Sukses

[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Tarif PCR di India

Pada November 2020 pemerintah kota New Delhi menetapkan harga baru PCR yang jauh lebih rendah lagi, yaitu 800 rupee saja (Rp 160.000) untuk pemeriksaan di laboratorium dan RS swasta

Liputan6.com, Jakarta Dalam beberapa hari ini banyak dibicarakan tentang perbandingan harga tes PCR dengan India. Ini sebenarnya bukan hal yang baru. Pada bulan September 2020 ketika saya akan pulang ke Jakarta dari New Delhi maka saya melakukan tes PCR sebelum terbang, petugasnya datang ke rumah saya dan biayanya 2400 rupee, atau Rp 480.000.

Diambil spesimennya pagi dan sore hari hasilnya selesai. Petugasnya datang ke rumah saya, lalu mengenakan APD lengkap, dan sesudah mengambil 1 spesimen dari saya saja maka APDnya dibuka dan dibuang. Jadi ini tarif yang katakanlah pemeriksaan “eksklusif”, dan yang saya bayar adalah Rp 480 ribu saja, sementara waktu itu tarif tes PCR di negara kita masih sekitar lebih dari 1 juta rupiah.

Pada November 2020 pemerintah kota New Delhi menetapkan harga baru PCR yang jauh lebih rendah lagi, yaitu 800 rupee saja (Rp 160.000) untuk pemeriksaan di laboratorium dan RS swasta. Kalau dipanggil ke rumah memang tentu lebih mahal, tapi itupun hanya 1200 rupee atau Rp 240.000, turun separuhnya dari yang saya bayar di bulan September 2020.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pemerintah New Delhi menurunkan harga PCR

Lalu pada Rabu 4 Agustus 2021 beberapa hari yang lalu pemerintah kota New Delhi menurunkan lagi patokan tarifnya, disebutkan agar meringankan kantong “Covid-19 testing easier on the pockets”.

Sejak 4 Agustus 2021 maka tarif pemeriksaan PCR di RS swasta dan laboratorium adalah 500 rupee, atau Rp 100 ribu saja. Kalau pemeriksaannya dilakukan di rumah klien, maka tarifnya adalah 700 rupee, atau Rp 140 ribu rupiah, jadi turun lagi dari tarif September 2020 dan November 2020. Harga ini tentu sudah termasuk biaya kunjungan rumah, biaya pengambilan sesimen dan pemeriksaannya di laboratorium. Sementara itu tarif pemeriksaan rapid antigen adalah 300 rupee atau Rp 60 ribu rupiah.

Pemerintah kota New Delhi juga meminta agar laboratorium swasta di kota itu dapat menyelesaikan pemeriksaan dan memberi tahu hasilnya ke klien dalam satu kali 24 jam, termasuk juga melaporkannnya ke portal pemerintah yang dikelola oleh Indian Council of Medical Research (ICMR).

Pengelola laboratorium dan rumah sakit swasta dikhabarkan menerima keputusan tarif baru ini, hanya mereka akan berupaya mendapat pemasok dengan harga yang lelbih kompetitif.

 

3 dari 4 halaman

Perlu analisa mendalam

Tentu perlu analisa mendalam tentang kenapa tarif PCR di India dapat lebih murah. Teman dari India mengatakan mungkin ada subsidi dari pemerintah setempat, sesuatu yang nampaknya barangkali saja terjadi sebagai bagian penanggulangan pandemi.

Kita tahu bahwa India melakukan tes sampai 2,2 juta perhari. Penduduk kita seperempat India, jadi kalau mau dianalogikan maka kita perlu melakukan sekitar 500 ribu test sehari.

Tentang murahnya harga maka juga mungkin karena ada fasilitas keringanan pajak, yang saya tidak punya informasi yang pasti tentang hal itu.

Banyak juga dibicarakan tentang lebih murahnya bahan baku untuk industri, juga ketersediaan tenaga kerja yang besar jumlahnya.

Semua kemungkinan ini perlu dianalisa lebih lanjut. Tetapi yang jelas, selain tarif PCR maka harga obat-obatan di India juga amat murah bila dibandingkan dengan Indonesia.

Pada waktu 5 tahun bertugas di WHO Asia Tenggara yang berkantor di New Delhi India maka setiap kali pulang ke Jakarta saya selalu membawa titipan obat-obat dari teman-teman di Indonesia untuk kebutuhan sehari-hari mereka. Harganya jauh lebih murah, dan mutunya juga baik yang setidaknya ditandai dengan teman-teman dan saya yang makan obat secara rutin menunjukkan hasil yang baik.

 

 

**Penulis adalah Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI/Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes. Kini penulis juga merupakan member COVAX Independent Allocation of Vaccines Group (IAVG) yang dipimpin bersama oleh Aliansi Vaksin Dunia (GAVI), Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi (CEPI) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

4 dari 4 halaman

Infografis Perbedaan Rapid Test Antibodi, Rapid Test Antigen, Swab PCR Test

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.