Sukses

Gangguan Ginjal Akut Pernah Ditemukan di AS, Dugaan Karena MIS-C

Ada banyak kemungkinan penyebab gangguan ginjal akut pada anak.

Liputan6.com, Jakarta - Penyebab gangguan ginjal akut yang dialami anak-anak di Indonesia masih diteliti Kementerian Kesehatan sebelumnya sudah menyatakan bahwa gangguan ginjal akut ini tidak karena COVID-19. Ada banyak kemungkinan penyebab gangguan ginjal akut pada anak ini.

Seperti diketahui, penelitian menunjukkan COVID-19 meniru banyak aspek gangguan autoimun sistemik, termasuk pelepasan sel imun yang terlalu aktif yang menghasilkan jaringan beracun protein dan DNA yang disebut perangkap ekstraseluler neutrofil, atau NET.

Dalam laman M Health Lab dituliskan para peneliti di Michigan Medicine telah menemukan autoantibodi fungsional lain pada pasien COVID-19 yang berkontribusi pada perkembangan penyakit dan "badai api" pembekuan darah dan peradangan yang ditimbulkannya.

Kasus gangguan ginjal akut ini pernah juga ditemukan seperti yang tercantum pada jurnal online yang diterbitkan pada 2020. 

Jurnal berjudul Acute Kidney Injury in Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C): a Case Report diteliti Melissa Lee, Mark Hilado, Sarah Sotelo, Lawrence M Opas, dan Daniel D.Im dari Department of Pediatrics LAC +USC Medical Center Los Angeles, dan Keck School of Medicine, University of Southern California, Los Angeles, Amerika Serikat.

Dalam jurnal tersebut disebutkan seorang anak perempuan berusia 15 tahun tanpa riwayat medis masa lalu  datang dengan keluhan nyeri perut selama 1 minggu. Sehari sebelum masuk rumah sakit, anak tersebut mengalami dua episode muntah yang tidak berdarah dan dua episode diare. 

Anak itu mengalami penurunan asupan oral pada dan kemudian mengalami pusing, yang mendorong ibunya menelepon 911. Layanan Medis Darurat mencatat pasien mengalami dehidrasi dan memberinya bolus salin normal 1-L dalam perjalanan ke rumah sakit. 

Setibanya di unit gawat darurat (ED), pasien mengalami demam (38,3 ° C), takikardi (133 denyut/menit), hipotensi (99/53 mmHg), dan saturasi 100% dengan 20 napas / menit. Dia tercatat waspada dan berorientasi dengan selaput lendir kering. 

"Swab nasofaring COVID yang dilakukan di IGD negatif. Dia diberi bolus 1-L salin normal dan kemudian dirawat di PICU untuk pengelolaan ginjalnya," jelas peneliti. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tak Pernah Kena COVID-19

Pasien menyangkal pernah sakit seperti demam, batuk, atau gejala infeksi saluran pernapasan atas dalam waktu dekat. Namun ibu pasien mengungkapkan bahwa kekhawatirannya jika anaknya tidak buang air kecil karena sangat dehidrasi. 

Laboratorium awal yang diambil di UGD signifikan untuk BUN 54 mg/dL dan kreatinin 5,78 mg/dL. CBC mencatat karena bandemia. Laboratorium juga mencatat dengan hiponatremia, hipokalemia, dan peningkatan kadar CRP, prokalsitonin, AST, ALT, INR, creatine kinase, pro-brain natriuretic peptide (pro-BNP), dan troponin 

Peningkatan signifikan pada BUN dan kreatinin di laboratorium menunjukkan bahwa pasien mengalami gagal ginjal. Pasien tidak memiliki riwayat gangguan ginjal yang diketahui sebelumnya, atau masalah medis lain yang mengindikasikan gangguan ginjal sebelumnya. 

 

 

3 dari 4 halaman

Kekhawatiran Meningkat di Hari ke-2

Pada hari ke-2 di rumah sakit, kekhawatiran karena MIS-C semakin meningkat dan tidak ada sumber infeksi yang jelas dengan demam persisten (Tmax 40,3 °C). Antibodi COVID (IgG, IgM) kembali positif pada hari ke-3 rumah sakit yang mengkonfirmasi diagnosis MIS-C.  

Mulai hari ke 5 di rumah sakit, pasien mulai menunjukkan perbaikan terus-menerus dalam status klinis secara keseluruhan setelah menyelesaikan IVIG dan metilprednisolon dengan demam yang menurun, penanda inflamasi, dan peningkatan fungsi ginjal. 

Pada hari keenam dipulangkan dengan aspirin untuk profilaksis yang diberikan risiko hiperkoagulabilitas sekunder untuk MIS-C. Empat minggu setelah keluar, pasien terlihat dalam kunjungan tindak lanjut dan ditemukan dalam keadaan baik, dengan BUN dan Cr-nya ditemukan masing-masing 5 mg/dL dan 0,77 mg/dL.

4 dari 4 halaman

Gangguan Ginjal Akut karena MIS-C

Peneliti menuliskan bahwa COVID-19 pediatrik kritis jarang terjadi dibandingkan dengan manifestasi kritis pada COVID-19 dewasa. "Seorang anak tidak hanya dapat mengalami hipoksemia akut dan ARDS karena COVID-19, seorang anak juga dapat mengalami gagal ginjal berat karena MIS-C," kata peneliti.

Gangguan ginjal akut yang dilaporkan di seluruh dunia sebesar 8,9% pada pasien dewasa COVID-19. Studi otopsi menunjukkan bahwa beberapa pasien memiliki bukti biopsi gangguan ginjal akut meskipun tidak memiliki kelainan laboratorium. 

"Ini menunjukkan bahwa cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury/ AKI) mungkin lebih umum pada pasien COVID-19 daripada yang dilaporkan saat ini.". 

Sayangnya belum diketahui prevalensi AKI pada pasien COVID pediatrik. AKI dan gagal ginjal mungkin disebabkan oleh kombinasi infeksi langsung parenkim ginjal melalui protein ACE-2, dan cedera mikrovaskular yang disebabkan oleh badai sitokin yang dipicu COVID-19, aktivasi makrofag, dan hiperkoagulabilitas. 

Dalam jurnal itu disebutkan literatur pediatrik yang ada tentang MIS-C, AKI telah dilaporkan pada 2 hingga 8% anak-anak dengan MIS-C di Amerika Serikat. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.