Sukses

Seperti di Film, Ilmuwan Uji Pemindai Otak yang Bisa Digunakan Sambil Main Tenis

Untuk melihat hasil pemindaian pada otak pasien dengan gangguan gerakan dan serta anak-anak, para ilmuwan menciptakan alat yang bisa digunakan saat pasien sedang beraktivitas.

Liputan6.com, Jakarta Layaknya film sains fiksi, sebentar lagi otak akan bisa dipindai dengan menggunakan alat berbentuk helm yang bisa digunakan sambil berkegiatan.

Alat ini sedang dalam masa pengembangan oleh para ilmuwan di Inggris. Mereka sedang melakukan uji coba pada alat pemindai otak yang ringan dan sensitif, serta bisa digunakan seperti helm.

Alat ini nantinya memungkinkan pasien untuk bergerak seperti biasa. Hasil uji coba alat ini melihat, penggunanya bisa meregangkan badan dan bermain tenis meja, ketika aktivitas otak mereka direkam setiap milidetik menggunakan sistem Magnetoencephalography (MEG).

Dilansir dari Channel News Asia pada Selasa (27/3/2018), penelitian yang dikembangkan di jurnal Nature ini, diharapkan bisa meningkatkan penelitian dan pengobatan untuk pasien yang tidak bisa menggunakan alat MEG sederhana. Beberapa pasien yang masuk dalam kategori ini adalah anak-anak penderita epilepsi, bayi, atau pasien dengan gangguan seperti Parkinson.

"Alat ini berpotensi untuk merevolusi bidang pencitraan otak. Juga bisa merubah pertanyaan ilmiah dan klinis, yang hanya bisa dijawab dengan melihat pemindaian otak manusia," kata Gareth Barnes, seorang profesor di Wellcome Trust Centre for Human Neuroimaging di University College London, yang juga memimpin penelitian ini.

Pemindai MEG ini saat ini masih sangat rumit dan memiliki berat hingga setengah ton. Berat itu karena sensor yang digunakan untuk mengukur medan magnet otak, yang harus dijaga tetap dingin dengan suhu minus 269 derajat Celcius.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gerakan 5 milimeter merusak hasil pemindaian

Saat ini, banyak pendeita gangguan otak seperti anak-anak atau yang menderita gangguan gerakan, tidak bisa diam. Gerakan 5 milimeter saja bisa berarti bahwa hasil pemindaian otak tidak bisa dibaca.

Pemindai baru ini menggunakan sensor kuantum yang ringan. Alat ini bisa bekerja pada suhu ruangan dan dapat langsung ditempatkan di kulit kepala. Sehingga, bisa meningkatkan jumlah sinyal yang bisa dibaca.

Matt Brookes, yang bekerja dengan Barnes membangun prototipe tersebut di Universitas Nottingham mengatakan, alat ini bisa mengatasi masalah pasien yang tidak bisa diam.

Pemindai yang dikenakan di kepala menawarkan kemungkinan baru untuk mengukur fungsi otak manusia selama berinteraksi dan melakukan tugas sehari-hari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.