Sukses

Tips Hindari Mata Kering Jika Sering Kena Angin saat Naik Motor maupun Mobil

Mata kering dapat terjadi karena berbagai macam hal. Salah satunya dari faktor lingkungan seperti angin, debu, bahkan asap yang berasal dari jalanan saat berkendara.

Liputan6.com, Jakarta Aktivitas berkendara yang dilakukan sehari-hari mungkin membuat Anda sulit terhindar dari paparan angin berlebih. Paparan angin tersebut pun tak jarang membuat sebagian orang tak nyaman, bahkan menyebabkan mata kering.

Saat naik motor, misalnya. Mata akan terpapar oleh angin yang berhembus di jalanan. Sedangkan ketika naik mobil, mata juga kerap terkena angin yang menyorot dari AC mobil.

Kabar baiknya, masih ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir risiko mata kering akibat terkena angin saat berkendara.

Spesialis mata dan Ketua Dry Eye Service JEC Hospitals and Clinics, Dr Nina Asrini Noor mengungkapkan bahwa hal pertama yang dapat dilakukan adalah menggunakan helm full face bagi yang naik motor.

"Pertama, kalau motor, itu kan paparannya angin. Kalau bisa, pakai helm ditutup. Helmnya yang full face. Jadi anginnya enggak langsung kena ke mata," kata Nina saat acara diskusi media yang berlangsung di RS Mata JEC, Jakarta Barat ditulis Kamis, (20/7/2023).

Mata Kering Saat Kena Angin

Nina mengungkapkan bahwa mereka yang memiliki mata kering biasanya akan merasa tidak kuat jika terkena angin, maupun debu saat di jalan.

"Kalau ada partikel yang datang bersama angin, ketika matanya kering itu enggak akan kuat, pasti langsung sakit walaupun debu biasa. Kalau orang biasa kayak kelilipan biasa, tapi kalau orang mata kering itu langsung enggak kuat," ujar Nina.

"Jadi usahakan selalu (pakai helm) tertutup, gak langsung masuk (udara) ke mata angin atau partikel debunya," sambung Nina.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Cegah Mata Kering dari Paparan AC di Mobil

Lebih lanjut Nina mengungkapkan bahwa berbeda halnya ketika berada di mobil. Saat membawa mobil, usahakan hindari paparan AC secara langsung pada kedua area mata.

"Kalau yang kendaraan mobil, sebisa mungkin AC itu jangan diarahkan ke wajah. Gak langsung berhembus membuat air mata jadi kering. Bisa diarahkan ke sisi yang lain biar kita dapat hawanya saja, tapi matanya enggak kering," kata Nina.

Nina menambahkan, kondisi mata kering jika sudah terjadi akan membutuhkan penanganan jangka panjang. Terapi untuk menyembuhkannya bervariasi.

"Sebagai gangguan mata kronis, mata kering membutuhkan penanganan jangka panjang. Terapinya pun sangat bervariasi tergantung keluhan, mekanisme penyebab, dan derajat mata kering yang dialami pasien," ujar Nina.

3 dari 4 halaman

Banyak yang Sepelekan Kondisi Mata Kering

Dalam kesempatan yang sama, spesialis mata sekaligus ketua Contact Lens Service JEC Hospitals and Clinics, Dr dr Tri Rahayu menjelaskan bahwa banyak pasien yang memang tidak mengalami gejala mata kering.

"Banyak yang menyepelekan penyakit mata kering atau dry eye. Bukan hanya prevalensinya termasuk tinggi, tetapi juga karena penderitanya tidak mengalami gejala yang mengganggu secara signifikan," ujar Tri.

Padahal, mata kering yang tidak ditangani dengan baik mengakibatkan penurunan kualitas hidup. Menurut Tri, pasien mata kering tidak dapat beraktivitas dengan optimal dan bergantung pada obat-obatan.

"Bahkan, jika terus dibiarkan bisa merusak permukaan mata akibat peradangan atau infeksi. Kerusakannya bisa tergolong ringan sampai berat, dan berlangsung temporer maupun permanen," kata Tri.

4 dari 4 halaman

Sekilas soal Mata Kering

Tri mengungkapkan bahwa mata kering bersifat multifaktorial, karena merupakan penyakit atau kelainan pada permukaan mata yang ditandai dengan hilangnya keseimbangan komponen air mata.

Ada beberapa gejala mata kering yang dapat disadari. Seperti ketidakstabilan air mata, peningkatan kekentalan atau osmolaritas, dan kerusakan atau peradangan pada permukaan mata.

Berdasarkan data yang dihimpun RS Mata JEC, prevalensi mata kering di Indonesia sendiri berada pada rentang 27,5 hingga 30,6 persen. Namun, hanya sekitar 60 persen di antaranya yang merasakan gejala.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.