Sukses

Olahraga 22 Menit Sandiaga Uno Bukan untuk Semua Orang

Olahraga 22 menit setiap hari ala Sandiaga Uno hanya buat mereka yang terbiasa aktif.

Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis kedokteran olahraga, Sophia Hage, menyatakan bahwa berolahraga selama 22 menit setiap hari tidak bisa untuk semua orang.

Durasi selama itu hanya buat individu-individu yang sudah terbiasa melakukan aktivitas fisik.

"Tidak semua orang aman melakukan olahraga 22 menit. Setiap orang harus melihat dulu batasan mereka," kata Sophia saat dihubungi Health Liputan6.com pada Selasa, 19 Maret 2019.

Olahraga 22 menit merupakan rencana yang dibuat oleh calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 02, Sandiaga Uno. Hal ini dia sampaikan saat Debat Pilpres 2019 putaran ketiga pada Minggu malam, 17 Maret 2019.

Menurut Sophia, seseorang yang baru mulai berolahraga, dianjurkan dari tahap yang paling bawah, yaitu intensitas rendah. Hal ini untuk mencegah risiko cidera ringan.

"Olahraga intensitas rendah dapat dilakukan selama tiga kali seminggu selama satu jam," kata Sophia.

"Contoh olahraganya, seperti yoga," Sophia mencontohkan.

Bila tubuh sudah mulai terbiasa diajak berolahraga, ubah secara pelan-pelan pola latihan menjadi intensitas sedang. Yang bisa dilakukan selama lima kali, dengan durasi 30 menit.

"Bisa coba jogging selama 150 menit seminggu," ujarnya.

Baru setelah itu menjajal latihan dengan durasi berolahraga selama 22 menit, seperti rencana Sandiaga Uno

"Olahraga 22 menit seperti (kombinasi) jalan di tempat, lompat tali, squat, lari," katanya. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Yang tidak boleh berolehaga 22 menit seperti Sandiaga Uno

Lebih lanjut, Sophia, mengatakan bahwa orang-orang dengan obesitas, permasalahan lutut, tekanan darah tinggi, masalah jantung, atau penyakit kronis lainnya, tidak dianjurkan untuk melakukan olahraga 22 menit dalam sehari.

"Yang penting jika sudah merasa kuat atau bugar, boleh ikut olahraga intensitas tinggi," kata Sophia Hage.

"Setiap orang harus mengukur batasan atau kekuatan mereka masing-masing" kata dokter yang berpraktik di Klinik Lighthouse Wahid Rasyim, Jakarta Pusat, menambahkan.

Penulis : Dara Elisabeth

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.