Sukses

Hari Ibu, Kala Ayah Jadi Orangtua Tunggal Usai Perceraian atau Kematian

Peran ibu dalam keluarga terutama untuk anak bisa hilang usai perceraian atau kematian. Lalu, bagaimanakah cara untuk menyikapinya?

Liputan6.com, Jakarta Ibu memainkan peranan yang sangat penting dalam keluarga. Pada banyak negara termasuk Indonesia, jasanya selalu diapresiasi dan ditegaskan kembali setiap tahunnya melalui perayaan Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember.

Namun, tak dapat dimungkiri, peran ibu dalam keluarga terutama untuk anak bisa hilang usai perceraian atau kematian. Tugasnya pun harus digantikan oleh ayah. Lalu, bagaimana seorang ayah harus menyikapi hilangnya sosok ibu untuk anak?

Psikolog anak, remaja, dan keluarga Universitas Kristen Maranatha Bandung, Efnie Indriani mengungkapkan bahwa penting bagi ayah untuk lebih dulu menyiapkan hati dengan kondisi yang dihadapi. Termasuk harus berdamai dengan hati dan pikiran.

"Sebelum memperhatikan pola asuh seperti apa yang akan diberikan pada anak, hal pertama dan sangat utama yang harus disiapkan adalah kesiapan hati sang ayah," ujar Efnie melalui keterangan pada Health Liputan6.com, Kamis (22/12/2022).

"Ayah harus memiliki kelapangan hati terlebih dahulu dengan cara berdamai dengan hati dan pikiran, serta menerima kondisi yang dihadapi. Jika hal ini dilakukan, biasanya naluri kasih sayang sang ayah akan bisa muncul secara alami," tambahnya.

Ayah Jadi Orangtua Tunggal untuk Anak Balita

Efnie menjelaskan, pada saat usia balita, anak akan lebih membutuhkan rasa aman. Sehingga untuk membangun itu, ayah perlu meluangkan lebih banyak waktu dengan anak.

"Saat balita yang dibutuhkan sang anak adalah rasa aman. Jadi memang sang ayah harus ikhlas untuk meluangkan waktu lebih bersama anak karena salah satu cara untuk mewujudkan rasa aman tersebut adalah melalui kebersamaan ayah dan anak," kata Efnie.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apa yang Sebenarnya Dibutuhkan Anak?

Lebih lanjut Efnie mengungkapkan bahwa sebenarnya yang dibutuhkan oleh anak adalah dukungan untuk melakukan eksplorasi. Dalam hal ini, ayah bisa menyiapkan kegiatan yang dapat mendukung itu.

"Ayah harus menyiapkan rangkaian kegiatan yang mendukung kegiatan tersebut dan setia mendampingi anak saat pelaksanaannya," ujar Efnie.

Pola pengasuhan pada anak sendiri akan berbeda jika anak sudah beranjak remaja atau dewasa. Saat fase remaja, Efnie mengungkapkan bahwa anak akan lebih membutuhkan sosok sahabat.

"Jika remaja yang dibutuhkan oleh anak adalah sahabat. Oleh karena itu ayah sebaiknya siap menjadi sahabat yang mendengarkan dan memberikan dukungan pada anak," jelasnya.

Meskipun sama sekali tidak mudah untuk menjadi orangtua tunggal, dengan kelapangan hati dan kedamaian dalam pikiran, satu per satu kebutuhan anak dari sisi psikologis tetap dapat terpenuhi.

3 dari 4 halaman

Tak Dapat Menepis Kekosongan

Di sisi lain, saat menjadi orangtua tunggal tidak dapat menepis kekosongan yang dirasakan oleh anak. Hal tersebut secara alami dapat muncul. Efnie mengungkapkan bahwa anak biasanya akan merasa ada yang kurang dan hilang dalam hal kasih sayang dan perhatian.

"Biasanya anak memang akan merasa ada yang kurang dan ada yang hilang berkaitan dengan perhatian dan kasih sayang. Disinilah tantangan terbesar dari ayah untuk mewujudkan hal tersebut. Jika ayah memiliki hati yang damai maka hal ini akan sangat membantu memberikan kehangatan pada anak," kata Efnie.

Efnie menambahkan, biasanya anak memang dapat merasakan kehangatan dan kasih sayang secara maksimal dari sosok ibu. Terlebih lagi, ibu kemungkinan lebih detail dalam merawat dan memenuhi kebutuhan anak.

"Anak akan merasa ada kehangatan dan kasih sayang yang kurang. Biasanya hal ini memang diberikan oleh ibu secara maksimal. Selain itu, biasanya ibu lebih detail dalam merawat dan memenuhi kebutuhan anak," ujar Efnie.

4 dari 4 halaman

Anak Sangat Mungkin Merasakan Kehilangan Besar

Menurut Efnie, saat ibu tidak ada, anak akan merasakan kehilangan yang luar biasa. Apalagi jika kehilangan itu terjadi saat anak sudah cukup besar dan punya memori kebersamaan dengan ibu.

Sehingga idealnya, anak membutuhkan support system dari anggota keluarga lainnya agar anak bisa bertahan dalam melewati krisis atau kehilangan tersebut.

"Idealnya memang anak membutuhkan support system dari anggota keluarga yang lain agar anak bisa survive dalam melewati krisis ini. Dukungan perhatian dan kasih sayang dari anggota keluarga yang lain selain ayah akan sangat menguatkan mental anak," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.