Sukses

Dipicu oleh Stres, Penyakit Autoimun Kulit Pun Ikut Meningkat Selama Pandemi COVID-19

Selama pandemi COVID-19, autoimun kulit ternyata jadi salah satu penyakit yang kerap muncul bahkan meningkat lho.

Liputan6.com, Jakarta Selama pandemi COVID-19, autoimun kulit ternyata jadi salah satu penyakit yang kerap muncul bahkan meningkat lho. Hal ini dipicu oleh stres yang ikut meningkat dan menyebabkan penyakit satu ini pun lebih sering kambuh.

"Kita tahu salah satu program pemerintah kita selama masa pandemi adalah membatasi aktivitas di luar rumah sebisa mungkin, sehingga tingkat stres menjadi lebih tinggi," ujar dr. Amelia Soebyanto, Sp.DV dalam acara daring bertema Kenali Autoimun Kulit yang Kerap Muncul Selama Pandemi bersama Klinik Pramudia, Rabu (3/11/21).

Amelia menjelaskan, adanya stres yang tinggi terutama selama masa pandemi membuat penyakit autoimun kulit menjadi lebih sering kambuh. Bahkan, kekambuhan yang muncul menjadi lebih berat dari biasanya.

"Terlepas dari aktivitas di luar rumahnya, pendapatannya, pekerjaannya yang mungkin jadi lebih banyak di rumah, online, banyak tugas baik dari sekolah atau pekerjaan, semuanya itu akan meningkatkan stres," ujar Amelia.

"Jadi dengan adanya stres yang tinggi ini terutama selama masa pandemi membuat penyakit autoimun kulit ini menjadi lebih sering kambuh. Kambuhnya kadang menjadi jauh lebih berat dibanding biasanya," tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis kulit Anthony Handoko turut mengungkapkan bahwa kasus-kasus terkait penyakit autoimun kulit memang meningkat selama pandemi di Klinik Pramudia. Ketiga jenis penyakit autoimun kulit yang meningkat adalah Vitiligo, Psoriasis, dan Urticaria.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Takut ke dokter

Menurut Amelia, pasien autoimun kulit pun merasa lebih takut untuk mengonsultasikan dirinya ke dokter selama pandemi berlangsung. Mengingat pembatasan aktivitas untuk keluar rumah pun sempat begitu ketat.

"Jadi yang mereka lakukan biasanya adalah pengobatan sendiri atau berkonsultasi terlebih dahulu, kalau sudah gak ada perbaikan dari pengobatan itu, baru datang ke dokter spesialis kulit dan kelamin. Dimana sebenarnya itu sudah cukup terlambat," kata Amelia.

Padahal, deteksi dini yang dilakukan pada penyakit autoimun kulit dapat mempersingkat durasi pengobatan yang dilakukan. Tak hanya itu, Amelia juga mengungkapkan bahwa jika pemeriksaan dilakukan lebih awal, maka perjalanan penyakit pun seharusnya tidak begitu berat.

"Itu yang perlu jadi perhatian bahwa meskipun selama pandemi kita membatasi aktivitas di luar rumah, tapi bila memang mengalami kondisi kulit tertentu, segera memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit dan kelamin terdekat dengan tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat,"

"Jadi tidak perlu takut karena pengobatan yang tepat dan dini akan membantu mengendalikan penyakit autoimun ini menjadi lebih ringan. Meskipun tidak bisa sembuh secara sempurna, paling tidak cepat terkontrol," ujar Amelia.

Dengan begitu, kualitas hidup pasien autoimun kulit dinilai bisa meningkat. Serta, tidak mengganggu aktivitas dan psikologisnya pun akan ikut menjadi lebih baik.

3 dari 3 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.