Sukses

Obat Baru Diabetes dari Korea Enavogliflozin Menarik Perhatian Global

Obat bernama Enavogliflozin ini akan dirilis pada paruh pertama tahun ini di Korea. Saat ini, peneliti tengah melakukan uji klinis di Tiongkok dan Jepang.

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan farmasi Korea, Daewoong Pharmaceutical mengembangkan dan mendapatkan lisensi produk dari Kementerian Keamanan Pangan dan Obat Korea untuk obat baru diabetes.

Obat yang dinamai Enavogliflozin ini akan dirilis pada paruh pertama tahun ini di Korea. Saat ini peneliti tengah melakukan uji klinis di Tiongkok dan Jepang.

Menurut keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, Enavogliflozin memiliki mekanisme untuk menurunkan gula darah dengan menekan transporter SGLT2 secara selektif yang terlibat dalam reabsorpsi glukosa di tubulus proksimal ginjal dan mengeluarkan glukosa ke dalam urine.

Uji klinis sejauh ini menunjukkan peningkatan dan keamanan gula darah dan hemoglobin terglikasi (HbA1C) yang unggul dibandingkan dengan obat komersial yang ada.

Enavogliflozin menunjukkan bahwa proporsi pasien yang mencapai target kontrol diabetes 20% lebih tinggi daripada penghambat SGLT2 konvensional.

Obat ini juga mencatat penurunan kadar HbA1c sebesar 82,9% lebih dari 0,5% dibandingkan sebelum pengobatan, jauh melebihi hasil obat lain di kelas yang sama (40-60%).

Selain itu, obat ini diklaim memiliki efek samping yang rendah berhubungan dengan infeksi jika dibandingkan dengan obat lain di kelas yang sama.

CEO Daewoong Pharmaceutical Chang-jae Lee mengatakan, pilihan pengobatan diabetes terbatas untuk saat ini. Sementara faktanya, jumlah pasien diabetes meningkat di seluruh dunia.

"Oleh karena itu kami akan melanjutkan upaya penelitian dan pengembangan kami untuk menyediakan obat diabetes kelas satu yang terbaik bagi pasien," kata Chang-jae Lee.

Lee mengungkapkan, Enavogliflozin akan dijadikan sebagai blockbuster global dengan mengajukan permohonan izin rilis di 10 negara setiap tahun hingga mencapai 50 negara pada 2030.

Maret lalu, Daewoong Pharmaceutical juga telah mengajukan aplikasi obat baru (NDA) untuk Enavogliflozin ke Indonesia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Enavogliflozin Mengurangi Risiko Komplikasi Kardiovaskular

Dalam pedoman yang diumumkan oleh American Diabetes Association, pemilihan awal inhibitor SGLT2 bersama dengan analog GLP-1 telah menunjukkan manfaat dalam mengurangi risiko kardiovaskular direkomendasikan untuk pasien diabetes tipe 2 mengingat risiko komplikasi kardiovaskular.

Penghambat SGLT2 memiliki mekanisme yang berbeda dari obat yang ada, yaitu mencegah kenaikan gula darah dengan mengeluarkan glukosa dalam urine alih-alih menyerapnya kembali di ginjal.

Inilah yang membuat peneliti Korea yakin Enavogliflozin dapat menurunkan risiko hipoglikemia bahkan ketika digunakan secara tunggal. Efek penghambat SGLT2 juga terbukti dalam mengobati komplikasi utama diabetes seperti gagal jantung dan penyakit ginjal.

3 dari 4 halaman

Perkembangan Diabetes di Indonesia

International Diabetes Federation (IDF) dalam “IDF Diabetes Atlas 2021” mengungkapkan 537 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes pada 2021, yang mengakibatkan 6,7 juta kematian.

Melihat jumlah pasien diabetes di seluruh dunia dan prevalensi diabetes pada penduduk Korea yang berusia 30 tahun atau lebih selama 20 tahun terakhir terus meningkat, membuat perusahaan farmasi asal Korea mempercepat pengembangan obat baru.

Dalam laporan yang sama “IDF Diabetes Atlas 2021”, IDF mencatatkan Indonesia sebagai salah satu dari 5 negara yang memiliki prevalensi diabetes tinggi dengan 1:9 penduduknya menderita diabetes.

Selain itu, World Health Organization (WHO) pada 2019 mencatat bahwa diabetes menempati urutan ketiga sebagai penyakit kronis penyebab kematian di Indonesia. Berdasarkan fakta yang ada saat ini, pasar pengobatan diabetes di Indonesia juga diperkirakan akan berkembang secara bertahap di masa mendatang.

4 dari 4 halaman

Diabetes Memicu Komplikasi Penyebab Kematian

Perawatan diabetes mencatat tingkat pertumbuhan tertinggi di bidang penyakit kronis dan diperkirakan akan tumbuh di masa depan.

Di tingkat global, 7 dari 10 penyebab utama kematian pada tahun 2019 termasuk penyakit tidak menular, salah satunya diabetes.

Diabetes telah masuk dalam 10 besar penyebab kematian menyusul kenaikan persentase yang signifikan sebesar 70% sejak tahun 2000. Diabetes juga bertanggung jawab atas kenaikan terbesar kematian pria di antara 10 besar, dengan peningkatansebesar 80% sejak tahun 2000.

Permintaan akan terapi baru sangat tinggi karena jumlah pasien terus meningkat akibat obesitas dan penuaan.

Diabetes dibagi menjadi tipe 1 dan tipe 2, dan diabetes tipe 2 menyumbang sekitar 90% dari total pasien.

Pasar global untuk perawatan diabetes tipe 2 diperkirakan akan tumbuhdari USD 76,7 miliar pada tahun 2021 menjadi USD 81,4 miliar pada tahun 2027.

Diantara pengobatan diabetes tipe 2, penghambat SGLT2 semakin banyak digunakan karena luas dampak pengobatannya yang juga baik untuk penyakit jantung atau ginjal.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.