Sukses

Kematian COVID-19 Tinggi Bisa Terjadi Akibat Isolasi Mandiri Tak Terpantau

Kematian COVID-19 tinggi bisa terjadi akibat isolasi mandiri yang tak terpantau.

Liputan6.com, Jakarta Kematian COVID-19 nasional tinggi bisa terjadi akibat isolasi mandiri yang tak terpantau. Data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 mencatat ada 31 provinsi yang mengalami kenaikan kasus aktif COVID-19.

"Ada 9 provinsi mengalami kenaikan kematian COVID-19 dan 29 provinsi mengalami penurunan kesembuhan," kata Juru Bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito saat memberikan keterangan pers di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta pada Kamis, 8 Juli 2021.

Adanya persentase kematian COVID-19 yang naik harus menjadi refleksi pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan perkembangan COVID-19 ke arah yang kurang baik.

"Tentunya, banyak provinsi yang mengalami perkembangan ke arah yang kurang baik ini, perlu dijadikan refleksi oleh pemerintah daerah masing-masing. Persentase kematian menunjukkan dalam 1 minggu terakhir kenaikan kematian yang terjadi lebih signifikan dibanding kenaikan kesembuhan," papar Wiku.

 

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kematian Meningkat, Isolasi Mandiri Tak Terpantau

Lebih lanjut, Wiku Adisasmito menyebut, 9 provinsi dengan persentase kematian yang meningkat.

1. Aceh

2. Jawa Barat

3. Jawa Tengah

4. Gorontalo

5. Daerah Istimewa Yogyakarta

6. Bengkulu

7. Kepulauan Riau

8. Jambi

9. Kalimantan Barat

"Kematian yang meningkat ini dapat terjadi akibat keterlambatan penanganan atau perburukan yang tidak dipantau saat isolasi mandiri," kata Wiku.

"Mohon kepada seluruh pemerintah daerah terus meningkatkan pemantauan pada pasien isolasi mandiri agar dapat segera ditangani dengan cepat apabila terjadi perburukan."

3 dari 4 halaman

Kematian COVID-19 Tinggi pada Lansia

Fokus utama menekan angka kematian adalah memastikan penanganan pasien COVID-19 sebaik mungkin, yakni pasien gejala sedang-berat. Namun, melihat fakta bahwa saat ini kelima Provinsi ini memiliki keterisian tempat tidur Isolasi dan ICU di atas 70 persen.

Bahkan DKI Jakarta mencapai lebih dari 90 persen. Keadaan ini akan mempersulit penanganan pada pasien gejala berat. Perlu diperhatikan juga, fokus pencegahan kematian dapat dilakukan berdasarkan kelompok usia yang paling rentan.

Wiku Adisasmito mengungkapkan, persentase kematian yang paling tinggi terjadi pada kelompok usia lansia. Ini dapat disebabkan tingginya komorbid pada lansia, serta imunitas yang semakin menurun seiring bertambahnya usia.

"Sekitar 5-19 persen lansia yang terkena COVID-19 meninggal dunia," ungkap Wiku dalam pernyataan resmi pada 1 Juli 2021 yang diterima Health Liputan6.com.

Meskipun kematian yang terjadi di kelompok anak tidak setinggi kelompok dewasa dan lansia, tapi kelompok anak bisa menjadi rentan apabila luput dari pengawasan. Kematian pada kelompok anak didominasi oleh balita, yaitu sekitar 30-50 persen dari total kematian anak.

“Untuk itu, dimohon kepada seluruh pemerintah provinsi melihat lebih dalam pada kematian akibat COVID-19, dengan memastikan data kematian menjadi salah satu yang harus dipantau secara berkala," lanjut Wiku.

4 dari 4 halaman

Infografis Pakai Masker Harga Mati, Tidak Pakai Bisa Mati

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.