Sukses

Sakit Kepala saat Menstruasi, Apa Penyebabnya?

Estrogen dan progesteron adalah hormon yang membantu mengatur siklus menstruasi, dan kadar hormon ini dapat memengaruhi keparahan dan prevalensi sakit kepala.

Liputan6.com, Jakarta - Sakit kepala saat menstruasi dapat menganggu aktivitas sehari-hari. Dalam hal ini, seseorang mungkin mengalami sindrom pramenstruasi (PMS).

Selain itu, menstruasi dapat memicu migrain pada orang dengan kondisi tersebut. Sakit kepala atau migrain dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah menstruasi.

Selama siklus menstruasi, hormon tubuh pada wanita naik turun dalam mempersiapkan kehamilan. Satu siklus biasanya memakan waktu antara 25 sampai 30 hari. Estrogen dan progesteron adalah hormon yang membantu mengatur siklus menstruasi, dan kadar hormon ini dapat memengaruhi keparahan dan prevalensi sakit kepala.

Menurut ulasan 2014, yang dilansir dari Medical News Today dan ditinjau oleh Debra Sullivan, dokter kardiologi, dermatologi, pediatri, dan pengobatan alternatif lulusan University of Nevada, sakit kepala atau migrain akut dapat terjadi ketika tingkat estrogen dalam tubuh turun secara signifikan.

Hormon berperan dalam sakit kepala karena mengatur respons nyeri tubuh. Wanita menjadi lebih rentan terhadap sakit kepala karena kadar estrogen dan progesteron mereka berfluktuasi.

Sakit kepala juga dapat terjadi selama ovulasi. Sekitar 60 persen wanita yang mengalami migrain mengaku bahwa menstruasi merupakan pemicu sakit kepala ini.

Gejala-gejalanya bisa jadi mirip dengan gejala sakit kepala migrain lainnya, meskipun sakit kepala yang terjadi menjelang menstruasi mungkin tidak disertai gangguan sensorik.

 

Simak Video Menarik Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

PMS dan pengobatan

Gejala lain dari sakit kepala atau migrain selama menstruasi mencakup sensitivitas terhadap lampu terang, sensitivitas terhadap kebisingan, rasa sakit berdenyut di satu sisi kepala, mual, muntah, dan PMS.

PMS mengacu pada sekelompok gejala yang dialami oleh 95 persen wanita di usia reproduksi sebelum menstruasi yang muncul 1-2 minggu.

Selain sakit kepala, gejala PMS dapat diidentifikai dengan mengidam makanan, payudara yang bengkak, sering lupa, mengalami gangguan tidur, nyeri sendi dan otot, mudah marah, perubahan suasana hati, dan depresi.

Perawatan untuk sakit kepala migrain saat menstruasi tergantung pada keparahan nyeri. Seseorang dapat minum obat, seperti obat antiinflamasi nonsteroid ( NSAID ), termasuk asetaminofen dan ibuprofen, triptan, dan ergot.

Dokter dapat meresepkan frovatriptan, zolmitriptan, atau triptan untuk pencegahan sakit kepala migrain jangka pendek.

Obat pereda nyeri yang dijual bebas seperti ibuprofen juga dapat membantu mengobati sakit kepala yang terjadi karena PMS. Seorang dokter juga dapat meresepkan kontrasepsi hormonal, diuretik, obat antidepresan dan anti ansietas.

Perubahan gaya hidup tertentu juga dapat membantu mengobati gejala PMS, termasuk cukup tidur, makan makanan yang sehat, berolahraga secara teratur. Cara pengobatan yang tepat tergantung pada tingkat keparahan dan gejala yang spesifik.

 

Penulis: Lorenza Ferary

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.