Sukses

Anak yang Lahir dari Ibu Korban KDRT Berisiko Memiliki IQ Rendah

Anak dari wanita yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga pada saat kehamilan, atau anak yang selama 6 tahun mengalami kekerasan 50 persen lebih mungkin memiliki IQ rendah saat berusia 8 tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Anak dari wanita yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga pada saat kehamilan, atau anak yang selama 6 tahun mengalami kekerasan 50 persen lebih mungkin memiliki IQ rendah saat berusia 8 tahun.

Tim studi yang dipimpin oleh Kathryn Abel dari University of Manchester menunjukkan kemungkinan IQ yang rendah dapat naik menjadi 34,6 persen jika sang ibu berulang kali terkena kekerasan dalam rumah tangga.

Studi ini meneliti hubungan antara kekerasan dalam rumah tangga (yang disebut Intimate partner Violence (IPV)), dengan kecerdasan anak pada usia 8 tahun, pada 3.997 anak dari Universitas Bristol Avon Longitudinal Study of Parents and Children.

Studi ini didanai oleh Wellcome Trust dan Medical Research Council, dan diterbitkan dalam Wellcome Open Research.

Universitas Bristol Avon Longitudinal Study of Parents and Children mengukur kekerasan rumah tangga emosional dan fisik saat anak masih berada dalam kandungan, hingga berusia 8 tahun. Setelah itu, kecerdasan anak diukur saat menggunakan tes IQ standar Weschler.

"Kita sudah tahu bahwa 1 dari 4 wanita berusia 16 tahun ke atas di Inggris dan Wales akan mengalami kekerasan dalam rumah tangga di masa hidup mereka, dan anak-anak mereka memiliki berisiko lebih besar mengalami masalah fisik, sosial, dan perilaku," kata Abel.

 

Simak Video Menarik Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Studi bukan berdasarkan faktor risiko penurunan IQ

Menurut Abel, kecerdasan pada masa anak-anak sangat berkaitan dengan kinerja yang baik di masa dewasa.

"Meskipun kami tidak dapat menyimpulkan bahwa IPV dapat menyebabkan IQ yang rendah, temuan ini menunjukkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga memiliki hubungan yang dapat diukur pada masa anak-anak, terlepas dari faktor risiko lain untuk IQ yang rendah," jelas Abel.

Diketahui, 17,6 persen ibu dalam penelitian ini melaporkan kekerasan emosional, dan 6,8 persen melaporkan kekerasan fisik, seperti yang dilansir pada laman Science Daily.

Studi ini dilakukan bukan bedasarkan dari faktor risiko lain yang mendorong IQ rendah seperti penggunaan alkohol dan tembakau pada kehamilan, depresi ibu, pendidikan ibu yang rendah, serta kesulitan keuangan saat kelahiran anak.

"Mengalami kekerasan dalam rumah tangga adalah umum bagi anak-anak di Inggris, dan merupakan faktor risiko yang penting dan sering diabaikan dalam hidup mereka," pungkas Hein Heuvelman, dosen Kedokteran Psikologis dan Sosial dari University of Bristol.

 

Penulis: Lorenza Ferary

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.