Sukses

OPINI: Perkembangan Mutasi Virus Corona COVID-19

Perhatian dunia kini tertuju pada laporan mutasi virus SARS-CoV-2 yang terjadi di Inggris dan kemudian dilaporkan juga dari beberapa negara lainnya.

Liputan6.com, Jakarta Perhatian dunia kini tertuju pada laporan mutasi virus SARS-CoV-2 yang terjadi di Inggris dan kemudian laporan juga datang dari beberapa negara lainnya. Hal ini bermula dari informasi pemerintah Inggris ke World Health Organization (WHO) pada 14 Desember 2020 tentang varian baru virus Corona yang mengalami beberapa perubahan, termasuk mutasi N501Y. Laporan ini dibuat dalam kerangka International Health Regulation (IHR), suatu aturan internasional tentang masalah kesehatan antar negara yang ditandatangani seluruh negara WHO, termasuk Indonesia, pada 2005-2007 lalu.

WHO kemudian mengadakan pembicaraan dengan otoritas kesehatan Inggris pada 16 Desember 2020 dan menginformasikan varian baru ini ke seluruh anggota WHO pada 18 Desember 2020, yang kemudian menjadi topik pembicaraan luas di berbagai belahan dunia. WHO juga menginformasikan hal ini ke publik dalam konperensi pers rutinnya tanggal 18 Desember dan cuitan Twitter pada 19 Desember 2020.

WHO tentunya akan terus menginformasikan perkembangan yang ada pada seluruh negara anggotanya. WHO juga telah menganjurkan agar negara-negara sedapat mungkin meningkatkan kegiatan sekuensing virus SARS-CoV-2 dan menyampaikan ke dunia internasional kalau-kalau menemukan jenis mutasi pula.

Sebenarnya ada juga pendapat di badan internasional bahwa mungkin baik dipertimbangkan kalau digunakan istilah “perubahan” daripada “mutasi”. Kita tahu bahwa semua virus, termasuk SARS-CoV-2, memang akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu, sementara istilah mutasi dapat membuat interpretasi yang berkembang tidak terkendali. Kita tentu perlu memberi perhatian penuh pada hal yang terjadi di Inggris dan beberapa negara ini, tetapi juga tidak perlu mendramatisirnya secara berlebihan pula.

Perlu diketahui bahwa sejak Juni 2020 telah dibentuk “WHO SARS-CoV-2 Virus Evolution Working Group”, yang bertemu secara berkala dan selalu memonitor kemungkinan perubahan virus Corona ini. WHO beserta pihak terkait dan pakar internasional juga melakukan koordinasi upaya riset dan menilai risiko terjadinya mutasi tertentu pada penyebaran penyakit, alat dan cara diagnosis serta kemungkinan dampaknya pada vaksin.

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Banyak Pertanyaan tentang Dampak Virus Corona

Banyak sekali pertanyaan tentang bagaimana dampak mutasi virus Corona di Inggris ini pada penularan, berat ringannya penyakit, keampuhan vaksin, dan lainnya. Harus diketahui bahwa untuk mengetahui secara pasti apa dampak yang mungkin terjadi maka harus melalui penelitian pada virus hidup di laboratorium yang amat canggih. Proses ini dapat makan waktu beberapa minggu, bahkan mungkin sampai beberapa bulan untuk kepastiannya.

Dari data awal yang ada sekarang ini dapat disampaikan tiga hal. Pertama, memang mungkin ada perubahan dalam penyebaran penyakit, artinya lebih mudah menular. Kedua, sejauh ini tidak atau belum ada bukti akan adanya pengaruh terhadap berat ringannya penyakit, respons antibodi dan efektivitas kerja vaksin. Ketiga, memang ada bukti awal bahwa mutasi ini mungkin dapat mempengaruhi tehnik diagnosis laboratorium tertentu.

Dilaporkan ada satu perubahan yang mungkin mempengaruhi tes laboratorium yang tergetnya hanya satu gen saja. Kita tahu bahwa memang ada tes PCR yang hanya mendeteksi satu target, walaupun kebanyakan jenis tes PCR mengeteksi beberapa gen bersama-sama. Artinya, mutasi pada satu gen di Inggris ini mungkin saja akan mempengaruhi akurasi tes PCR yang hanya mendeteksi satu gen (“a single gene target”), tetapi tidak akan mempengaruhi hasil sebagian besat tes PCR yang beredar di dunia sekarang ini yang biasanya tidak hanya mendidentifikasi satu gen saja. WHO masih terus mengikuti perkembangan data yang ada untuk bila perlu mengeluarkan rekomendasi alternatif, kalau diperlukan.

Dapat juga disampaikan di sini bahwa tentunya pihak otortas kesehatan di Inggris secara berkala berkomunikasi dengan WHO, setidaknya mencakup tiga kegiatan yang dilakukan. Pertama, tentang hasil analisa epidemiologis yang sudah dilakukan; kedua, tentang pemeriksaan laboratorisnya yang sejauh ini meliputi gangguan gen S (“S gene target drop-out”) dan mutasi 501Y; serta ketiga, tentang temuan kajian di rumah sakit dan di rumah tangga/masyarakat.

Tentu kita juga sudah membaca bahwa banyak negara sudah menutup penerbangan dari Inggris untuk membatasi kemungkinan penularan, dan pemerintah Inggris juga sudah melakukan berbagai langkah amat ketat di dalam negerinya. Di sisi lain kita juga ketahui bahwa berdasar data per 20 Desember 2020 maka varian yang sama juga ditemukan di beberapa negara lain, walaupun dalam jumlah yang kecil, seperti di Denmark (10), Iceland (1), di Belanda (1) dan di Australia (1). Laporan lain dari Afrika Selatan juga melibatkan mutasi N501Y dan sedang di analisa mendalam pula.

Sejauh ini belum ada laporan dari Indonesia dan negara Asia lainnya, tetapi tentu semua negara kini sedang meningkatkan kegiatan surveilans genomiknya.

 

**Penulis adalah Prof Tjandra Yoga Aditama, Guru Besar Paru FKUI/Mantan Direktur WHO SEARO dan Mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes

3 dari 3 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.