Sukses

Terapi untuk Pasien Gagal Ginjal Ini Bisa Menghemat Pengeluaran BPJS Kesehatan

Pengeluaran BPJS Kesehatan dinilai bisa lebih hemat dengan adanya terapi CAPD untuk pasien gagal ginjal.

Liputan6.com, Jakarta Terapi Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) untuk pasien gagal ginjal dinilai bisa menghemat biaya pengeluaran BPJS Kesehatan. Terapi CAPD bisa dilakukan mandiri oleh pasien tanpa harus ke rumah sakit.

Deputi Direksi Bidang Jaminan Pembiayaan Kesehatan Rujukan BPJS Kesehatan Budi Mohamad Arief mengungkapkan, terapi CAPD dapat menjadi salah satu alternatif bagi pasien gagal ginjal.

Pembiayaan pun lebih efisien dibanding pengeluaran untuk cuci darah (hemodialisa). "Misalnya, hemodialisa setiap bulan 4 kali tarifnya Rp 700.000 sampai Rp 1 juta. Coba ambil kira-kira hemodialisa Rp 900.000 dikali 8 kali sesi. Berarti Rp 7,2 juta harus kami (BPJS Kesehatan) bayar," jelas Budi dalam konferensi pers Hari Ginjal Sedunia di Hotel JS Luwansa, Jakarta, ditulis Sabtu, 16 Maret 2019.

Pada cuci darah, pasien harus datang ke tempat fasiltas cuci darah atau rumah sakit. Selain biaya cuci darah, pasien yang mungkin didampingi salah satu anggota keluarga juga harus mengeluarkan biaya buat makan.

Pengeluaran cuci darah ditambah dengan biaya transportasi dan makan lain bisa lebih dari Rp 7,2 juta.

Untuk pengeluaran CAPD tarifnya Rp 7,5 juta, yang sudah berupa paketan dengan jumlah 90 sampai 120 kantong cairan. Pelayanan CAPD dalam BPJS Kesehatan juga sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 52 Tahun 2016 pasal 19.

 

 

Simak video menarik berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cuci darah habiskan banyak biaya

Data BPJS Kesehatan memaparkan, cuci darah memang menghabiskan biaya lebih besar dibanding terapi CAPD. Total kasus pasien cuci darah pada 2017 sebesar 3,9 juta kasus, mereka setidaknya sebulan delapan kali menjalani cuci darah.

"Total biaya seluruh kasus pada tahun 2017 itu Rp 4,3 triliun. Terapi CAPD justru lebih efisien dan hemat biaya," kata Budi melanjutkan.

Budi menerangkan, efisiensi CAPD juga terbukti dari adanya penelitian Health Technology Assessment for Renal Dialysis (HTA). Studi HTA yang dilakukan Kementerian Kesehatan yang bekerja sama dengan HITAP Thailand tahun 2016 menyebut, CAPD lebih hemat dibanding hemodialisa.

Proses terapi CAPD berupa mengganti cairan yang biasanya dilakukan tiga, empat atau lima kali dalam periode 24 jam selama aktivitas normal. Setiap penggantian cairan bersih pada ginjal memakan waktu sekitar 30 hingga 40 menit.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.