Sukses

David Ozora Alami Diffuse Axonal Injury, Cedera Otak Traumatik yang Bisa Disembuhkan Asal...

Mengenal Diffuse Axonal Injury yang dialami David Ozora atau cedera otak traumatik yang fatal

Liputan6.com, Jakarta - David Ozora korban penganiayaan Mario Dandy sempat dinyatakan koma dengan GCS 3. Rekam medis menyatakan bahwa anak pengurus GP Ansor tersebut mengalami Diffuse Axonal Injury (DAI) stage 2. David bahkan sempat kejang-kejang selama tiga hari selama menjalani perawatan di rumah sakit.

Mengenai kondisi David Ozora Latumahina ini diungkap sang ayah, Jonathan Latumahina, beberapa saat sebelum menemui AG pacar Mario Dandy di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan pada Rabu, 29 Maret 2023 untuk memutuskan apakah memilih diversi atau tidak.

Hasil akhir telah diputuskan. Keluarga David Ozora menolak diversi. Dengan begitu AG kekasih Mario Dandy bakal diadili di meja hijau.

Merujuk National Library of Medicine/National Center for Biotechnology Information, dikatakan bahwa Diffuse Axonal Injury adalah jenis dari Traumatic Brain Injury (TBI) yang diakibatkan oleh cedera tumpul pada otak.

Diffuse Axonal Injury yang Terjadi pada David Ozora Penyebab Kematian di AS

Di Amerika Serikat, TBI atau cedera otak traumatik merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di kalangan anak-anak dan dewasa muda.

Cedera otak traumatik diklasifikasikan sebagai ringan, sedang, dan berat berdasarkan skala koma Glasgow (GCS), seperti di bawah ini:

  1. Pasien cedera otak traumatik dengan GCS 13 sampai 15 tergolong ringan.
  2. Pasien dengan CGS sembilan hingga 12 dianggap mengalami cedera otak traumatis kategori sedang
  3. Pasien dengan GCS di bawah delapan diklasifikasin memiliki cedera otak traumatis berat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mengenai Diffuse Axonal Injury (DAI) yang Menimpa David Ozora Korban Penganiayaan Mario Dandy

Insiden sebenarnya dari DAI tidak diketahui. Namun, diperkirakan sekitar 10 persen dari semua pasien TBI yang dirawat di rumah sakit akan mengalami Diffuse Axonal Injury. Dari pasien dengan DAI, diperkirakan sekitar 25 persen akan mengakibatkan kematian.

Statistik ini mungkin diremehkan karena pasien dengan hematoma subdural, hematoma epidural, dan bentuk lain dari TBI tidak akan memberikan diagnosis DAI yang sebenarnya. Studi postmortem menunjukkan bahwa pasien dengan TBI berat memiliki insiden cedera aksonal difus yang signifikan.

DAI adalah diagnosis klinis. Biasanya, DAI dipertimbangkan pada pasien dengan GCS kurang dari delapan selama lebih dari enam jam. Presentasi klinis pasien dengan cedera aksonal difus berhubungan dengan tingkat keparahan cedera aksonal difus.

Misalnya, pasien dengan cedera aksonal difus ringan hadir dengan tanda dan gejala yang mencerminkan gangguan gegar otak. Gejala ini paling sering termasuk sakit kepala.

Gejala pasca-gegar otak lainnya dapat berupa pusing, mual, muntah, dan kelelahan. Namun, pasien dengan cedera aksonal difus yang parah juga dapat mengalami penurunan kesadaran dan tetap dalam keadaan vegetatif yang persisten. Sejumlah kecil pasien dengan cedera aksonal difus parah akan sadar kembali pada tahun pertama setelah cedera.

Manifestasi neurologis umum lainnya termasuk disautonomia. Gejala disotonom umumnya meliputi:

  1. Takikardia
  2. Takipnea
  3. Diaforesis
  4. Vasoplegia
  5. Hipertermia
  6. Tonus otot abnormal, dan
  7. Postur tubuh.

 

 

3 dari 4 halaman

Diffuse Axonal Injury yang Menimpa David Ozora Bisa Disembuhkan?

Lebih lanjut, dr Herianto SpS dan Budi Mangaittua Silitonga SpBS seperti dikutip dari situs Eka Hospital menjelaskan bahwa ukuran saraf yang sangat kecil membuat Diffuse Axonal Injury menjadi sulit untuk terdeteksi bahkan setelah menggunakan pemeriksaan pencitraan dengan CT Scan dan sinar-X.

Namun, dijelaskan keduanya, jika seseorang terduga mengalami DAI, dokter akan langsung bertindak cepat dan memulai pertolongan pertama pada pasien segera.

Menurut Herianto dan Budi, penanganan DAI merupakan hal krusial dan harus dilakukan dengan cepat. Pada saat itulah istilah golden hour menjadi sangat penting dalam melakukan pertolongan pertama pada kasus cedera otak traumatik seperti DAI.

"Golden hour merupakan rentang waktu penyelamatan yang terhitung untuk menentukan serta melakukan pertolongan pertama pada kondisi darurat, seperti cedera otak traumatik," kata keduanya menjelaskan.

"Golden hour memiliki rentang waktu yang berbeda-beda, namun pada cedera otak traumatik golden hour terhitung selama 60 menit setelah cedera berlangsung,"

Waktu yang terbilang cepat mengindikasikan bahwa DAI dapat menyebabkan gejala yang fatal jika tidak ditangani dengan segera.

Oleh sebab itu, segera bawa korban ke rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap dan terlatih untuk melakukan pertolongan pertama cedera otak traumatik.

Semakin cepat Anda membawa pasien, semakin cepat juga para petugas medis dapat mengurangi risiko terburuk dari DAI dengan mengurangi pembengkakan yang terjadi pada otak.

4 dari 4 halaman

Terapi untuk Pasien Diffuse Axonal Injury seperti David Ozora

Dalam menangani DAI, keduanya menjelaskan bahwa program rehabilitasi mungkin bisa dilakukan pada beberapa kasus DAI. Program-program tersebut dirancang untuk membantu pasien bisa pulih dari kondisinya dan mereka bisa kembali menjalankan aktivitas, di antaranya:

  1. Terapi bicara
  2. Terapi fisik
  3. Terapi okupasi
  4. Terapi rekreasi

"Beberapa pengobatan tambahan mungkin akan direkomendasikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien," jelas keduanya

Sayangnya, kebanyakan kasus DAI yang berakhir di koma dan kondisi vegetatif memiliki kemungkinan pulih yang kecil, bahkan dengan bantuan terapi sekalipun.

Namun, semua jenis pengobatan dan terapi mungkin bisa saja bekerja jika pertolongan pertama dilakukan dengan segera dan menunjukan hasil yang baik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.