Sukses

Sains Ungkap Tanda Kiamat Susutnya Ukuran Otak Manusia, Bagaimana Pandangan Islam?

Sangat mengejutkan hasil penelitian yang mengungkap tanda kiamat dapat dilihat dari ukuran fisik otak manusia. Terungkap hubungan antara perubahan iklim di masa silam dan otak manusia yang semakin menciut.

Liputan6.com, Cilacap - Penelitian mengungkap tanda kiamat dapat dilihat dari ukuran fisik otak manusia. Terungkap hubungan antara perubahan iklim di masa silam dan otak manusia yang semakin menciut.

Jeff Morgan Stibel, pakar ilmu kognitif menganalisis riwayat iklim dan fosil manusia dalam periode 50.000 tahun terakhir. Tujuannya untuk menggali informasi cara manusia berkembang dan beradaptasi di tengah tekanan perubahan lingkungan.

"Tren pemanasan global membuat sangat penting untuk memahami dampak perubahan iklim, terhadap ukuran otak dan perilaku manusia," kata Stibel dalam laporan penelitiannya, dikutip dari Science Alert via CNBC Indonesia, Sabtu (09/03/2024).

Stibel meneliti ukuran otak dari 298 sampel dari genus Homo, yang berubah dalam 50.000 tahun terakhir. Kemudian, ia membandingkan ukuran otak tersebut dengan suhu, kelembaban, dan curah hujan global.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Otak Makin Kecil Saat Iklim Bumi Makin Hangat

Hasilnya, otak manusia makin kecil ketika iklim Bumi makin hangat.

"Kita tahu bahwa otak di semua spesies makin besar dalam jutaan tahun terakhir, tetapi kita tahu sangat sedikit soal tren evolusi di tingkat makro," kata Stibel.

Ia mengambil data ukuran tengkorak dari beberapa sumber, yang secara total terdiri dari 373 pengukuran atas 298 tulang manusia yang usianya tersebar dalam 50.000 tahun.

Dalam penelitian, ia juga mempertimbangkan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan wilayah geografi dan gender untuk melakukan estimasi ukuran otak.

Data ukuran otak kemudian dibandingkan dengan empat riwayat iklim termasuk data temperatur dari European Project for Ice Coring in Antartica (EPICA) Dome C, yang menyimpan data suhu permukaan sehingga 800.000 tahun yang lalu.

3 dari 4 halaman

Pemanasan Global Turunkan Kemampuan Kognisi Manusia

Dalam 50.000 tahun terakhir, ada beberapa peristiwa penting seperti Last Glacial Maximum (Glasial Maksimum Terakhir), yang menyebabkan rerata suhu Bumi merosot tajam hingga akhir jaman Pleistocene. Ketika Bumi memasuki era Holocene, suhu kembali meningkat secara konstan hingga hari ini.

Data menunjukkan bahwa otak manusia berukuran lebih besar saat suhu bumi lebih dingin dibanding suhu yang lebih hangat dalam pengelompokan periode setiap 100 tahun dan setiap 10.000 tahun.

Analisis Stibel menggambarkan pola perubahan ukuran otak makhluk dalam genus Homo dan korelasi dengan perubahan suhu. Otak manusia kini ukurannya menyusut sehingga hanya sekitar 10,7 persen dari otak pada awal era Holecene.

"Perubahan ukuran otak berlangsung selama ribuan tahun setelah perubahan iklim dan paling tampak setelah glasial maksimum akhir, kira-kira selama 17.000 tahun," kata Stibel.

Pola evolusi di otak manusia terjadi dalam waktu yang relatif singkat, yaitu 5.000 hingga 17.000 tahun. Temuan ini mengindikasikan pemanasan global yang saat ini sedang terjadi bisa berdampak negatif terhadap kemampuan manusia berpikir (kognisi).

"Hanya sedikit saja otak manusia mengecil, dampaknya ke psikologi manusia bisa signifikan dalam bentuk yang belum pernah dipahami sebelumnya," kata Stibel.

 

4 dari 4 halaman

Pemanasan Global Sebabkan Kiamat Bumi Akibat Ulah Manusia

Menukil laman Islami Liputan6.com, pemanasan global disebabkan karena perbuatan manusia. Kerusakan di muka bumi dan di lautan tidak lain terjadi karena buah tangan manusia. Dampak dari kerusakan ini kemudian berimbas kepada bukan hanya pelaku kerusakan, tetapi juga kepada seluruh semesta raya. Allah dalam Surat Ar-Rum/30 ayat 41, memperingatkan manusia:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Surat Ar-Rum/30: 41).

Ayat ini umumnya dijadikan sebagai pengingat bahwa pemiliharaan keseimbangan ekosistem adalah tanggungjawab manusia. Adapun sahabat Abu Bakar As-Shiddiq menafsirkan kerusakan di darat dan di laut sebagai kerusakan ucapan dan qalbu manusia. Kerusakan lisan dan qalbu melalui kemungkaran-kemungkaran itu diratapi manusia dan malaikat.

Berbagai macam bencana alam yang berupa erupa kerusakan di darat dan di laut merupakan ulah tangan-tangan manusia yang bodoh dan berdosa. Kekeringan, banjir, gunung meletus, badai, semua itu bukan hanya faktor bencana alam, tapi juga akibat dari kejahilan tangan-tangan manusia.

Rasulullah SAW pernah bersabda:

Ketika ada orang yang sering berbuat dosa itu mati, maka hamba-hamba Allah SWT, seperti manusia, bumi, pohon dan hewan-hewan merasa lega”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.