Sukses

Plastik Sekali Pakai Bukan Sampah Bernilai Rendah, Ini 4 Cara agar Nilainya Meningkat

Plastik sekali pakai seringkali dianggap sebagai sampah low value. Padahal, banyak usaha daur ulang plastik yang bisa menambah nilai plastik low value. Apa saja?

Liputan6.com, Jakarta - Plastik sering disebut sampah low value karena jumlahnya yang sangat banyak dan dianggap tidak berguna. Plastik low value umumnya dikaitkan dengan plastik sekali pakai atau single use plastic (SUP).

Kebanyakan yang disebut sebagai SUP hanya plastik kresek. Padahal, plastik saset seperti detergen atau makanan ringan menggunakan konsep sekali pakai langsung buang. Hal ini disampaikan oleh Vice Chairwoman Indonesian Plastic Recyclers (IPR), Amelia Maran.

“Karakteristik dari produk-produk ini benar-benar sekali pakai langsung buang. Sedangkan, plastik kresek atau high density polyethylene (HDPE) itu masih bisa dipakai berkali-kali,” jelas Amel pada Diskusi Media: Kontribusi Industri Daur Ulang terhadap Plastik Low-Value di Indonesia di kawasan Semanggi, Jakarta Selatan pada Senin (26/06/2023).

Amel menjelaskan, banyak orang yang menganggap bahwa plastik low value tidak bisa didaur ulang, tidak punya nilai ekonomi, tidak terkoleksi dengan baik. 

“Sampah saset akhir-akhir ini sering disebut tidak memiliki nilai di pasar daur ulang,” jelasnya.

Banyak kesalahan di sosial media, dimana plastik low value dinilai jahat dan tidak berguna, serta mencemari lingkungan. Menurut Amel, plastik post consumer atau yang sudah dipakai biasanya diambil lagi untuk menggali potensi low value menjadi nilai yang lebih tinggi.

Lantas, apa saja usaha daur ulang sampah plastik yang bisa menambah nilai plastik low value?

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Daur Ulang Menjadi Biji Plastik

Usaha daur ulang untuk menambah nilai plastik low value yang pertama adalah recycle sampah plastik menjadi biji plastik.

Amel menjelaskan bahwa setelah terjadi post consumer, biasanya plastik diambil lagi oleh pemulung, kemudian dibeli oleh pelapak yang mengumpulkan barang lebih banyak.

“Setelah itu, kami gunakan penggiling yang bisa merubah bahan-bahan yang sudah dipilin dan dicuci, kemudian diolah di industri biji plastik. Di sini biasanya diproses menjadi produk akhir,” jelas Amel.

Produk akhir bisa bervariasi, mulai dari kembali menjadi lakop sapu, kresek, tanaman, pupuk, dan lain-lain.

3 dari 4 halaman

Composting Bag

Penggunaan plastik kresek yang sering dianggap low value ternyata bisa dijadikan sebagai composting bag.

“Sekarang ada penelitian untuk menjadikan plastik kresek sebagai composting bag. Hal ini dilakukan dengan cara pengomposan sisa-sisa makanan dimasukkan ke dalam plastik kresek untuk dijadikan pupuk kompos,” tutur Amel.

Intinya, menurut Amel, plastik kresek itu sendiri sudah punya fungsi yang lebih dari sekadar kantong belanja.

Bahan Bakar Alternatif

Amel mengungkap bahwa saat ini beberapa pabrik semen sudah menggunakan sampah plastik low value untuk dijadikan bahan bakar alternatif.

“Pabrik semen pun sudah melirik sampah plastik low value untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. Selain dengan batubara, mereka menggunakan 30 persen bahan bakar alternatif dimana salah satu sumber bahan bakunya adalah plastik-plastik tersebut,” Amel menjelaskan.

4 dari 4 halaman

Papan Plastik untuk Membuat Bangunan

Amel mengatakan saat ini banyak organisasi non-profit yang menganggap bahwa industri daur ulang hanya mengambil sampah plastik yang menguntungkan atau valuable saja. Sedangkan, sampah-sampah yang low value sama sekali tidak diambil, bahkan dibakar.

Membantah hal tersebut, Amel menceritakan tentang mesin pembuat papan plastik yang menggunakan sampah plastik low value sebagai bahan dasarnya.

“Selama pandemi kami membuat dimana mesin, dimana semua plastik yang saat itu tidak laku kami campur dan dibuat sejenis papan. Dari papan itu, kita bisa buat apa saja,” kata Amel.

Salah satu bangunan yang telah berhasil dibuat dari papan tersebut adalah sebuah mushola yang berlokasi di Batam.

“Salah satunya kita bangun mushola 100 persen dari sampah plastik tempat pembuangan akhir daerah itu sendiri. Jadi nggak perlu pakai kayu lagi karena kita sudah memanfaatkan daur ulang,” lanjutnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.