Sukses

PTM 100 Persen, IDAI: Sangat Mengkhawatirkan pada Anak yang Belum Divaksinasi

Ada risiko yang besar mengancam kesehatan anak yang belum divaksinasi COVID-19 terpaksa PTM.

Liputan6.com, Jakarta Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan bahwa anak yang belum divaksinasi COVID-19 tidak direkomendasikan mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Lebih baik anak belajar dari rumah karena ada risiko yang besar mengancam kesehatan anak yang belum divaksinasi bila terpaksa PTM.

"Terus terang, PTM 100 persen pada mereka yang belum vaksinasi lengkap, lalu pada anak yang masih kecil, yang belum pandai lakukan prokes (protokol kesehatan) itu sangat-sangat mengkhawatirkan," kata Ketua IDAI Piprim Basarah Yanuarso.

Memang ada data yang mengungkapkan bahwa sekitar 72 persen anak sudah memiliki kekebalan terhadap COVID-19. Itu artinya masih ada 28 persen anak yang belum punya kekebalan.

Akan menjadi bahaya bila 28 persen anak tersebut menjalani PTM dan belum divaksinasi. Makin berbahaya bila anak tersebut memiliki komorbid dan sakit kronik menjalani PTM, kemudian terpapar COVID-19. Risiko alami keparahan Corona amat besar.

Bagi IDAI jelas, persentase 28 persen bukanlah angka yang sedikit, karena kesehatan anak adalah yang utama.

"Bagi kami, anak bukan dihitung secara persentase semata. Bagi orangtua setiap anak adalah segalanya," kata Piprim yang juga dokter spesialis anak konsultan jantung itu.

Mengingat kesehatan anak adalah yang utama dibanding yang lainnya, maka dari itu rekomendasi yang diberikan IDAI selalu hati-hati dan konservatif.

"Kalau vaksinasi bukan jadi syarat (mengikuti PTM), tidak bisa. Kita ingin safety, buat anak kok coba-coba."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Risiko Penyakit Usai Terpapar COVID-19

Satgas COVID-19 IDAI, Yogi Prawira, mengatakan bahwa anak bisa tertular dan menularkan COVID-19.

Memang, sekitar 70 persen anak yang terpapar alami gejala ringan tapi ada yang lain bisa alami gejala sedang dan berat bila terpapar SARS-CoV-2.

Sekitar dua persen kasus COVID-19 di Indonesia alami kritis. Anak yang terpapar COVID-19 bisa hanya mengalami infeksi akut tapi juga kronis. Salah satunya adalah anak alami multisystem inflammatory syndrome in children (MISC). Ini adalah sebuah kondisi multisistem atau keterlibatan peradangan tak hanya pada pernapasan, tetapi pada organ lain.

"Pada saat terpapar mungkin hanya gejala ringan saja, tapi sekitar kurun enam minggu kemudian alami peradangan hebat, baru timbul ruman, benjolan, kadang syok, muntah, muncul MISC,"" kata Yogi.

IDAI menyarankan agar tersedia opsi belajar dari rumah bagi anak-anak yang belum divaksinasi dosis lengkap. Sehingga, anak yang tidak bisa mendapatkan vaksinasi atau belum umurnya bisa menerima suntikan COVID-19 bisa belajar dari rumah alias pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Jika aturan PTM 100 persen dilaksanakan tapi orangtua merasa belum yakin, terlebih anak belum divaksinasi COVID-19, bisa melaporkan ke hotline daerah masing-masing. Seperti di DKI Jakarta tersedia hotline tentang aduan PTM.

“Kalau di Jakarta itu di website-nya ada opsi, kalau orangtua keberatan maka dapat menghubungi hotline. Ini kan negara demokratis jadi harus menghargai juga para orangtua ini, karena jika ada apa-apa pada anak maka yang tanggung jawab itu orangtuanya,” kata Piprim dalam siaran Instagram IDAI, dikutip Jumat (14/1/2022).

3 dari 3 halaman

Infografis Anak Indonesia Usia 6-11 Tahun Siap Terima Vaksin Covid-19.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.