Sukses

Kasus TBC Indonesia, Kedua Tertinggi di Dunia

Pada acara Rakerkesnas 2018, Kepala Balitbangkes ungkap data dari WHO yang menunjukkan Indonesia menempati posisi kedua dengan beban TBC tertinggi di dunia.

Liputan6.com, Jakarta Kemenkes RI (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia) kembali menggelar Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2018. Dalam rapat yang diselenggarakan di Tangerang, Banten, salah satu topik yang dibahas adalah percepatan eliminasi TBC (Tuberculosis).

Mengutip dari rilis yang dikeluarkan Kemenkes RI, Selasa (6/3/2018) data WHO Global Tuberculosis Report 2016, Indonesia menempati posisi kedua dengan beban TBC tertinggi di dunia. Disebutkan, tren insiden kasus TBC di Indonesia tidak pernah menurun. Banyak kasus TBC yang belum terjangkau dan terdeteksi, sekalipun sudah terdeteksi dan telah diobati namun belum dilaporkan.

Kepala Balitbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) Kemenkes, Siswanto menyebutkan berdasarkan studi yang dilakukan oleh Global Burden of Disease, TBC menjadi penyebab kematian tertinggi kedua di dunia.

Siswanto pun menyebutkan angka TBC di Indonesia berdasarkan mikroskopik sebanyak 759 per 100 ribu penduduk untuk usia 15 tahun ke atas. Adapun jumlah penderita TBC laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, dan jumlah kasus di perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan.

Acara Rakerkesnas 2018 yang diselenggarakan Kemenkes RI ini akan berlangsung selama tiga hari, yakni dari 5-8 Maret 2018. Dalam acara bertajuk, "Sinergisme Pusat dan Daerah dalam Mewujudkan Universal Health Coverage melalui Percepatan Eliminasi Tuberculosis, Penurunan Stunting, dan Peningkatan Cakupan serta Mutu Imunisasi."

 

Saksikan juga video berikut ini :

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Atasi Masalah TBC di Indonesia, Ini Strategi Balitbangkes

Terkait data Analisis Data Percepatan Eliminasi Tuberculosis pada pra-Rakerkesnas yang diselenggarakan sehari sebelum acara, Siswanto menyebutkan ada beberapa solusi yang dapat dilakukan guna mengatasi masalah TBC.

Solusi yang ditawarkan oleh Balitbangkes berupa peningkatan deteksi dengan pendekatan keluarga, menyelesaikan under-reporting pengobatan TBC dengan penguatan PPM, meningkatkan kepatuhan pengobatan TBC, Perbaikan sistem deteksi MDR TBC (Klinik MDR TBC dengan jejaringnya) dan akses terapi TBC MDR, serta edukasi TBC pada masyarakat dan perbaikan perumahan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.