Sukses

Wanita Wajib Tahu soal 6 Fakta Penyakit Jantung, Salah Satunya Gejala Sulit Dikenali

Sebagai penyebab kematian utama tertinggi di dunia, berikut fakta penyakit jantung pada wanita yang wajib diketahui.

Liputan6.com, Jakarta - Penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian tertinggi di dunia. Ini juga merupakan penyebab utama tertinggi wanita di Amerika Serikat, menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC). Meskipun demikian, masih banyak wanita masih belum tahu persis apa itu penyakit jantung atau seperti apa bentuknya.

Ketika memikirkan korban serangan jantung, Anda mungkin membayangkan seorang pria paruh baya yang kelebihan berat badan, mencengkeram sisi kiri dadanya, lalu jatuh ke lantai.

Sementara itu memang bisa terjadi, wanita lebih mungkin menderita sakit punggung, sakit rahang, atau mual sebelum serangan jantung, menurut Asosiasi Jantung Amerika (AHA).

Perlu diingat bahwa penyakit jantung bukan hanya serangan jantung—ini mengacu pada kondisi apa pun yang salah di jantung Anda, seperti arteri yang tersumbat, ujar direktur kesehatan jantung wanita di Heart and Vascular Institute di Lenox Hill Hospital di New York Suzanne Steinbaum, D.O.

Untungnya, penyakit jantung—dan bahkan serangan jantung—dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup. Ini berarti menerapkan pola hidup sehat seperti konsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan berhenti rokok perlu dilakukan.

Selain perubahan pola hidup, masih banyak fakta penyakit jantung yang belum banyak diketahui hingga saat ini.

8 hal yang tidak Anda ketahui tentang penyakit jantung menurut situs Women's Health yaitu:

1. Gejala penyakit jantung pada wanita sulit dikenali

Gejala penyakit jantung sangat bervariasi antara pria dan wanita. Pada pria, gejala serangan jantung yang umum adalah nyeri atau tekanan dada sisi kiri, kadang-kadang menjalar ke bawah lengan atau ke rahang, kata Snyder.

Wanita, di sisi lain, cenderung memiliki gejala yang lebih sulit dikenali, seperti kelelahan, mual, sesak napas, gangguan pencernaan, sakit punggung, bahkan nyeri rahang.

"Jika Anda mengalami salah satu dari gejala-gejala ini, lebih baik langsung pergi ke ruang gawat darurat setempat untuk mencegah potensi kerusakan pada jantung Anda," kata Snyder.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Penyakit Jantung Membunuh Lebih Banyak Wanita

Satu dari empat wanita meninggal karena penyakit jantung. Di sisi lain, kanker payudara adalah penyebab kematian bagi satu dari tiga puluh wanita, menurut National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI).

Faktanya, lebih banyak wanita meninggal karena penyakit jantung dan stroke daripada gabungan semua kanker, kata dokter praktik keluarga bersertifikat dewan dan kepala petugas medis di Independence Blue Cross di Philadelphia Richard Snyder, MD.

Penyakit jantung juga tidak bergantung pada ras. Penyakit ini menjadi penyebab utama kematian bagi wanita Afrika-Amerika dan kulit putih; dan penyebab utama kematian kedua untuk semua ras lainnya termasuk wanita Hispanik dan Asia.

Selain itu, masih banyak wanita yang tidak sadar akan risiko penyakit jantung yang dideritanya. Hanya 6 persen wanita berusia 25 hingga 34 tahun yang mengaku berkonsultasi dengan dokter tentang risikonya. Jumlah itu naik menjadi 33 persen untuk wanita yang berusia di atas 65 tahun.

3 dari 4 halaman

3. Skrining Rutin Dimulai Sejak Usia 20-an

Sebuah survei yang dirilis oleh Orlando Health mengungkapkan bahwa 60 persen wanita berpikir pemeriksaan jantung tidak dianjurkan sampai setelah usia 30 tahun—padahal seharusnya tidak begitu.

Para ahli merekomendasikan bahwa skrining harus dimulai pada usia 20 tahun. "Masalah jantung mulai berkembang pada remaja dan mereka yang berusia dua puluhan," kata ahli jantung di Orlando Health Heart Institute Maria Carolina Demori, MD.

"Jika kita tidak mengambil tindakan dan mulai mencegah perkembangan prosesnya, itu hanya akan menjadi lebih buruk."

Skrining jantung dapat dimasukkan dalam pemeriksaan rutin dengan dokter Anda, kata Demori, dan termasuk pemeriksaan tekanan darah, kolesterol, berat badan, dan kadar glukosa Anda.

AHA juga merekomendasikan untuk menjalani elektrokardiogram (EKG atau EKG) setiap tahun jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau beberapa faktor risiko.

4. Menjadi "bugar" bukan berarti Anda tidak bisa terkena penyakit jantung

"Mitosnya adalah penyakit jantung tidak mempengaruhi wanita yang bugar," kata Snyder. "Akan tetapi, bahkan jika Anda sangat atletis, risiko terkena penyakit jantung tidak 100 persen hilang."

Tentu, hal-hal seperti makan berlebihan dan gaya hidup sedentary meningkatkan risiko, tetapi Anda bisa saja kurus dan memiliki kolesterol tinggi.

4 dari 4 halaman

5. CPR Jarang Dilakukan pada Wanita

Wanita memiliki kemungkinan lebih kecil untuk menerima CPR di tempat umum ketika alami serangan jantung daripada pria, menurut penelitian yang dipresentasikan di Sesi Ilmiah Asosiasi Jantung Amerika 2017.

Data menunjukkan bahwa 45 persen pria menerima CPR dari saksi mata di tempat umum. Sementara untuk wanita hanya 39 persen. Terlebih, peluang bertahan hidup priasetelah keluar dari rumah sakit 23 persen lebih besar daripada wanita, menurut AHA.

Para peneliti percaya ini karena "CPR melibatkan kompresi di dada sehingga dapat membuat orang kurang yakin apakah ia dapat atau harus melakukan CPR di depan umum untuk wanita," kata penulis utama studi Audrey Blewer, M.P.H.

"Pada akhirnya ini menyoroti kesenjangan pengetahuan utama dalam ilmu resusitasi," tambah Blewer, mengatakan pengetahuan publik tentang taktik CPR yang tepat sangat penting.

6. Tak Perlu Beri Napas Buatan Saat CPR

CPR tanpa bantuan napas, yang berarti tidak perlu resusitasi dari mulut ke mulut. Berikut cara melakukannya menurut AHA:

1. Periksa apakah orang tersebut responsif. Seseorang yang menderita henti jantung tidak akan bisa bernapas atau bergerak, dan tubuhnya mungkin membiru.

2. Hubungi tim medis

3. Mulai kompresi hands-only. Dorong keras dan cepat di tengah dada dengan kecepatan 120 kompresi per menit.CPR ini sama efektifnya dengan CPR mulut ke mulut.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini