Sukses

Kesadaran Diri Jadi Penentu Keberhasilan Proses Pelepasan Emosi

Pelepasan emosi atau emotional healing akan membuahkan hasil jika dilakukan dengan baik

Liputan6.com, Jakarta - Emosi kerap dimaknai sebagai suatu perasaan yang muncul ketika terjadinya suatu peristiwa dalam hidup seperti mendengar perkataan atau ucapan yang ditujukan kepada diri kita atau kala mendapati berita atau hal-hal tertentu.

Reaksi berupa perasaan yang muncul setelahnya itulah yang kemudian disebut emosi. Umumnya emosi dibagi menjadi dua yaitu emosi positif dan emosi negatif.

Emosi positif seperti rasa bersyukur, bahagia, semangat, optimisme, sedangkan emosi negatif yang kita kenali dengan rasa marah, kecewa, iri hati, sedih, merasa diabaikan, tidak dihargai.

Healing yang bermula dari kata heal berarti sembuh. Emotional healing dapat diartikan sebagai proses pelepasan emosi negatif yang dialami seorang klien atau pasien. Di sinilah peran seorang healer untuk membantu kliennya untuk mengakui emosi negatif yang ada dalam dirinya untuk kemudian dilepaskan.

“Saat emosi negatif terpendam tersebut diakui kemudian dilepaskan maka klien akan terlepas dari tekanan dan merasa lebih baik secara fisik maupun psikisnya,” kata Redy Supradianto seorang Praktisi Healing pada Health Liputan6.com, Kamis (11/11/21).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Metode Healing

“Metode healing yang saya gunakan berbeda-beda menyesuaikan kebutuhan setiap klien yang notabene bervariasi. Mereka yang mengalami emosi dipermukaan saja, tentu berbeda penanganannya dengan yang emosinya menyentuh hingga ke bagian yang lebih dalam,” ujar Redy berdasar pengalamannya.

Emosi yang dalam dapat menyentuh memori bawah sadar, sel tubuh, otot, daging, hingga sel DNA yang bersifat turunan keluarga. Kondisi seperti inilah yang membutuhkan waktu lebih lama dan tingkat keseriusan healing lebih tinggi. Beberapa latihan sederhana diciptakannya sendiri untuk melepaskan emosi negatif yaitu dengan mengakui ke diri sendiri saat merasa marah atau pun kesal, kemudian menerima rasa itu dan kita lepaskan.

Setelah proses itu barulah kita bisa beranjak ke tahap berikutnya yaitu memaafkan. Beda halnya saat menghadapi kasus yang lebih berat seperti emosi akibat past life dan atau inner child.

Cara Membuka Kesadaran

Saat Proses Emotional HealingMembuka kesadaran saat melakukan proses emotional healing amat membutuhkan kerjasama dari klien itu sendiri. “Saya mengajak klien mengizinkan dirinya untuk dibantu melepaskan emosi negatif yang ada dalam dirinya,” kata pria yang telah lama berkecimpung di dunia pengobatan holistik.

 

 

3 dari 4 halaman

Kendala Saat Emotional Healing

Kendala terbesar adalah saat klien tidak menyadari segala bentuk emosi negatif yang dimilikinya. Mereka beranggapan sudah melepaskan emosi negatif yang ada dalam diri itu berarti mereka tidak lagi menyimpannya. Sayangnya, emosi itu tak benar-benar telah lepas melainkan hanya diabaikan dan masih tersimpan.

Contoh saat klien merasakan emosi ketika dikecewakan seseorang. Dia menganggap kalau emosi akibat kecewa itu telah dilepaskannya dengan cara marah kepada mereka yang mengecewakan.

Namun yang sesungguhnya terjadi adalalah saat marah-marah tersebut, emosi negatif hanya terlampiaskan sementara dan belum seutuhnya dilepaskan. Rasa marah itu masih tersimpan, sehingga saat mendengar ada yang menyebut nama orang tersebut, marah dan kesal kembali muncul.

4 dari 4 halaman

Maintenance Jangka Panjang Supaya Emosi Negatif Tak Kembali Melekat

“Emosi itu ibarat seorang anak kecil yang minta permen sebelum diberikan dia akan terus mengikuti kita kemana pun,” kata Pakar Healing yang rutin mengisi Spiritual Tour di Negeri Sakura dan mancanegara itu.

Redy memberi pemahaman bahwa pembersihan emosi adalah proses berkesinambungan selama hidup kita. Baginya, selama hidup kita akan tetap mengalami emosi yang kerap dilabeli sebagai emosi negatif. Juga minimalisirlah untuk menceritakan emosi kita pada orang lain. Karena curhat atau menceritakan emosi kita ke orang lain akan makin memperkuat emosi negatif berdiam dalam diri kita.

“Dengan memahami pola tersebut, saya ingatkan klien untuk melatih diri mengenali emosi yang terjadi pada dirinya. Pembersihan baiknya dilakukan seminggu sekali dengan menyadari dan melepas semua rasa tidak nyaman di diri kita dari setiap peristiwa yang terjadi,” dia mengingatkan.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.