Sukses

Dampak Mikroplastik pada Kesehatan Manusia, Penelitian Terbaru Ungkap Bisa Masuk ke Otak

Sebuah penelitian baru mengungkap bahwa potongan-potongan kecil plastik yang dikenal sebagai mikroplastik, dapat masuk ke otak manusia melalui air, makanan, dan udara yang kita hirup.

Liputan6.com, Jakarta - Mikroplastik, yang merupakan partikel plastik dengan ukuran kurang dari 5 milimeter telah menjadi masalah lingkungan yang serius dalam beberapa dekade terakhir. Temuan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa mikroplastik telah ditemukan di laut, pada hewan dan tumbuhan, serta dalam air keran dan air kemasan.

Namun, mengutip laman New York Post, Rabu (17/4/2024), penelitian terbaru dari Universitas New Mexico menunjukkan bahwa mikroplastik juga dapat memasuki tubuh manusia dan berpindah ke bagian tubuh lainnya. Para peneliti dari universitas ini memberikan tikus air minum dengan jumlah mikroplastik yang diperkirakan ditelan manusia setiap minggunya.

Hasilnya menunjukkan bahwa mikroplastik ini berpindah dari usus tikus ke jaringan lain di tubuh, termasuk ginjal, hati, dan otak. Para peneliti juga menemukan bahwa tikus yang terpapar mikroplastik menunjukkan tanda-tanda perubahan fisik setelah beberapa minggu.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa manusia yang terpapar mikroplastik seumur hidup juga dapat mengalami gangguan kesehatan serupa. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa mikroplastik dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh manusia.

Mikroplastik dapat mengubah sel kekebalan yang disebut makrofag, yang bertanggung jawab untuk melindungi tubuh dari partikel asing. Perubahan pada sel kekebalan ini dapat menyebabkan peradangan pada tubuh manusia, yang pada gilirannya dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Studi selanjutnya yang dilakukan oleh tim peneliti ini akan meneliti bagaimana pola makan berdampak pada penyerapan mikroplastik oleh tubuh.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mikroplastik Tak Bisa Dihindari

Karena setiap orang memiliki pola makan yang berbeda, penelitian ini akan memberikan hewan laboratorium makanan tinggi kolesterol atau lemak atau makanan tinggi serat. Penelitian melihat apakah hal ini memengaruhi penyerapan mikroplastik.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa mikroplastik tidak dapat dihindari, bahkan dalam makanan sehat seperti protein nabati. Sebuah penelitian lain yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Pollution menemukan bahwa 90 persen protein, termasuk alternatif vegan, mengandung mikroplastik.

Hal ini menunjukkan bahwa mikroplastik telah menyebar luas dalam rantai makanan dan dapat memiliki konsekuensi kesehatan yang negatif. Dalam rangka melindungi kesehatan kita, penting bagi kita semua untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mendukung upaya daur ulang.

Selain itu, langkah-langkah pemerintah dan industri juga diperlukan untuk mengurangi produksi dan penyebaran mikroplastik. Hanya dengan upaya bersama, kita dapat melindungi kesehatan kita dan lingkungan dari dampak negatif mikroplastik. 

3 dari 4 halaman

Ilmuwan Temukan Mikroplastik di Benda Arkeologi

Para ilmuwan di Inggris telah menemukan bukti bahwa mikroplastik mencemari sampel tanah arkeologi. Penemuan ini berpotensi mengubah cara pelestarian benda peninggalan sejarah. Partikel kecil mikroplastik ditemukan tujuh meter di bawah tanah dalam sampel yang berasal dari abad pertama atau awal abad kedua.

Benda peninggalan sejarah itu pertama kali digali tahun 1980-an, lapor Euronews, Jumat, 29 Maret 2024. "Hal ini terasa seperti sebuah momen penting yang menegaskan apa yang seharusnya kita perkirakan," kata Profesor John Schofield dari Departemen Arkeologi Universitas York.

Ia menyambung, "Apa yang sebelumnya dianggap sebagai simpanan arkeologi murni, siap untuk diselidiki, ternyata terkontaminasi sampah plastik, dan ini termasuk simpanan yang diambil sampelnya dan disimpan pada akhir tahun 1980-an."

Mikroplastik merupakan partikel plastik kecil, dengan ukuran mulai dari seperseribu milimeter hingga lima milimeter. Itu terbentuk saat degradasi kimia atau keausan fisik menyebabkan potongan plastik yang lebih besar terurai. 

4 dari 4 halaman

Mikroplastik pada Produk Kecantikan

Mikroplastik juga biasa digunakan untuk produk kecantikan sampai sekitar tahun 2020. "Kami menganggap mikroplastik sebagai fenomena yang sangat modern karena kami baru mendengarnya selama 20 tahun terakhir," kata kepala eksekutif York Archaeology, David Jennings.

Tetapi, ia menambahkan, penelitian tahun 2004 mengungkap bahwa hal ini sudah lazim terjadi di laut kita sejak era 1960-an akibat ledakan polusi plastik pasca-Perang Dunia II. "Studi baru ini menunjukkan bahwa partikel-partikel tersebut telah menyusup ke dalam endapan arkeologi," sebutnya.

"Seperti halnya lautan, hal ini kemungkinan besar juga terjadi pada periode yang sama, dengan partikel-partikel plastik tersebut ditemukan dalam sampel tanah yang diambil dan diarsipkan pada 1988 di Wellington Row di York," ungkap Jennings.

Studi yang dimaksud menemukan 16 jenis mikroplastik berbeda di sampel tanah kontemporer dan arsip. Tim itu mengatakan, kekhawatiran para arkeolog yaitu sepuar apakah mikroplastik membahayakan nilai ilmiah dari sisa-sisa benda bersejarah yang diawetkan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.