Sukses

Bukti Pengaruh Berat Badan Terhadap Fungsi Otak

Fungsi otak juga dipengaruhi oleh berat badan

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi dari Universitas Arizona, Amerika Serikat, menyarankan untuk memerhatikan berat badan bila Anda ingin memiliki ingatan yang kuat. Para peneliti mengatakan bahwa indeks massa tubuh atau body mass index (BMI) yang terlampau tinggi bisa berdampak pada fungsi otak orang dewasa. 

Menjaga berat badan tetap stabil dapat melindungi Anda dari berbagai masalah kesehatan. Mulai dari menurunkan risiko kanker, penyakit jantung, dan diabetes.

Studi sebelumnya juga telah mengaitkan masalah berat badan dengan kesehatan otak tetapi hanya sedikit penelitian mengenai bagaimana pengaruh bobot tubuh terhadap kesehatan otak.

Doktor psikologi yang terlibat dalam penelitian ini, Kyle Bourassa, menemukan bagaimana potensi ini dapat membantu peneliti mengembangkan penemuan guna mencegah kemunduran kognitif.

Kyle dan tim menduga bahwa inflamasi sistemik, yakni sebuah reaksi berlebihan tubuh terhadap sistem imun, kemungkinan merupakan penyebabnya. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa inflamasi di otak memiliki dampak terhadap fungsi kognitif.

"Semakin tinggi BMI Anda, semakin tinggi juga inflamasi yang terjadi pada tubuh," kata Kyle Bourassa, seperti dikutip dari Health pada Jumat, 31 Mei 2019.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sebanyak 21.000 Orang dengan Berat Badan Buruk Dilibatkan

Guna mengetahui keterkaitan akan dua hal itu, para peneliti menganalisis sebuah data dari 21.000 orang Inggris berumur 50 tahun ke atas dengan BMI yang beragam, tingkat inflamasi, dan nilai kognisi yang kemudian dites beberapa kali dalam waktu enam tahun.

BMI, sebuah metode pengukuran berat badan yang dikaitkan dengan tinggi badan seringkali digunakan untuk menentukan apakah bobot orang tersebut normal, terlalu kurus, atau malah terlalu gemuk.

Secara umum BMI di kisaran 18 sampai 25 dianggap merupakan berat badan yang normal. Angka di atas 25 dianggap memiliki berat badan lebih.

Untuk studi, inflamasi diukur menggunakan C-reactive protein (CRP) yakni sebuah penanda inflamasi sistemik tubuh dalam darah partisipan. Fungsi kognitif diukur melalui tes pengulangan kata dan kelancaran verbal. Hasilnya, para peneliti menemukan kaitan di antara ketiga faktor.

"Semakin tinggi massa tubuh partisipan pada awalnya maka semakin besar perubahan tingkat CRP selama empat tahun kedepan," kata Kyle.

Perubahan CRP tersebut memprediksi penurunan fungsi otak termasuk fungsi eksekutif dan memori pada waktu dua tahun kemudian.

"Dengan kata lain, penemuan ini mengatakan bahwa masaa tubuh seseorang memprediksikan penurunan kognitifnya melalui tingkat inflamasi sistemik," Kyle menekankan.

 

3 dari 3 halaman

Penelitian Lain

Profesor psikologi dan Direktur UA’s Laboratory for Social Connectedness and Health, David Sbarra mengatakan bahwa studi ini tidak dapat membuktikan penyebab dan efek dari kaitan tersebut karena penelitian ini hanya mengamati orang dalam jangka tertentu.

Para peneliti perlu mencari cara untuk menurunkan indeks massa tubuh partisipan di bawah kondisi yang amat terkontrol dan meneliti efek terhadap inflamasi dan kognisi.

Namun, para peneliti mengatakkan bahwa penemuannya mungkin dapat memberikan pandangan untuk studi selanjutnya maupun penemuan yang memungkinkan.

Kyle Bourassa mengatakan bahwa saat ini penelitian tersebut dapat menjadi salah satu alasan untuk menjaga berat badan. Hal ini tidak hanya baik untuk kesehatan tubuh tetapi juga kesehatan otak Anda.

Penulis: Khairuni Cesario

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini