Sukses

Studi: Pria Berisiko Lebih Tinggi Terkena Kanker Lambung

Adanya hormon inilah yang 'melindungi' kaum hawa dari jenis peradangan di perut.

Liputan6.com, Jakarta Kanker menjadi salah satu jenis penyakit silent killer alias pembunuh diam-diam karena umumnya gejala yang nggak terdeteksi di fase awal. Jika wanita rentan dengan kanker payudara, sebuah studi mengungkapkan bahwa pria berisiko lebih tinggi terkena kanker perut atau kanker lambung. 

Laman news.mit.edu menjelaskan bahwa kanker lambung menjadi penyebab kedua kematian akibat kanker di seluruh dunia karena terinfeksi Helicobacter pylori (H. pylori). Lebih dari 50% populasi orang di dunia terinfeksi kanker lambung dan sebagian besar diketahui nggak menunjukkan gejala. 

Jika bakteri ini berhasil menginfeksi bagian perut, sudah pasti dapat terjadi inflamasi atau peradangan. Selain itu, H. pylori juga menjadi bakteri yang menyebabkan seseorang mengalami gastritis, tukak lambung, peradangan lambung kronis yang berkembang ke arah kanker lambung.

Sejumlah ilmuan berteori bahwa perbedaan gaya hidup seperti pola makan, merokok, dan perbedaan biologis antara pria dan wanita menjadi penyebabnya. Studi para peneliti dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) mengungkapkan alasan mengapa pria cenderung berisiko terkena kanker lambung dibandingkan wanita. 

Itu karena wanita memiliki hormon estrogen yang dominan dibandingkan pria, untuk melawan penyakit tersebut. Hal tersebut ditegaskan oleh Profesor Patologi, Mikrobiologi, dan Imunologi dari Vanderbilt University Medical Center, Keith Wilson. 

Dia mengungkapkan, hormon estrogen dari setiap gender 'melindungi' kaum hawa dari jenis peradangan ini. Menyoal kanker lambung, umumnya pasien mengalami gejala awal seperti kehilangan nafsu makan, merasa kelelahan, mengalami gangguan pencernaan yang sering kumat. 

Selain itu merasa cepat kenyang saat makan, kembung, sering bersendawa, perut terasa mulas dan nyeri, dan masih banyak lagi. Ketika menderita penyakit ini, ada beberapa pengobatan yang dapat ditempuh, tergantung dari stadium yang dialami. 

Upaya pengobatan yang umum dilakukan setelah dokter melakukan wawancara dengan pasien adalah operasi, kemoterapi, radioterapi, hingga terapi pemberian obat yang fokus pada kelemahan spesifik yang ada dalam sel kanker. 

Meski demikian, ada pencegahannya, mulai dari berhenti merokok, mengonsumsi makan segar dan menerapkan pola makan sehat. Ada baiknya kamu juga menghindari makanan asin dan makanan olahan. 

Oh ya, jika kamu mengalami gejala yang dijelaskan di atas, ada baiknya langsung berkonsultasi ke dokter spesialis dari rumah sakit profesional dan yang memiliki fasilitas lengkap, untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. 

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.