Sukses

Penanganan Rabies di Indonesia, Kemenkes: Vaksinasi pada Anjing Merupakan Kunci Utama

Beberapa waktu lalu sempat viral mengenai anak yang meninggal gegara digigit anjing rabies yang ternyata hewan peliharaanya. Kemenkes mengungkap bahwa vaksinasi pada anjing jadi kunci.

Liputan6.com, Jakarta - Pada Senin, 8 Mei 2023, gigitan anjing rabies memakan korban jiwa yakni seorang balita laki-laki asal Sikka, Nusa Tenggara Timur.

Sebelum kejadian tersebut, angka gigitan anjing rabies di Sikka memang tinggi. Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) rabies di wilayah tersebut.

Data dari Dinas Kesehatan setempat menunjukkan bahwa gigitan anjinkemeg mencapai 518 kasus pada bulan Januari hingga April 2023, seperti melansir Antara.

Usai kasus rabies di Sikka mencuat, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa vaksinasi rabies pada anjing menjadi kunci utama untuk menekan kasus.

“Kunci utamanya vaksinasi rabies pada anjing. Jangan ada anjing liar,” tutur Nadia melalui pesan teks yang diterima Health-Liputan6.com ditulis Kamis, 18 Mei 2023.

VAR dan SAR Tersedia di Daerah Endemis Rabies

Nadia juga mengungkap, pencegahan dan penanganan infeksi rabies VAR (vaksin anti rabies) dan SAR (serum anti rabies) sudah tersedia di berbagai fasilitas kesehatan di Indonesia.

Seperti diketahui, VAR merupakan obat anti rabies yang bekerja dengan cara merangsang sistem daya tahan tubuh untuk membentuk imunitas terhadap virus rabies, seperti mengutip Klikdokter.

Sementara itu, serum anti rabies (SAR) merupakan obat yang berguna untuk menetralisir toksin rabies yang masuk setelah seseorang digigit anjing. Umumnya, SAR hanya diberikan satu kali dengan cara disuntikkan di sekitar luka gigitan anjing.

“Iya (sudah tersedia), terutama daerah endemis rabies,” kata wanita tamatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Angka Vaksinasi Rabies pada Anjing Masih Rendah

Lebih lanjut, Nadia juga mengungkap bahwa penyediaan VAR dan SAR merupakan bentuk komitmen pemerintah daerah (Pemda). Tujuannya, tak lain untuk memusnahkan infeksi rabies.

“Penyediaan SAR dan VAR ini juga komitmen Pemda, terutama untuk mencapai eliminasi rabies,” katanya.

Tujuan ini menjadi tantangan bersama, baik untuk pemerintah maupun masyarakat. Apalagi, mengingat capaian vaksinasi pada anjing masih belum memenuhi target.

“Vaksinasi pada anjing masih 40 persen capaiannya, padahal setidaknya harus 70 persen,” ujar Nadia.

3 dari 4 halaman

Rabies, Penyebab Lebih dari 59 Ribu Orang Meninggal di Dunia Tiap Tahun

Rabies adalah salah satu penyakit infeksi yang disebabkan virus rabies atau Lyssa virus. Dilihat dari tampilan mikroskop, virus ini tampak seperti peluru yang dilapisi oleh lemak, seperti mengutip keterangan P2PM Kemenkes RI.

Penyakit infeksi ini sudah diketahui sejak lebih dari 4 ribu tahun lalu. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), setidaknya ada 59 ribu orang meninggal dunia tiap tahunnya karena infeksi rabies.

"Mayoritas atau sekitar 40 persen yang meninggal anak berusia di bawah 14 tahun," tutur dokter spesialis penyakit dalam Asep Purnama dalam sesi pertemuan daring yang diunggah akun YouTube P2PM Kemenkes RI.

"Jika sudah muncul gejala, bisa meninggal," kata pria yang aktif dalam Komite Rabies Flores Lembata itu.

4 dari 4 halaman

Cegah Rabies, Lakukan Langkah Pertama Usai Digigit Anjing

Asep menuturkan, seseorang yang usai digigit anjing perlu segera mendapatkan tata laksana sebaik mungkin. Berikut langkah tepat usai digigit anjing:

  1. Cuci luka dengan air mengalir menggunakan sabun selama 10-15 menit.
  2. Periode emas membersihkan luka gigitan itu 12 jam setelah digigit. "Kalau misalnya terlambat, lebih dari 12 jam misalnya, tidak masalah, tapi golden period-nya 12 jam setelah digigit," kata Asep. Bila lokasi rumah berjarak jauh atau berjam-jam, bisa dilakukan upaya pembersihan mandiri di rumah. "Nanti bisa diulang lagi di puskesmas," katanya.
  3. Segera ke puskesmas terdekat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.