.

Mencegah terjadinya stunting baru disebut sebagai kunci lantaran ketika sudah terjadi, maka stunting cenderung sulit ditangani terutama setelah 1000 hari pertama kehidupan anak.

“Kalau mengejar anak yang sudah stunting kita lakukan juga, tapi kan itu keberhasilannya (kurang) karena waktunya hanya 1000 hari. Setelah 1000 hari, ubun-ubun ditutup, begitu ditutup sudah tidak bisa dikoreksi.”

“Makanya, kita lakukan dua hal, satu tetap kita koreksi anak stunting dengan memenuhi gizinya. Kemudian yang satu lagi mencegah supaya tidak lahir stunting baru,” jelas Hasto.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.