Sukses

Skring dan Vaksinasi HPV, 2 Upaya Cegah Kanker Serviks

Ada dua upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah serta menekan angka kematian akibat kanker serviks, yakni dengan vaksinasi HPV serta skrining rutin.

Liputan6.com, Jakarta - Kanker serviks termasuk salah satu kanker yang banyak diidap wanita. Secara global, kanker serviks adalah kanker paling umum keempat di antara wanita di seluruh dunia. Namun, ada dua upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah serta menekan angka kematian akibat kanker serviks, yakni dengan vaksinasi HPV serta skrining rutin.

Hampir 99 persen kanker serviks pada wanita disebabkan oleh virus HPV, yaitu virus papiloma (human papilloma virus).

"DNA HPV hadir dalam 99 persen spesimen kanker serviks. Jadi, ada hubungan sebab akibat yang kuat antara HPV dan kanker serviks," kata konsultan onkologi ginekologi Mount Elizabeth Medical Centre Singapura, Lisa Wong.

Sebenarnya, kata Lisa, infeksi HPV itu umum pada wanita. Sekitar 50 hingga 80 persen wanita mengembangkan salah satu dari lebih dari 200 subtipe HPV setidaknya sekali seumur hidup. Subtipe HPV tersebut sebagian besar bakal sembuh sendiri.

"Sebagian besar kasus bersifat sementara dan tanpa gejala. Sekitar 80 persen kasus akan sembuh secara spontan dalam satu hingga dua tahun. Sebagian besar juga berisiko rendah, dan dapat menyebabkan kutil kelamin," katanya.

Meski begitu ada juga infeksi HPV yang berkembang menjadi kanker.

"Hanya sebagian kecil kasus – jenis onkogenik – akan berkembang menjadi kanker," jelas Lisa dalam keterangan pers yang diterima Health Liputan6.com.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Upaya Pencegahan

Upaya pencegahan pertama yang bisa dilakukan adalah melakukan vaksinasi HPV. Vaksinasi HPV memainkan peran penting dalam melindungi wanita dari kanker serviks.

"Dapat mencegah 70 hingga 90 persen kanker," katanya. kata Dr Lisa Wong.

Idealnya, vaksinasi HPV diberikan kepada wanita yang belum melakukan hubungan seksual. Meski begitu, bagi yang sudah aktif berhubungan seksual juga tetap bisa mendapatkan suntikan vaksin HPV.

Lisa juga mengatakan agar tidak perlu takut divaksin HPV, secara umum vaksin HPV aman. Jika memang timbul Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) itu ringan.

"Efek samping utama adalah ketidaknyamanan tempat suntikan. Efek samping ringan seperti sakit kepala dan mual umumnya dapat ditoleransi dengan baik," terang Lisa.

3 dari 4 halaman

Skrining HPV bagi yang Sudah Aktif Seksual

Upaya pendeteksian dini untuk bisa menemukan sedini mungkin kanker serviks lewat skrining bagi mereka yang sudah aktif berhubungan seksual. Lisa Wong menjelaskan bahwa ada tiga cara skrining kanker serviks yakni: pap smear, sitologi berbasis cairan, dan tes HPV.

- Pap smear: Sensitivitas sekitar 50-60 persen. Sensitivitas juga meningkat seiring bertambahnya usia, yang membuatnya lebih bermanfaat untuk wanita yang lebih tua daripada wanita yang lebih muda.

- Sitologi berbasis cairan: Sensitivitas tinggi yakni 75-85 persen dan tingkat negatif palsu yang lebih rendah. Tetapi spesifitas yang lebih rendah.

Tes HPV: Sensitivitas yang jauh lebih tinggi (98-99 persen), tetapi tidak mendeteksi lesi pra-kanker. Kelemahan utama adalah spesifisitas yang lebih rendah (93,3 persen), tetapi nilai prediksi negatif yang sangat baik. Hasil Tes HPV lebih meyakinkan dan jarak skrining dapat ditingkatkan menjadi lima tahun..

Diantara tiga tes tersebut, Lisa Wong mengatakan tes HPV yang paling unggul.

"Tes HPV adalah tes yang unggul, dan bukti menunjukkan itu. Ini adalah tes skrinning yang lebih efisien," katanya.

4 dari 4 halaman

Pengobatan Kanker Serviks

Bila seorang wanita alami kanker serviks, pengobatan sangat tergantung pada stadium penyakit saat datang seperti dijelaskan konsultan medical onkologi Parkway Cancer Centre Singapura, Wong Chiung Ing.

Berikut penjelasan stadium serta persentase kelangsungan hidup dalam lima tahun:

 Stadium 1: Terbatas pada serviks; 85 persen tingkat kelangsungan hidup

Stadium 2: Menyebar ke luar serviks, tetapi tidak ke dinding panggul atau sepertiga vagina; 65 persen tingkat kelangsungan hidup

Stadium 3: Menyebar ke dinding panggul atau sepertiga bagian bawah vagina; 35 persen tingkat kelangsungan hidup

Stadium 4: Invasi kandung kemih, rektum, atau metastasis; Tingkat kelangsungan hidup 7 persen.

Pilihan pengobatan untuk setiap tahap, yang meliputi operasi, radioterapi dan kemoterapi. Pada tahap akhir, kata Wong Chiung Ing, dokter biasanya menawarkan pengobatan paliatif. Hal ini mencakup kemoterapi, terapi target, dan imunoterapi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.