Sukses

Wamenkes Dante Sebut Angka Diabetes Melitus di Indonesia Melesat 10 Persen

Angka diabetes melitus di Indonesia naik drastis memasuki Juli 2023 yang mencapai 10 persen.

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono menyebut terjadi peningkatan drastis angka Diabetes Melitus (DM) di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Memasuki bulan ke-7 atau Juli 2023, angkanya telah melampaui 10 persen dari data terakhir Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018.

Meski begitu, angka diabetes di Indonesia ini bisa saja terus meningkat. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tengah berproses untuk melakukan pendataan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023.

"Saya ambil contoh kondisi diabetes melitus. Diabetes melitus yang tadinya angkanya cuma 5 persen, sekarang naik menjadi 10 persen dalam beberapa tahun," ungkap Dante usai Rapat Koordinasi Teknis Tingkat Pusat Survei Kesehatan Indonesia 2023 di Gedung Kemenkes RI Jakarta pada Selasa, 27 Juni 2023

Tangani Kondisi Prediabetes, Sebelum Jadi Diabetes

Untuk menekan kasus diabetes melitus, lanjut Dante, upaya yang dilakukan adalah melihat kondisi prediabetes yang dialami seseorang. Artinya, ketika sebelum seseorang menjadi diabetes, kondisi prediabetes harus ditangani sebaik mungkin.

"Artinya apa? Pendekatannya harus kita lakukan sedini mungkin, sebelum diabetes melitus tersebut terjadi. Kondisinya harus kita lakukan dan kita hitung. Strateginya apa yang harus dilakukan," katanya.

"Nah hal-hal seperti ini menjadi sangat penting secara krusial untuk memanfaatkan data-data yang ada. Sehingga kondisi prediabetes, kondisi yang belum masuk diabetes."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pendekatan Kebijakan dengan Perhatikan Faktor Risiko

Kemenkes akan memperbarui data Riskesdas dengan adanya Survei Kesehatan Indonesia (SKI), yang akan diperbarui selama lima tahun sekali.

Hasil survei diharapkan bisa membantu kemungkinan kebijakan terkait penanganan sejumlah penyakit, terutama penyakit terbesar pembelanjaan kesehatan seperti jantung, stroke hingga diabetes.

Pada diabetes melitus, pendekatan kebijakan juga dilihat dengan memerhatikan faktor risiko.

"Angkanya naik, karena prediabetesnya naik, lifestyle (gaya hidup) naik dan sebagainya, angka obesitas juga nanti kita lihat berapa yang obesitas, berapa yang tidak obesitas," pungkas Wamenkes Dante Saksono Harbuwono.

"Kemudian juga nanti akan dilihat berapa yang punya risiko diabetes dan berapa yang enggak punya risiko diabetes. Nanti akan dilakukan pendekatan pada angka tersebut."

3 dari 4 halaman

Potensi Meroket 30 Tahun ke Depan

Sementara di sisi global, studi kesehatan terbaru menemukan bahwa tingkat penderita diabetes dunia berpotensi akan meroket dalam 30 tahun ke depan jika tidak dilakukan tindakan pencegahan.

Studi yang dipimpin oleh para peneliti di Institute of Health Metrics and Evaluation di University of Washington menemukan bahwa saat ini terdapat 529 juta penderita diabetes di dunia.

Mereka memproyeksikan angka itu akan menjadi lebih dari dua kali lipat menjadi sekitar 1,3 miliar orang pada 2050, dikutip, Sabtu (24/6/2023).

Para peneliti mengatakan sebagian besar kasus tersebut ditengarai berasal dari diabetes tipe 2, bentuk penyakit yang terkait dengan obesitas dan sebagian besar dapat dicegah.

4 dari 4 halaman

Peningkatan Diabetes Global

Peningkatan prevalensi diabetes secara global tidak seragam. Beberapa negara dan wilayah mendapat dampak yang lebih parah. Misalnya, tingkat prevalensi diperkirakan mencapai 16,8 persen di Afrika Utara dan Timur Tengah dan 11,3 persen di Amerika Latin dan Karibia pada 2050, dibandingkan dengan perkiraan 9,8 persen secara global.

Saat ini, prevalensi global adalah 6,1 persen. Namun setiap negara akan terkena dampaknya, kata para peneliti.

“Tingkat cepat di mana diabetes berkembang tidak hanya mengkhawatirkan tetapi juga menantang untuk setiap sistem kesehatan di dunia,” kata Liane Ong, penulis utama makalah tersebut, menunjukkan bahwa kondisi tersebut terkait dengan sejumlah kondisi jantung lainnya, seperti penyakit jantung dan stroke.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini