Sukses

Lari Terbukti Menyehatkan tapi Kenali Risikonya

Olahraga lari juga punya risiko berbahaya yang perlu diperhatikan.

Liputan6.com, Jakarta Olahraga lari memang membuat tubuh sehat dan bugar namun masyarakat juga perlu memerhatikan risiko yang terjadi saat lari. Apalagi ajang olahraga lari kian bertumbuh.

Sebut saja lari 5K, 10K, half marathon, full marathon, dan ultra marathon. Fenomena lari pun juga dibangun sangat kreatif. Ajang lari baru yang santai dan menyenangkan juga hadir.

"Dalam perkembangan fenomena olahraga lari ini juga terdapat berbagai kasus ringan. Misalnya, cedera, terkilir, nyeri otot (overused injury), dehidrasi, hingga yang berat seperti pingsan. Bahkan ada juga yang meninggal," dokter spesialis kedokteran olahraga Michael Triangto sesuai keterangan rilis yang diterima Health Liputan6.com, Sabtu (13/7/2019).

"Layaknya puncak gunung es karena masih banyak kasus-kasus yang tidak tercatat akibat para korbannya tidak pernah melaporkan kejadian tersebut," tambahnya. 

Dalam catatan sejarah olahraga maraton yang bermula dari Pheidippides, tragedi menyedihkan terjadi. Seorang prajurit Yunani berlari sejauh 42.195 km menuju Athena untuk memberitahukan kemenangan perang di maraton. Sayangnya, ia berakhir dengan meregang nyawa.

"Ini mengingatkan kita, kalau berlari sejauh itu dapat berakibat fatal bila tidak memiliki kesiapan fisik yang prima. Sama halnya juga bila para pengemar olahraga lari mengikuti eforia ajang olahraga lari, tapi tanpa pengetahuan tentang kesehatan olahraga yang benar," lanjut Michael.

Simak Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemeriksaan Kesehatan

Olahraga lari termasuk aktivitas fisik yang relatif murah, mudah melakukannya, serta dapat dilakukan di mana saja. Tren olahraga lari yang santai dan menyenangkan kian populer ditopang dengan berkembangnya media sosial.

Masyarakat punya banyak kesempatan untuk mengikuti lomba lari dengan berbagai jenis di berbagai tempat.

"Dari sudut kedokteran olahraga, kami melihat peningkatan minat masyarakat dalam berolahraga lari ini merupakan kabar baik. Diharapkan ajang olahraga lari mampu meningkatkan taraf kesehatan masyarakat dan mengurangi terjadinya penyakit-penyakit tidak menular. Contohnya, obesitas, diabetes melitus, hipertensi, kolesterol darah tinggi, dan penyakit-penyakit lainnya," ujar Michael, yang berpraktik di RS Mitra Kemayoran dan Klinik Slim & Health Jakarta.

Agar Anda tidak cedera saat olahraga lari, sebelum berlari, pelari harus memeriksakan kesehatan maupun kebugaran tubuhnya secara teratur.

"Pemeriksaan ini nanti dinyatakan dalam bentuk sertifikat kesehatan untuk berlari dalam tingkatan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dengan demikian diharapkan, tidak akan ada pemula yang dapat langsung mengikuti lomba marathon tanpa melalui 5K, 10K, dan half marathon terlebih dahulu," saran Michael.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.