Sukses

COVID Varian BA.2.86 Pirola Punya Lebih dari 30 Mutasi, 4 Gejala Ini Perlu Diperhatikan

Perhatikan gejala COVID varian BA.2.86 yang dijuluki 'Pirola' punya lebih dari 30 mutasi.

Liputan6.com, Amerika Serikat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan US Centers for Disease Control and Prevention (CDC) sedang melacak COVID varian BA.2.86, yang telah ditemukan dalam jumlah yang sangat kecil di Amerika Serikat (AS), Inggris, Denmark, dan Israel.

WHO pada 17 Agustus 2023 mengklasifikasikan varian BA.2.86 menjadi 'varian yang sedang dipantau' (Variant Under Monitoring/VUM). Varian yang diduga berasal dari garis keturunan BA.2 Omicron ini diketahui memiliki lebih dari 30 mutasi.

Oleh karena itu, lebih penting dari sebelumnya untuk menyadari gejala-gejala yang muncul agar tetap waspada terhadap varian baru ini.

Melansir Mirror, Senin (21/8/2023), berikut ini gejala-gejala utama varian BA.2.86 yang perlu diperhatikan sebagaimana gejala COVID pada umumnya:

  • demam tinggi
  • batuk
  • pilek
  • hilangnya indera perasa atau penciuman

Bos WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, melakukan tes dan kewaspadaan sangat penting dalam memerangi virus Corona. Dengan demikian, sangatlah penting jika masyarakat melakukan tes bila mengalami gejala COVID di atas.

"Kita tidak akan tahu, apakah virus Corona ini berubah, jika kita tidak melakukan pengujian yang cukup. Pengujian sangat penting untuk melihat bagaimana virus ini berevolusi," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Belum Ada Tanda-Tanda Lebih Berbahaya

Sampai saat ini, belum ada tanda-tanda bahwa varian BA.2.86 yang dijuluki Pirola lebih berbahaya daripada subvarian yang sudah ada sebelumnya - meskipun diperkirakan lebih mudah menyebar.

Juru Bicara CDC Kathleen Conley mengatakan dalam sebuah pernyataan, AS lebih siap mendeteksi varian SARS-CoV-2 dengan garis keturunannya.

"Hari ini, kami lebih siap dari sebelumnya untuk mendeteksi dan merespons perubahan virus COVID-19," katanya.

"Para ilmuwan sekarang bekerja untuk memahami lebih lanjut tentang garis keturunan yang baru diidentifikasi dalam 4 kasus ini dan kami akan membagikan lebih banyak informasi jika sudah tersedia."

3 dari 4 halaman

Butuh Pemantauan Lebih Ketat

Ahli epidemiologi WHO Maria Van Kerkhove menjelaskan, informasi tentang varian BA.2.86 terbatas karena ia mengklaim sejumlah mutasi membutuhkan pemantauan yang lebih ketat lantaran banyaknya mutasi.

 

Surveillance, sequencing & #COVID19 reporting critical to track known/detect new variants

(Pengawasan, pengurutan, dan pelaporan COVID-19 sangat penting untuk melacak varian yang sudah diketahui dan mendeteksi varian baru), tulis Maria di akun platform Twitter X pribadinya pada 17 Agustus 2023.

4 dari 4 halaman

Kemungkinan Lolos dari Antibodi

Sementara ahli biologi evolusi di Fred Hutch Cancer Centre Jesse Bloom berpendapat kemungkinan COVID BA.2.86 bisa lolos dari antibodi yang sudah terbentuk oleh varian Omicron lainnya.

"Pemindaian mutasi yang mendalam mengindikasikan varian BA.2.86 akan memiliki kemungkinan yang sama atau lebih besar untuk lolos dari antibodi yang ditimbulkan oleh varian Omicron pra-Omicron dan Omicron generasi pertama," ucapnya.

Berita tentang varian COVID BA.2.86 ini muncul ketika seruan untuk kembali menggunakan masker di AS meningkat, menyusul peningkatan 12 peren dalam rawat inap terkait COVID.

Pada 17 Agustus 2023, CDC menemukan kasus keempat yang positif BA.2.86 di Michigan, AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.