Sukses

Indonesia dan 4 Negara G20 Bangun Pusat Riset Vaksin mRNA

Kerja sama riset dan manufaktur vaksin mRNA jadi terobosan dalam penanganan pandemi.

Liputan6.com, Bali Indonesia bekerja sama dengan empat negara anggota G20 untuk membangun pusat riset (hub) dan manufaktur vaksin mRNA. Keempat negara yang dimaksud meliputi Argentina, Brasil, India, dan Afrika Selatan.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menyampaikan sudah ada kesepakatan yang terjadi dengan empat negara di atas dalam perluasan kapasitas riset dan manufaktur, khususnya vaksin mRNA. Komitmen kerja sama ini sebagai langkah awal yang dilakukan.

"Bagaimana kita bisa memastikan mekanisme atau negara berkembang siap sebagai Resource Hub dan Manufacturing Hub. Langkah pertama adalah kita akan memiliki kesepakatan antara negara-negara berkembang untuk membangun hub virtual," ujar Budi Gunadi saat Press Conference The 3rd G20 Health Working Group di Hilton Resort, Nusa Dua Bali pada Senin, 22 Agustus 2022.

"Kami telah memiliki perjanjian dengan India, Afrika Selatan, Argentina, dan Brasil untuk bekerja sama sebagai negara berpenghasilan rendah dan menengah untuk penelitian dan kapasitas manufaktur.

Dalam pengembangan kapasitas riset dan manufaktur vaksin mRNA, lanjut Budi Gunadi, upaya tersebut didukung oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Selain mendapat dukungan dari WHO, pengembangan vaksin mRNA di Indonesia juga terjalin kerja sama dengan Tiongkok.

"Kita tahu Afrika Selatan ditunjuk oleh WHO sebagai Hub Vaksin Global untuk vaksin mRNA, Brasil telah ditunjuk oleh WHO juga. Kalau Indonesia bekerja dengan Cina di bawah perjanjian bilateral untuk teknologi mRNA-nya," terangnya.

"Jadi, kami dapat bekerja bersama untuk pengembangan MRNA dan akan mengembangkan kemampuan manufaktur."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Komitmen Transfer Teknologi

Langkah selanjutnya dalam memastikan kerja sama perluasan riset dan manufaktur dilakukan adalah komitmen transfer teknologi. Indonesia terbuka bilamana negara-negara lain, terutama anggota G20 dapat berbagi keahlian teknis dan teknologi.

Pembahasan lebih rinci masih terus dilakukan dalam rangkaian pertemuan 'The 3rd Health Working Group (HWG)' yang sedang berlangsung di Bali pada 22 - 23 Agustus 2022.

"Langkah kedua, setelah ada kesepakatan, kami juga akan bekerja sama dengan negara-negara berkembang, sehingga ada transfer teknologi dan juga komitmen dari mereka," Menkes Budi Gunadi Sadikin menambahkan.

"Jika mereka ingin berbagi keahlian teknis, tidak hanya teknologi tetapi juga pengetahuan dan orang-orang (ahli) yang membantu kita silakan. Itu adalah hal-hal yang kami kerjakan dalam pertemuan (3rd HWG) ini. Tapi tentu saja, output-nya (hasil) akan diketahui setelah pertemuan nanti."

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Pemerataan Riset dan Manufaktur

Dalam memperluas Pusat Riset Global dan Manufaktur atau tindakan penanggulangan medis darurat, Budi Gunadi Sadikin menekankan, hal tersebut harus dilakukan secara merata. Sebab,  vaksin, terapi obat, dan alat diagnostik seperti PCR dan rapid test sangat dibutuhkan untuk penanganan pandemi.

"Terutama di negara berpenghasilan menengah ke bawah dan negara-negara bagian selatan. Karena kalau kita lihat, yang namanya Pusat Riset Global dan Manufaktur kebanyakan ada di negara maju bagian utara dunia," paparnya.

"Jika terjadi sesuatu (seperti pandemi baru lainnya) negara-negara lain di belahan dunia selatan ya tidak memiliki kapasitas dalam riset dan manufaktur."

Untuk kapasitas manufaktur, diperlukan mengembangkan redistribut, tidak hanya di negara maju maupun belahan utara dunia, melainkan di negara berkembang di bagian selatan. 

"Kami memiliki anggota G20 di bagian selatan dunia, seperti Afrika Selatan di benua Afrika, lalu India dan Indonesia di benua Asia, dan juga Argentina dan Brasil di benua Amerika," ucap Menkes Budi Gunadi.

4 dari 4 halaman

Kesiapsiagaan Merespons Pandemi di Masa Depan

Budi Gunadi Sadikin menekankan, perluasan manufaktur global dan pusat riset sangat dibutuhkan sebagai persiapan bila pandemi lain terjadi di masa depan. Upaya ini bertujuan agar setiap negara di dunia dapat bersiap dan cepat tanggap dalam merespons situasi darurat saat pandemi.

"Perluasan manufaktur dan riset untuk pencegahan kita, kesiapsiagaan dan respons terutama vaksin. Selain itu juga untuk terapi dan alat diagnostik. Itulah (pembahasan) yang sedang kita bahas sekarang," katanya saat membuka acara ''The 3rd Health Working Group (HWG)' di hadapan delegasi G20 yang hadir.

"Saya berharap setelah pertemuan ini, kami dapat memiliki kesepakatan konkret, bagaimana kita bisa mendistribusikan kembali kapasitas global untuk penelitian dan manufaktur, sehingga kalau ada pandemi berikutnya, kapan pun itu terjadi, kita siap."

Dalam hal ini, pandemi bisa muncul di mana saja di belahan dunia.

"Begitu pentingnya untuk kita bisa menahan dan merespons penyakit. Suatu penyakit (pandemi atau wabah) dapat saja mereda di satu tempat, kemudian bisa muncul di tempat lain dan menyebabkan tingkat kasus penyakit naik kembali," sambung Menkes Budi Gunadi.