Sukses

Gejala Demam Malaria Mirip Chikungunya dan DBD, Cek Perbedaannya

Ada perbedaan gejala demam yang terjadi pada malaria, chikungunya, dan demam berdarah dengue (DBD)

Liputan6.com, Jakarta Gejala malaria mirip dengan chikungunya dan demam berdarah dengue (DBD). Kondisi ini terlihat pada demam yang muncul di ketiga penyakit tersebut. Namun, ada perbedaan yang dapat diketahui masyarakat.

Dokter spesialis penyakit dalam sekaligus konsultan penyakit tropik infeksi Erni Juwita memaparkan perbedaan gejala dari ketiga penyakit itu.

"Nyamuk itu berpotensi membawa patogen (agen yang menyebabkan infeksi). Persamaan gejala ketiga penyakit yang paling banyak adalah demam. Gejala malaria ditandai dengan demam sekaligus menggigil," jelas Erni dalam siaran langsung di Siaran Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan RI pada Kamis (25/4/2019).

Untuk kasus malaria, ada gejala klasik atau yang dikenal dengan sebutan trias malaria. Seseorang yang mengalami trias malaria ditandai dengan kondisi menggigil, bahkan sampai menyebabkan tempat tidur ikut bergoyang.

"Ini terjadi karena parasit malaria masuk ke dalam darah. Parasit jadi benda asing di dalam darah," lanjut Erni.

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Demam pada chikungunya

Sementara demam yang menjadi gejala chikungunya berupa demam yang tinggi dan akut disertai nyeri tulang. 

"Rasanya itu kayak tulang dipatahin," Erni yang berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, chikungunya adalah penyakit virus yang ditularkan ke manusia oleh nyamuk Aedes. Gejala chikungunya berupa demam dan nyeri sendi parah, yang seringkali melemahkan sendi.

Nyeri sendi pun dapat bertahan selama beberapa bulan bahkan bertahun-tahun. Gejala lain meliputi nyeri otot, sakit kepala, mual, kelelahan, dan ruam.

3 dari 3 halaman

Demam pada DBD

Gejala demam pada DBD termasuk demam akut yang mendadak. Demam tinggi disertai keringat yang banyak dan sakit kepala. Berbeda dengan demam malaria yang dibarengi kondisi tubuh menggigil. DBD jarang menyebabkan menggigil.

"DBD ini bisa mendadak terjadi. Misalnya, Anda di pagi hari asyik berolahraga. Nah, siang nanti kok tiba-tiba suhu badan naik dan terserang demam," papar Erni.

Menurut WHO, gejala DBD diikuti sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan persendian, mual, muntah, kelenjar atau ruam yang bengkak. Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari dengan masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi.

DBD parah dapat menyebabkan komplikasi yang berpotensi mematikan karena kebocoran plasma, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, perdarahan hebat serta kerusakan organ. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.