Sukses

[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Varian Delta di Kudus dan di Inggris

Liputan6.com, Jakarta Sehubungan dengan berita pada 13 Juni 2021 bahwa 86,11 % dari 72 sampel COVID-19 di Kudus ternyata adalah B.1.617.2 (suatu varian yang bermula dari India yang kini secara internasional disebut sebagai varian Delta), maka pada 11 Juni 2021 (hanya dua hari sebelumnya) otoritas kesehatan masyarakat di Inggris (“Public Health England – PHE”) juga baru menyampaikan perkembangan terakhir varian ini, yang hasilnya perlu kita pakai sebagai bahan antisipasi.

Laporan Inggris ini berdasar data yang besar, 42.323 kasus varian Delta yang ditemukan di negara. Angka ini menunjukkan kenaikan 70% dari minggu sebelumnya, atau naik 29.892 kasus hanya dalam waktu satu minggu saja, peningkatan yang amat besar. Bahkan, data terakhir Inggris menunjukkan bahwa lebih dari 90% kasus baru COVID-19 di negara itu kini adalah varian Delta ini, menggantikan varian Alfa (B.1.1.7) yang semua dominan di Inggris.

Kalau pola ini juga akan terjadi di negara kita maka tentu bebannya akan berat jadinya.

 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Varian Delta lebih mudah menular

“Public Health England (PHE)” juga melaporkan bahwa varian Delta ternyata 60% lebih mudah menular daripada varian Alfa. Waktu penggandaannya (“doubling time”) berkisar antara 4,5 sampai 11,5 hari. Akan baik kalau juga ada data tentang berapa besar (“doubling time”) dari varian Delta yang kini ada di negara kita, termasuk tentunya laporan terakhir dari Kudus ini.

Laporan 11 Juni 2021 dari Inggris ini juga menunjukkan bahwa varian Delta berpengaruh menurunkan efektifitas vaksin dibandingkan varian Alfa.

Pada mereka yang baru dapat vaksin satu kali maka terjadi penurunan efektifitas perlindungan terhadap gejala sebesar 15% sampai 20%. Tentu saja efektifitas akan lebih membaik kalau vaksinasi sudah dilakukan dua kali, tetapi dilaporkan juga bahwa walaupun sudah dua kali maka tetap ada penurunan efektifitas akibat varian Delta dibandingkan dengan varian Alfa.

3 dari 4 halaman

Hasil penelitian awal

Kita perlu pula mengamati kemungkinan dampak seperti ini, apalagi program vaksinasi memang sedang terus digalakkan. Hanya saja tentu kita tidak akan membandingkan varian Delta dengan varian Alfa seperti yang Inggris lakukan, karena varian Alfa bukanlan varian yang dominan di negara kita sebelum ini.

Dalam hal ini disampaikan pula hasil penelitian awal pada 10 Juni 2021 dari “All India Institute of Medical Science (AIIMS)” New Delhi yang meneliti 63 pasien COVID-19 dimana 36 diantaranya sudah mendapat dua dosis vaksin dan 27 lainnya baru mendapat suntikan satu dosis vaksin. Analisa selanjutnya menunjukkan bahwa varian Delta ditemukan pada 23 pasien dimana 12 diantaranya sudah divaksinasi penuh dan 11 orang baru divaksinasi satu kali. 4 pasien lain terinfeksi  varian B.1.617.1 dan seorang lainnya terkena infeksi varian Alfa.

Yang juga menarik adalah di Inggris mereka menggunakan “novel genotyping test” untuk mendeteksi adanya varian Delta yang merupakan VOC menurut WHO dan juga menurut pemerintah Inggris. Tes ini dapat memberi hasil dalam 48 jam saja, dan hasilnya kemudian dikonfirmasi dengan pemeriksaan “whole genome sequencing” dan ternyata hasilnya memang positif, oleh PHE disebut sebagai “extremely accurate”.

 

**Penulis adalah Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI/ Guru Besar FKUI/Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes. Kini penulis juga merupakan member COVAX Independent Allocation of Vaccines Group (IAVG) yang dipimpin bersama oleh Aliansi Vaksin Dunia (GAVI), Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi (CEPI) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

4 dari 4 halaman

Infografis 3 Varian Virus Corona Paling Menular Lolos ke Indonesia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.